"Sayang, hari ini kita mau ketemu sama aunty dokter? Danis mau?"

"Benalkah bunda?? Yeii... Danis mau ketemu sama aunty doktel" Ucapnya sambil bersorak gembira.

Karen segera mengemudikan mobilnya, setelah mendudukkan putranya di samping kursi kemudi. Danis terus saja tersenyum seakan melupakan rasa sakit yang dideritanya. Bocah laki-lakinya itu sangat ceria. Karen hanya bisa berharap jika Tuhan akan mengabulkan do'anya untuk kesembuhan Danis. Ia akan melakukan apapun untuk membayarnya, termasuk dengan nyawanya.

Mobil Karen memasuki kawasan rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung menggendong putranya untuk turun. Karen masuk ke dalam rumah sakit dengan putranya dalam gendongannya.

Danis memeluk leher ibunya dan tersenyum kepada semua orang yang ditemuinya. Langkah kaki Karen menelusuri lorong rumah sakit dan berhenti ketika di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Kaen membuka pintu tersebut dan menampilkan seorang wanita cantik sedang berkutat dengan beberapa berkas di hadapannya.

"Selamat pagi doktel cantik.." ucapnya Danis membuyarkan konsentrasi wanita itu.

"Halo Danis tampan, bagaimana kabarmu hari ini sayang??"

"Danis baik, dok...."

"Oh ya, bagaimana kabarmu Karen?" ucap dokter tersebut setelah mempersilahkan Karen duduk.

"Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik"

Chintya Wardani, seorang dokter muda dengan paras yang menawan. Dirinya lah yang menangani Danis selama ini. Bahkan Chintya sudah menganggap Danis seperti anaknya sensiri, meskipun pada kenyataannya ia belum memiliki teman hidup.

"Apakah Danis sudah siap untuk dokter periksa?"

"Danis siap doktel" ucap bocah berusia tiga tahun itu. Jangan lupakan dengan senyuman manis yang selalu di wajah tampannya. Hal itulah yang membuat Karen bertahan dengan segala kecemasan yang melandanya.

Dokter Chintya meminta Karen untuk membaringkan Danis ke ranjang. Ia mulai melakukan pemeriksaan kepada bocah tersebut. Danis hanya tersenyum seakan tak merasakan sakit apapun. Bocah itu tak mengerti jika terdapat sel kanker yang mengerogoti tubuh mungilnya itu.

Karen sangat sedih ketika melihat jagoan kecilnya itu mengeluarkan darah dari hidungnya dan mengeluh pusing di kepalanya. Karen hanya bisa mendekap anaknya itu seraya menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Danis. Karen tak mau jika Danis melihatnya menangis. Danis harus melihatnya sebagai wanita yang kuat.

"Bagaimana, dok?" tanya Karen setelah dokter Chintya selesai menyelesaikan pemeriksaan.

"Tenangkan dirimu Karen. Saya yakin Danis anak yang kuat. Benar begitu Danis?" ucap dokter Chintya dan diangguki mantap oleh bocah tiga tahun itu.

"Saya takut, dok. Saya takut kehilangan malaikat kecil saya. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika ia pergi. Saya rela melakukan apapun demi tersu melihat senyumnya setiap hari, saya siap jika harus menggantikan posisinya saat ini" ucap Karen dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Pertahanannya hancur jika menyangkut putra semata wayangnya itu.

Danis yang melihat sang bunda menangis segera bangkit dari posisinya berbaring dan memeluk sang bunda.

"Bunda kenapa menangis? Danis nakal ya, bun? Danis janji ngga akan nakal lagi, Danis janji akan jadi anak yang baik. Bunda jangan nangis. Danis ngga akan minta ice cleam lagi, bun" ucap bocah polos itu seraya menghapus air mata Karen.

"Danis ngga nakal kok, sayang. Danis anak baik. Mata bunda tadi kelilipan makanya nangis" ucap Karen seraya tersenyum dan mengecup kening sang putra.

"Bagaimana kondisinya saat ini, dok? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Karen.

"Sel kanker yang ada di tubuh Danis sudah mulai menyebar dan menyerang organ lainnya. Kemoterapi yang selama ini dilakukan hanya menghambat pertumbuhannya. Tapi kamu jangan putus asa, banyak diluaran sana yang sembuh dari penyakit mematikan ini. Kamu harus yakin jik Tuhan akan memberikan jalan untuk semua masalah yang dihadapi hambanya"

"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk kesembuhan Danis?"

"Cara terakhir adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang. Hal ini akan menggantikan sumsum tulang yang rusak dan tidak mampu memperbarui sel darah"

"Kalau begitu lakukan, dok. Saya siap melakukannya" ucap Karen dengan penuh semangat.

"Tidak semudah itu, Karrn. Semua ada prosedurnya. Kau harus menjalani beberapa pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan apakah kamu bisa menjadi pendonor untuk Danis atau tidak"

"Saya akan lakukan apapun untuk kesembuhan Danis"

"Baiklah, besok datang kembali ke rumah sakit. Kita akan lakukan beberapa tes" ucap dokter Chintya dan diangguki oleh Karen.

Karen sedikit merasa lega mendengar perkataan dokter Chintya. Masih ada harapan untuk kesembuhan putranya. Karen akan melakukan apapun demi kesembuhan sang buah hati.

Karen menggandeng tangan mungil putranya melewati lorong rumah sakit. Senyum tak pernah pudar dari wajah tampan Danis. Meskipun dalam keadaan sakit, Danis akan tetap tersenyum kepada dunia seakan ia tak memiliki beban apapun.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Hai-hai.....👋👋 Apa kabar?? Maaf baru up... 😁😁
Jangan bosan nungguin akyu yak😘😘

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Where stories live. Discover now