Enam: The Reason I Hate You

9K 1.6K 103
                                    

Now Playing: Produce x 101 - Move

***

"Faktanya kemanapun lo pergi, orang-orang kayak gue akan selalu lo temuin."

***

"Ochi, kamu gak capek jadi cadangan terus?"

Kepala Ochi tertunduk dalam, tak berani menatap pembinanya. Bu Emile memijat pelipisnya, sebenarnya tak tega juga memarahi anak muridnya yang satu itu. Apalagi hanya karena hal sepele, yang sayangnya dibesar-besarkan oleh anggota ekskul lain yang dibinanya.

"Saya sebenarnya gak tega untuk ngelarang kamu untuk makan Ochi." Bu Emile memutar kursinya, meraih salah satu bungkus coklat dari dalam kantung plastik di depannya. "Tapi kamu tau betul, saya gak bisa belain kamu soal berat badan. Apalagi kalau kamu kepergok makan kalori sebanyak ini, ketika teman kamu yang lain mati-matian menjaga berat mereka."

"Maaf bu," ucap Ochi pelan masih dengan kepala tertunduk. Namun, tak lama kemudian dia mendongak. Menunjukkan cengiran bodoh khasnya, tak lupa mengusap tengkuknya pelan. "Saya lapar soalnya."

"Chi dengar ibu ya," ucap Bu Emile melembutkan ekspresi mukanya. "Saya benar-benar mau kamu maju kali ini. Bukan jadi tim cadangan lagi. Saya mau kamu ikut bawain koreografi yang udah kamu buat sama Yona. Kamu gak capek hanya jadi pilihan kedua? Membiarkan orang lain bersinar di panggung yang kamu buat sendiri?"

Tangan Bu Emile bergerak, menyentuh kedua tangan Ochi erat. Menyalurkan rasa semangat yang sama kepada anak muridnya itu.

"Tolong tahan sedikit lagi ya."

Ochi tak menjawab, ia sempat terpaku beberapa saat. Melunturkan ekspresi ceria yang sebelumnya tak pernah menghilang dari wajahnya. Ia meneguk ludah gugup, membalas genggaman tangan Bu Emile tak kalah erat. Mencoba menyalurkan rasa frustasi, yang ia harap bisa dirasakan pelatihnya itu. Beserta kegelisahan yang selama berapa hari ini menggerogoti dirinya.

Tapi, tetap saja Bu Emile hanyalah manusia biasa. Perasaan itu tak tersampaikan, membuat pelatihnya terus merasa bahwa Ochi baik-baik saja.

"Kamu memang gak pernah mengecewakan Alwan."

Seruan penuh kegembiraan itu, lantas membuat pandangan Ochi teralih. Dari tempatnya dia bisa melihat Bu Myria sudah tersenyum lebar seraya memegang sebuah kanvas. Tepat di depannya, berdiri seorang pemuda yang membelakangi Ochi. Hanya dengan melihat bagian belakang ditambah Bu Myria sudah menyebutkan nama pemuda itu, membuat Ochi yakin betul siapa yang berhasil membuat Bu Myria bersorak kegirangan.

Alwan. Murid kesayangan seluruh guru. Si cowok sempurna,yang tak terkalahkan siapapun.

Seandainya, Ochi bisa seperti pemuda itu. Tak terkalahkan, mungkin kisahnya sekarang berbeda. Bukan sebagai pemeran pembantu bahkan di kisahnya sendiri.

***

"Kamu Alwan kan?"

Alwan membalikkan badannya, sedikit mengernyit ketika mendapati sosok pemuda yang tampak asing di matanya. Ia menutup pintu klub debat sesaat, sebelum berhadapan dengan pemuda yang menatapnya datar. Sorot matanya redup, seolah mengatakan bahwa hanya jantungnya yang berdetak tapi jiwanya sudah berhenti untuk hidup sejak lama.

"Lo?" tanya Alwan mengernyitkan dahi. Bingung kenapa pemuda itu menemuinya, dia mencoba acuh akan tatapan murid-murid yang menatap mereka penuh minat. Seolah berharap hal seru ketika mereka berhadapan.

"Oh ya, kenalin namaku Al, anak XI Ips 1."

Kenyitan dahi Alwan semakin terlihat jelas. Sedikit tak menyangka bahwa pemuda di depannya akan menggunakan panggilan aku-kamu. Alih-alih membalas jabatan tangan itu, Alwan memilih memasukkan tangannya ke saku celana. Kini menatap pemuda bernama Al, berharap ada sesuatu yang bisa ia lihat dari kedua matanya.

Recallove [Tamat]Where stories live. Discover now