[27] Cerai?

Mulai dari awal
                                    

Genta tersenyum. "Makasih, Ma."

Ina mengangguk.

"Nanti kamu pulang ke sini 'kan?" tanya Elea.

Genta mengangguk. "Iya, nanti aku pulangnya ke sini. Mungkin aku akan agak telat pulangnya. Kerjaan aku lagi banyak."

Elea menghela napas. "Kenapa sih kamu sibuk terus? Padahal kamu udah beberapa bulan kerja di sana tapi masih aja sibuk."

Genta tersenyum, ia tau Elea kesal karena memang tidak dapat di pungkiri, Genta sangat sibuk semenjak kerja di kantor Sonia, bahkan sibuknya melebihi saat ia bekerja di cafe.

"Maaf. Niat aku supaya aku bisa cuti saat kamu melahirkan nanti. Ya seenggaknya, sampai satu atau dua minggu setelah anak kita lahir. Maaf kalo kesibukan aku bikin kamu kesel."

"Gen..." Mata Elea berkaca-kaca. "Makasih."

Genta tersenyum lalu mengecup kening istrinya lama. "Iya, kamu nggak usah pikirin aku. Sekarang aku berangkat dulu, kamu hati-hati ya."

Elea mengangguk. Ia mengantar Genta ke depan, melihatnya sampai Genta menghilang dari pandangannya.

***

Genta baru saja menyetorkan hasil kerjanya kepada atasan. Selesai dengan itu, Genta pergi ke pantry untuk membuat kopi. Tubuhnya lelah apalagi ia melewatkan jam makan siang tadi karena dokumen yang harus segera selesai dan disetorkan.

Selagi menikmati kopi, Genta mengirimkan pesan kepada Elea.

Me : Lagi ngapain?

Wife💕 : Aku lagi buat kue sama mama. Kamu mau nggak?"

Me : Mau dong. Apalagi buatan kamu. Mau banget.

Wife💕 : Iya udah, jangan lembur dong:(

Me : Lea, kita udah bicarakan ini.

Dua menit berselang, Elea tak kunjung membalas pesannya. Genta menghela napas lalu memasukan ponsel ke saku celana bahannya.

Pria itu berbalik dan terkejut mendapati Lestari sedang berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan sendu.

"Lestari?"

"Kak Genta." Lestari berjalan mendekatinya.

"Kamu kok bisa ada di sini?

"Ini kantor papa aku," katanya.

Genta tidak mampu berkata-kata. Jika ini kantor papa Lestari, berarti Sonia adalah kakak Lestari?

Genta melirik jam dinding. "Kamu kenapa ada di sini? Kamu nggak sekolah?"

Lestari menggeleng. "Pas semalem Kak Sonia bilang kalo Kak Genta kerja di sini, aku langsung kesini karena pengin ketemu sama Kak Gen."

Genta melirik ke luar pantry. Ini masih jam kerja jadi Genta takut ia kena marah karena mengobrol saat jam kerja.

"Maaf soal kejadian dulu. Aku hanya kecewa sama Kak Gen jadi aku bersikap seperti itu," ujar Lestari.

"Aku juga minta maaf, aku nggak bermaksud bohongin kamu."

Lestari menghela napas. Gadis yang masih mengenakan seragam putih abu itu memeluk Genta tanpa aba-aba.

"Aku sedih banget saat Kak Gen bilang udah nikah terus sebentar lagi punya anak. Aku kira aku bakalan pacaran sama Kak Gen setelah pendekatan yang aku lakukan," ujar Lestari dengan suara bergetar menahan tangis.

Genta menaruh cangkir kopi itu dekat rak gelas, ia mendorong bahu Lestari pelan untuk melepas pelukan.

"Jangan kayak gini, ini masih lingkungan kantor, nggak enak," kata Genta. "Aku ngerti kamu pasti kecewa dan ngerasa aku bohongin. Aku benar-benar minta maaf."

Lestari menggeleng. "Aku aja yang udah baper duluan dan berharap lebih."

"Maaf."

***

Genta pulang tepat jam tujuh malam. Di ruangan depan, ia menemukan sang papa tengah membaca majalah bisnis.

"Papa," ucap Genta namun Damar tidak meresponnya, melihatnya saja tidak.

Genta menghela napas. Ia mendekat dan langsung mengulurkan tangannya, bermaksud untuk menyalimi tangan Damar, namun Damar justru tidak meresponnya.

Genta menghela napasnya lagi. "Genta ke kamar dulu ya, Pa," katanya.

Entahlah, mungkin papanya masih kecewa karena melakukannya yang telah menghamili Elea atau memang ada sebab lain? Genta tidak tau.

Saat Genta berada di depan pintu kamarnya—hendak membuka, ia justru terpaku kala mendengar suara isak tangis Elea dari dalam.

"Elea nggak tau lagi harus gimana supaya papa membatalkan itu semua," ujar Elea seraya terisak pelan.

Lalu suara mamanya terdengar. "Kamu jangan nangis terus, jangan stres, Lea, nggak baik untuk kandungan kamu."

"Lea nggak bisa, Ma. Papa udah keterlaluan banget, dia udah daftarin perceraian Lea sama Genta ke pengadilan. Elea harus gimana, Ma?"

Deg.

Genta mematung seketika.

Pamit dulu cebentalll ah pengen revisi naskah yang terbengkalai selama seminggu🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pamit dulu cebentalll ah pengen revisi naskah yang terbengkalai selama seminggu🤣🤣

Jangan lupa vote😍

Our RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang