[13] Sampai Akhir

11.7K 729 11
                                    

Sejak pertama kali bertemu, aku telah jatuh cinta. Jadi, biarkan aku berjuang selama aku mencintaimu.

Hari pertama ujian nasional membuat Elea gugup setengah mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pertama ujian nasional membuat Elea gugup setengah mati. Apalagi ia tidak kenal siapa pun di sini dan hanya duduk sendirian sambil menunggu giliran.

Gedung home schooling tempat di mana Elea sekolah terletak agak jauh dari rumahnya. Tadi Genta mengantarkannya naik motor.

Bermacam-macam orang yang ikutan home schooling di sini. Kebanyakan adalah artis yang punya jam sibuk. Ia juga melihat beberapa artis yang selalu Elea lihat di tv. Mungkin Elea satu-satunya orang yang memilih home schooling karena menikah muda.

Beberapa orang dari mereka menatapnya. Menilai dari atas hingga bawah. Elea mengerti tatapan itu dan ia hanya bisa menunduk, berharap ia segera dipanggil untuk melaksanakan ujian lalu segera pulang.

Ponsel yang ada digenggamannya bergetar. Sebuah pesan dari Genta membuat senyumnya sedikit menyungging.

Genta : Udah masuk?

Elea : Belum.

Genta : Gue udah mau masuk nih. Gugup banget. Doain ya.

Elea : Iya.

Setelah kejadian tempo hari, hubungannya dengan Genta bisa dikatakan membaik. Walau Elea kadang masih sedikit canggung karena belum terbiasa.

Genta : Nanti gue jemput ya. Gue masuk dulu❤

Menatap emoticon love yang dikirim Genta membuat semburat merah di pipinya muncul. Belum sempat ia membalas, seseorang memanggil dan memberitahukan jika sesi berikutnya sekarang dimulai.

Elea melaksanakan ujian kurang lebih satu setengah jam untuk satu mata pelajaran. Sekarang ia sedang berada di depan gedung, menunggu Genta menjemputnya. Cowok itu mengatakan sudah di jalan.

"Mbak."

Seseorang memanggilnya dari samping. Elea menoleh.

"Nggak pulang?" tanyanya.

Elea mengernyit heran. Ia tidak mengenal perempuan itu. Jika dilihat dari wajahnya, perempuan itu seperti lebih tua darinya.

"Lagi nunggu jemputan," ucap Elea.

Perempuan itu mengangguk pelan. "Lagi hamil, Mbak? Berapa bulan?" tanyanya lagi.

Tatapan itu tatapan menilai. Elea tau itu. Ia sering mendapat tatapan itu dari tetangga-tengganya bila Elea sedang ke warung. Tatapan menilai, meremehkan, menghina.

"Anak muda jaman sekarang memang pergaulannya terlalu bebas ya. Saya sangat menyayangkan masa depan Mbak. Sepertinya umur Mbak masih muda ya? Sayang sekali."

Elea hanya diam. Ia tidak ingin mendengarkan dan tidak ingin mengambil hati ucapan orang itu. Lagi pula siapa dia bisa menilai orang seenaknya.

"Saya juga punya saudara. Dulu dia hamil diluar nikah padahal masih sekolah. Terpaksa menikah dan sekarang hidupnya susah." Orang itu berujar lagi.

Our RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang