[22] Kelulusan

11.3K 627 6
                                    

Nggak perlu mahal untuk membahagiakanku. Apapun itu, walaupun sederhana, asalkan bersamamu, aku bahagia.

Jam lima pagi, alarm yang sengaja Elea pasang di ponselnya berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam lima pagi, alarm yang sengaja Elea pasang di ponselnya berbunyi. Membangunkannya dari alam tidur. Di luar tentu saja masih pagi dan Elea sebenarnya malas bangun, tapi ia ingin bersikap layaknya seorang istri yang sesungguhnya. Bangun pagi lalu masak untuk Genta sarapan, menyiapkan pakaian yang akan Genta kenakan hari ini, mengantarkan Genta ke depan rumah saat Genta akan pergi bekerja. Elea ingin melakukan itu semua.

"Mau kemana, Lea?" gumam Genta disampingnya saat Elea bergerak hendak bangun. "Ini masih terlalu pagi untuk bangun."

"Aku mau melakukan tugasku, Gen. Kamu tidur aja. Hari ini kamu masuk kerja, 'kan?"

Genta menggeleng pelan dengan mata sedikit terbuka. "Bukan hari ini. Aku udah bilang sama Bu Sonia kalo aku nggak bisa masuk sekarang karena aku belum kelulusan. Nanti kalo udah kelulusan."

Elea duduk di tepi ranjang. "Apa nggak papa? Kamu masuk kesana dengan gampangnya tapi kamu sekarang minta keringanan buat undur jadwal masuk kamu, Bu Sonia nggak marah?"

Genta merubah posisinya menjadi duduk. "Nggak, dia tau dan ngerti aku baru banget lulus. Lagi pula hari rabu nanti kan kelulusannya, senin depan aku udah bisa masuk."

Elea mengangguk mengerti. "Ya udah."

"Kamu mau kemana? Sini tidur lagi," ucap Genta.

"Aku harus masak buat kamu sarapan, itu bukannya tugas aku, 'kan?" Elea tersenyum kecil.

Genta ikut tersenyum. "Sayanggg...," ucap Genta dengan nada manja sambil merentangkan tangannya kepada Elea, membuat Elea terkekeh geli.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya lalu keluar dari kamar meninggalkan Genta yang mungkin akan melanjutkan tidurnya. Elea beralih ke kamar mandi untuk mencuci muka sambil mencuci beras. Setelah selesai, Elea memasukkannya ke dalam rice cooker. Tidak banyak yang bisa di masak, lagi pula Elea tidak pintar masak jadi ia hanya masak seadanya saja.

"Aku belum sapa si kecil." Genta tiba-tiba melingkarkan tangannya di perut Elea, memeluknya dari belakang, membuat Elea sedikut terkejut.

"Gen, kamu ngagetin."

Genta terkekeh pelan. "Maaf. Aku mau sapa dulu dia, Sayang."

Elea membalikan tubuhnya dengan senyum tertahan di bibirnya. Genta langsung berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan perut Elea yang sudah membesar.

"Selamat pagi, Sayang? Sehat kan kamu di dalam perut Mama?" Genta mengecup permukaan perut Elea yang terbalut gaun tidur. "Papa kangen, padahal kamu belum lahir." Genta terkekeh.

Elea tersenyum melihat Genta yang berinteraksi dengan calon anak mereka. Rasa hangat menjalar di dadanya, perasaannya membuncah senang. Elea berharap ia akan merasakan ini selamanya.

Our RelationshipWhere stories live. Discover now