[18] Sahabat

11.5K 636 0
                                    

Kita sahabat. Sesusah apapun masalah kamu, kita akan tetap menjadi sahabatmu

 Sesusah apapun masalah kamu, kita akan tetap menjadi sahabatmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Genta, kita tau pasti lo tau sesuatu soal Eleanor. Iya, 'kan?"

Sara dan Mei mengintrogasi Genta di kantin.

Hari ini Genta datang ke sekolah karena wali kelasnya yang menyuruh. Meski pun tidak belajar, tetap saja harus datang. Lalu Sara dan Mei datang tiba-tiba menanyakan Elea kepadanya.

"Maksud lo apaan sih?" Genta masih pura-pura tidak tau.

Elea masih tidak ingin apa yang menimpanya kini diketahui oleh Sara dan Mei. Jadi Genta akan berusaha untuk tetap melindungi Elea agar keberadaannya tidak diketahui oleh orang lain.

"Kenapa lo keukeuh banget kalo gue tau soal Elea?" tanya Genta. Tatapan Sara dan Mei kepadanya adalah tatapan mencurigai.

"Karena lo pasti tau. Lo nggak mungkin nggak tau, rumah kalian deket, orangtua kalian juga pasti deket. Lo sama Elea juga cukup deket," ujar Mei.

"Ya bukan berarti gue tau segalanya tentang Elea," ucap Genta. "Sama kayak kalian, gue juga cuma tau kalo dia pindah ke Jogja. Udah gitu aja."

Genta sebenarnya ingin sekali mempertemukan Elea dengan Sara dan Mei, tapi istrinya masih belum siap. Jadi Genta tidak bisa melakukan apa-apa, ia juga tidak bisa memaksa.

"Udah ah awas. Gue mau pulang."

Sara dan Mei membiarkan Genta pergi walau mereka belum puas atas hasil yang mereka dapat dari mengintrogasi Genta.

Cowok itu lantas pergi ke parkiran. Tangan Genta merinding karena Sara dan Mei membuatnya gugup. Genta takut salah bicara.

Genta langsung melajukan motornya menuju rumah. Hari ini masih terlalu pagi untuk bekerja. Sekarang masih pukul 11 siang, sedangkan ia bekerja pukul 2 siang. Masih ada 3 jam untuk memanjakan Elea.

Genta sampai di rumahnya setengah jam kemudian. Sebelumnya ia telah membeli bakso untuk makan siangnya dan Elea.

"Elea?" panggil Genta saat ia masuk ke dalam rumah.

"Iya sebentar," balas Elea dari dalam kamar, tak lama perempuan itu keluar. "Bawa apa?"

"Bakso. Bentar aku ambil mangkuk ya," ujar Genta.

Elea menahan tangan Genta lalu menggeleng sambil tersenyum. "Biar aku aja."

Genta terkekeh. Ia membiarkan Elea melakukan apa yang dia mau. Genta cukup senang, bahkan sangat senang atas perubahan sikap Elea kepadanya. Mulai melembut dan terbuka kepadanya.

"Nih,"

"Iya."

"Tadi kenapa disuruh ke sekolah?" tanya Elea.

Genta mengangkat bahunya sambil menuang bakso kedalam mangkuk. "Nggak tau, nggak jelas. Si Latif juga nggak masuk. Tau gitu aku juga nggak masuk aja."

Our RelationshipWhere stories live. Discover now