Hanbin terkejut mendengarnya, dia pun teringat saat dirinya menarik paksa Jinhwan untuk pulang setelah melihat Jiwon memeluknya.

Waktu itu dia melajukan mobilnya dengan sangat kencang tanpa tahu bahwa Jinhwan sedang ketakutan membuat perasaan bersalahnya pun semakin menjadi-jadi.

"Dan alasan kenapa ibu membawaku pergi adalah untuk menjauh dari kenangan menyedihkan itu selama mungkin dan waktulah yang pada akhirnya menyembuhkan kami.."

"..tapi berbeda denganmu..kau terus berada dalam lingkaran masa lalu yang berputar di sekitarmu hingga sulit bagimu untuk pulih dari trauma itu karena ada banyak hal yang membuatmu terus mengingat peristiwa mengerikan itu.."

Jinhwan mulai menangis, ditatapnya wajah dan mata Hanbin yang masih dipenuhi rasa cemas dan ketakutan, sama seperti yang dilihatnya dua puluh tahun lalu.

Hati Jinhwan sakit melihat pria yang dicintainya terlihat sangat rapuh, dengan banyak luka di hatinya.

"Seberapa besar rasa sakit yang kau tanggung selama ini? Juga semua kecemasan dan rasa takut itu, hingga tubuhmu pun tak sanggup menahannya setiap kali kenangan buruk itu muncul.."

"Hanbin..sayang, kumohon lepaskan semua rasa bersalahmu itu, biarkan masa lalu itu hanya menjadi masa lalu, tidak lagi menjadi mimpi buruk yang mengejarmu setiap malam.."

"Tidak ada yang menyalahkanmu, kau mengerti? Dan apa kau ingat pesan Kakek Kim sebelum beliau pergi meninggalkan kita?"

"Kau, Kim Hanbin harus hidup bahagia, lupakan semua hal yang menyakitkan itu.."



Hanbin tersedu, airmata membasahi wajahnya, tidak lagi sanggup menahan rasa sesak di dadanya.

"Bantu aku..Jinhwan..bantu aku menghadapi semua ini..sampai aku benar-benar bisa lepas dari traumaku ini.."

Jinhwan merengkuh Hanbin ke dalam pelukannya, dielusnya perlahan punggung lebar pria itu, yang biasanya setegar batu karang, kini meringkuk serapuh kaca.

Lalu ditariknya Hanbin untuk berbaring lagi di ranjang, dengan kepala Hanbin berada di perpotongan leher Jinhwan dan lengan kokohnya melingkar erat di perut dan pinggang Jinhwan.

Ditunggunya dengan sabar hingga Hanbin mulai tenang kembali, lalu Jinhwan berkata,


"Hanbin..apa kau menyadari bahwa kau sudah jarang mengalami serangan panik? Dan kau terakhir kali tidak sadarkan diri beberapa bulan yang lalu tepatnya di hari pernikahan kita..dan setelah itu tidak pernah lagi.."


"Aku menyadarinya setelah June mengatakannya padaku, saat kami berada di pesawat menuju London waktu itu..kau juga?"

"Iya..Sebenarnya saat kau pingsan waktu itu, Dokter Kang memberitahuku sesuatu..dan dia memberi resep khusus untukmu yang menurutnya hanya aku yang bisa memberikannya sebagai istrimu.."

Hanbin mendongakkan kepala sedikit, mengerutkan dahinya.

"Kenapa aku baru tahu sekarang? Dokter Kang tidak memberitahuku apa-apa.."

Jinhwan menahan senyumnya, menggigit bibir bawahnya sebelum menjawab Hanbin.

"Dokter Kang bilang secara psikologis, sentuhan fisik bisa membantu mengurangi depresi dan mencegah stres.."

"Sentuhan fisik seperti pegangan tangan, pelukan dan....."

Jinhwan menggantungkan kalimatnya, malu untuk melanjutkan karena kini Hanbin sedang menatapnya intens.

"Dan apa? Kenapa tidak diteruskan?"

Hanbin menampilkan senyum miringnya yang begitu tampan, membuat pipi Jinhwan merona.

BINHWAN_PERHAPS LOVE_🔚Where stories live. Discover now