34

1.7K 160 2
                                    

"Maafkan aku Tae, aku kakak yang tak becus merawatmu. Maafkan aku"

.

.

.

*Cklek

Seseorang memasuki ruang rawat itu sembari menenteng dua kantong plastik. Meletakkannya di meja dan menghampiri Chim yang tertidur di kursi sisi brankar Tae.

" Kak Chim,  bangunlah. Makan dulu agar perutmu tidak sakit"

Kookie membangunkan Chim perlahan. Chim terbangun dan mendapati Kookie berdiri disampingnya. Belum genap nyawanya dia dituntun adiknya itu menuju meja dan membantunya menyiapkan makanan.

"Makanlah paling tidak sedikit, kak. Sangat tidak lucu jika aku merawat dua bayi besar sendirian"

Kookie mencoba memberi candaan dari ucapannya dan ditanggapi datar oleh Chim yang menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tae akan segera bangun kan, Kook? ". Chim memandang sendu ke arah Tae yang masih setia dengan tidurnya.

"Tentu kak. Kak Tae itu orang yang kuat, jadi tenang saja. Habiskan makananmu kak, lalu beristirahat lah. Biar aku yang menjaga kak Tae". Chim mengangguk iya, toh percuma juga dia menolak. Dia terlalu sadar jika tubuhnya juga  butuh istirahat sekarang.

Setelah semua sisa makan malam dibereskan. Chim pun tidur di ranjang lain kamar rawat itu. Menidurkan tubuhnya yang rasanya ingin remuk itu. Sedangkan Kookie, dia sibuk memandangi wajah sang kakak yang tengah tidur itu.

Sangat tampan, itu pikirnya. Mata coklatnya tertutup rapat. Surai yang begitu halus, hidung yang begitu mangir dan jangan tinggalkan wajahnya yang begitu halus itu. Wahh,. Bisa-bisanya Kookie terpesona dengan wajar sang kakak. Jika saja dia perempuan mungkin sudah ngebet jadi pacarnya.

...

Pagi menerobos paksa jendela kamar. Mengusik seseorang yang tengah nyenyak itu. Dibukannya mata dan melihat kearah jam dinding. Masih pukul 7. Ingin rasanya tidur lagi tapi mengingat dia harus kembali ke rumah untuk mengambil perlengkapan untuknya selama di rumah sakit, dia mengurungkan niatnya.

Chim beranjak dari tidurnya. Masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelahnya membangun Kookie dan menyuruhnya mencuci muka.

"Aku pulang dulu, Kook. Titip Tae, jika ada apa-apa segera kabari kakak. Aku juga akan membawakanmu baju dan memberitahu paman kalau kau akan menginapa beberapa hari". Kookie mengangguk paham dan melambai pada Chim yang sudah keluar dari kamar itu.

*Cklek

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Kookie pada jendela. Dilihatnya sang dokter masuk bersama beberapa suster. Meminta izin untuk memeriksa kakaknya. Setelah selesai suster-suster itu keluar menyisakan dia, Tae dan juga sang dokter.

Yang menjelaskan jika dalam beberapa hari kakaknya akan segera bangun. Dengan begitu Kookie tidak akan cemas akan hal apapun kecuali kaki sang kakak. Diucapkannya rasa terima kasih dan sang dokter keluar dari kamar.

"Cepatlah bangun kak Tae"

...

Chim yang sampai ke rumah lalu menyiapkan barang-barang yang sekiranya dibutuhkan dirumah sakit. Beberapa baju, buku, dan keperluan pribadinya. Sebelum dia ke rumah, Chim mampir terlebih dahulu ke rumah Kookie. Memberitahukan pada sang paman jika anaknya akan menginap beberapa hari dirumahnya tanpa membawa embel-embel Tae sakit dan dirawat sekarang. Dia hanya tak mau merepotkan orang lebih banyak.

Bicara tentang merepotkan. Dia jadi teringat dengan orang tuanya. Dia lupa untuk memberitahu sang ayah jika Tae masuk rumah sakit lagi. Toh dia tau, ayahnya itu sepedulinya dia pada keluarga dia lebih peduli dengan pekerjaannya. Chim sangat akan hal itu.

Tapi apa salah jika memberitahu orang tua. Sekedar agar sang ayah dan ibunya tau jika anaknya sedang sakit dan butuh mereka.

Chim pun akhirnya menekan dial di ponselnya. Berencana menghubungi sang ayah. Bunyi tersambung berbunyi dan mulailah Chim dalam obrolan super singkatnya.

"Halo, ayah"

'.... '

"Tidak, aku hanya akan memberi kabar jika Tae masuk rumah sakit. Jatuh dari tangga, tapi tak perlu khawatir dia baik-baik saja sekarang"

'...'

"Terserah. Pulanglah jika kau peduli jika tidak,....  Lanjutkan saja pekerjaamu. Sampai jumpa"  

*tut.

.

.

.

So? (The END)Where stories live. Discover now