21✨ Masa lalu

Mulai dari awal
                                    

"Kakak?" beo Vanya.

"Ya. Gio dan Zio"

"Gue gak pernah mau dan sudi untuk punya adik tiri kek lo jalang!" ucap Gio dan langsung melangkah pergi.

"Sabar ya. Lama-lama dia mau kok ngakuin kamu"

Vanya hanya diam dan merasa tak menyangka jika nasibnya begini.

---

1 Minggu kemudian, Bella diizinkan untuk pulang dengan catatan tidak boleh kecapekan.

"Udah semua?"

Gio mengangguk pelan dan menyisiri rambut hitam tebal milik Bella itu.

"Aku suka deh sama rambut kamu. Bagus banget!"

Bella terkekeh pelan,
Gio pun menyisiri poni Bella yang tepat di alis itu.

"Kamu gak cantik deh kalo gak ada poninya" komen Gio.

Bella menatap wajah Gio yang sedang serius merapikan poninya. Gio menatap Bella yang sedang menatapnya juga. Baru kali ini, Gio menatap wajah Bella sedekat ini.

Cantik, batinnya.

Tatapan Gio turun ke hidung mancung Bella yang terpahat sempurna dan pipinya yang chubby dan sedikit kemerahan. Kulitnya mulus tanpa komedo. Seperti perawatan, gumamnya pelan.
Tatapannya turun ke bibir pink mungil milik Bella yang terlihat menggugah nafsu. Rasanya ia ingin mencicipinya lagi untuk merasakan manisnya bibir ini. Bibir ini membuat Gio sangat ketagihan.

Bella menatap Gio yang sedang menatapnya sayu dan bergairah.
Gio mendekat dan menempelkan bibirnya di bibir Bella.

Ciuman yang tadinya hanya sekedar menempel, namun sekarang semakin menuntut.

Bella menikmati ciuman tersebut dan melingkarkan tangannya di leher Gio. Gio memperdalam ciumannya dan tangannya sudah berpindah ke pinggang Bella.

"Hmmph"

Bella ingin melepaskan ciuman tersebut namun kepalanya ditahan oleh Gio.

Cklek

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Vanya dengan mendorong tas koper besar.
Vanya cengo melihat pandangan didepannya itu.

Bella dan Gio tersentak kaget dan melepaskan ciuman mereka. Buru-buru Gio turun dari kasur dan bergegas duduk di sofa.

"Maaf. Gue gak ta-tahu kalau.. kalian lagi"

"Iya gak apa-apa Van. Lo jadi kan mau tinggal bareng gue?" sela Bella cepat dan mengalihkan topik.

Vanya menunduk, "Iya jadi."

Gio sempat melarang Bella yang mengajak Vanya untuk tinggal bersama mereka dengan alasan Gio membenci anak dari selingkuhan papanya itu. Namun, Bella menjelaskan bahwa mama Vanya telah pergi meninggalkan Vanya dan tidak dapat dihubungi selama satu minggu semenjak kejadian itu. Bella merasa kasihan dan khawatir jika Vanya tinggal sendiri dirumahnya.

"Yaudah ayo kita pulang!" seru Bella.

Vanya mengangguk, Gio membantu Bella untuk turun dan berjalan.

Selama diperjalanan, tidak ada yang membuka suara. Baik Gio, Vanya dan Bella. Sesekali Bella hanya berkomentar tentang sekolah mereka.

---

"Nah ini kamar lo Van. Kamar gue dan Gio diatas persis didepan tangga."

Vanya hanya mengacungkan jempolnya dan masuk ke kamar yang dibuka kan oleh Bella.

Vanya melihat-lihat sekelilingnya,

Bruk

Pintu dibuka secara kasar oleh Gio. Vanya terkejut. Vanya hanya menunduk saat Gio mendekatinya.

"Sebenenya gue gak sudi untuk satu rumah sama lo. Lo jangan seneng dulu. Gue bakal buat perhitungan sama lo. Semua ini gak gratis!" Setelah berkata menyakitkan seperti itu, Gio kembali melangkah pergi, meninggalkan Vanya yang menangis dalam diam itu.

"Lo kenapa Van?!"

Vanya menoleh kearah Bella yang tengah panik. "Gak apa apa Bel."

"Gio bilang apa ke lo Van? nanti gue marahin!" ancam Bella.

"Gio hanya belum bisa menerima gue Bel. Its okay, gak jadi masalah kok" Vanya menampilkan sederet giginya yang putih itu.

"Yaudah, lo istirahat. Jangan lupa, diberesin nih baju-bajunya."

Vanya terkekeh pelan, "Oke bos!"

Bella keluar dari kamar Vanya dan menutup pelan pintu kamar Vanya.

Vanya melirik sedikit di celah pintu kamarnya itu. Bella yang tengah membujuk Gio agar memaafkan Vanya.

"Liat aja, Gue bakal ngehancurin lo dan Bella."

YOUNG MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang