20✨ New beginning?

26.9K 742 10
                                    

"Arrghh.."

Gio terbangun mendengar suara ringisan seseorang dan mengedarkan pandangannya, berhenti ke satu titik.

Bellanya telah sadar.

"Bella"

Bella menoleh pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa berat dan pusing itu.

"Bella. Kamu udah sadar?"

Gio mendekat ke ranjang rumah sakit itu.

Bella hanya menatap Gio dalam dan bingung.

"Kepala kamu sakit? aku panggil dokter dulu ya bentar" Setelah itu, Gio langsung keluar dan mencari dokter yang menangani penyakit Bella.

"Dok, tolong diperiksa, tadi Bella sedikit meringis dengan memegang kepalanya.Apa cedera di kepalanya masih?"tanya Gio khawatir.

"Sebentar ya"jawab dokter tersebut.

Gio hanya menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan istrinya itu.

"Jadi gimana dok?"

"Baik-baik saja pak. Namun untuk keterangan lebih lanjut beserta gambar rontgen nya bisa diambil diruangan saya ya" jelas dokter.

Gio melirik kearah Bella yang sedang memejamkan matanya kembali.

"Bella."

Perempuan itu membuka matanya kembali dan melihat Gio yang mendekatinya dan duduk menghadapnya.

"Bentar yah. Aku ambil hasil cek kamu dulu"

Gio melangkah dan mendekati Bella.

Cup

Gio mengecup pelan kening Bella dan meninggalkan Bella yang sedang dalam lamunan bingungnya itu.

---

"Jadi Bella amnesia dok?!"

Dokter tersebut menggeleng pelan, "Sejenis amnesia namun hanya jangka pendek dan memori nya masih 50%. Sebagian yang hilang dapat kembali, jika di terapi selama 6 bulan ini dan sering-sering mengajaknya ngobrol."

"Apa berakibat seperti orang linglung gitu dok?" tanya Gio khawatir.

Dokter tersebut mengangguk, "Ya. Itu gejala yang dialami bagi penderita lakunar"

Gio menghela nafas pelan dan bangkit dari kursi tersebut sambil membawa kertas hasil cek tersebut. "Yasudah. Terimakasih dok."

Gio kembali ke ruangan Bella dan menemukan Bella yang sedang menatap langit-langit rumah sakit tersebut.

"Kamu kenapa sayang?"

Bella tersentak dan menoleh kearah Gio yang tengah menggenggam tangan kanannya.

Gio memahami Bella yang menjadi pendiam itu. Mungkin karena penyakitnya, jadi susah untuk diajak bicara, batinnya.

"Kamu haus?"

Bella menerima sodoran tersebut dan meminumnya sampai habis. Sesudah itu, Bella hanya terdiam dan menatap Gio dengan penuh kebingungan.

"Jadi nama gue Bella?"

Gio sedikit terkejut bahwa memori Bella tentang namanya pun hilang. Yang parahnya lagi, Bella menggunakan kosakata lo-gue.

"Iya. Bella putri adaline."

"Terus lo siapa?" tanya Bella bingung.

Gio tersentak namun buru-buru ia berubah ekspresi wajahnya itu, "Kamu gak inget aku?"

Bella menggeleng pelan,

"Aku Gio. Suami kamu"

Bella memekik kaget, "Apa?! Suami?"

"Iya, dan kita nikah udah 2 bulan. Kita dijodohkan"

"Gue kira kita pacaran."

Gio terkekeh pelan, "Lebih dari itu sayang"

"Gio"

"Ya? Ada yang sakit?" tanya Gio cemas.

Bella menggeleng. "Apa gue mencintai lo?"

Gio mengangguk cepat, "Kita saling cinta."

Bella hanya ber-oh ria.

"Bagaimana dengan Vanya? Apa dia jenguk gue?"

"Kamu inget Vanya?" Gio menatap Bella lekat.

Bella mengangguk. "Dia sahabat gue"

"Dan gue juga ingat kalo gue punya mantan bernama Zio"

Gio terkejut dengan penuturan Bella yang menyebut nama Zio, adiknya sendiri.

"Kamu laper? Mau makan?" Gio sengaja mengalihkan pembicaraan Bella tersebut. Gio merasa sedikit tak suka saat Bella menyebut nama Zio.

Bella mengangguk.

"Aku suapin ya." Gio mengaduk pelan bubur yang sudah agak dingin itu.

Bella menatap wajah Gio yang tengah serius meniup sedikit bubur itu.

"Gio"

Gio menoleh, "Kenapa sayang?"

Bella masih menatap wajah Gio, "Ganteng" gumamnya.

"Apa?" tanya Gio

Bella menggeleng, dan membuka mulutnya, menerima suapan dari Gio. Bella memperhatikan Gio yang sangat telaten menyuapinya dan ia semakin yakin kalau dulu memang Gio adalah suami yang baik untuknya.

"Assalamualaikum"

Bella dan Gio menoleh ke sumber suara, ternyata mama Elle dan papa Dion.

"Waalaikumsalam ma pa"

"Gimana Bella? Masih sakit?" tanya mama Elle khawatir.

"Bella udah sembuh ma. Bella nya abis makan semangkuk penuh. Laper banget keknya abis koma" cibir Gio.

Bella hanya melirik sinis Gio yang tengah menjahilinya itu.

"Bagus dong! biar tenaga kamu pulih untuk tendang Gio ke antariksa!"

"Bella suka tendang Gio dikasur" adu Gio pada mama Elle.

Bella menatap sangar Gio yang kini memulai dramanya itu. Mama Elle dan papa Dion hanya melongo.

"Eh maksud Gio, beneran ditendang sama Bella dikasur. Bella tidurnya jorok" papar Gio setengah gugup.

Mama Elle dan papa Dion tertawa, "Jangan gitu dong Gi! Liat tuh! Bella udah ngambek parah sama kamu."

Gio menoleh kearah Bella yang sedang menatapnya tajam. Seolah sedang berkata, "Gue telen lo hidup-hidup setelah ini"

---

Mama Elle dan papa Dio bergegas untuk pamit. Namun, pintu terbuka dan

"Bellaaaaaaa!!!"

Bella dan Gio menutup telinganya cepat saat mendengar suara lengkingan keras milik Vanya.

"Gue kangen banget sama lo!" Vanya langsung memeluk erat Bella yang masih terbaring itu.

"Lo gak lupa gue kan Bel?" tanya Vanya dengan raut wajah yang berubah sedih.

Bella menggeleng dan tersenyum ringan.

"Aaa makin sayang sama lo kapten!" teriaknya dan membuat Gio menggeleng menatap keduanya bergantian.

"Loh Dion?!"

Bella, Vanya dan Gio menatap kedua orang tersebut kebingungan.

"Kok kamu ada disini Von?"

"Saya ibu dari Vanya. Teman Bella. Loh kalian kenapa disini?"tanya mama Vanya.

Mama Elle yang sudah mengerti dengan semuanya pun bersuara "Hah?! Vanya anak kamu?"

"Ya. Dan sekarang kalian..?"

"Gio adalah anak kami"

"Apa?! Gio adalah anak kalian? yang berarti kakak dari Vanya?!"

YOUNG MARRIAGEWhere stories live. Discover now