13✨ Vanya

27.2K 761 30
                                    

"Eh Bel! Lo gila telfon gue jam segini!"

Bella berada di apartemen sederhana yang dulu ia beli dengan Vanya menggunakan uang tabungan mereka sendiri.

"Gue di apart kita"

"Hah? Sekarang? Gila lo Bel! Emang rumah lo sama Gio kenapa?" Vanya yang kepo membuat Bella jengah dan malas untuk membicarakan laki-laki itu.

"Mending besok pagi lo kesini jemput gue."

Klik

Bella memutuskan panggilan sepihak. Ia pasti tahu sahabatnya itu sekarang sedang mengucapkan sumpah serapahnya.

Ia tidur dan bersiap besok pagi adalah hari yang lebih baik dari hari ini.

---

Pagi nya Vanya langsung nyelonong masuk ke apartemen mereka dan menemukan Bella yang tidur dengan pulas dan mata yang sembab. Vanya yakin Bella menangis semalaman. Sudah bisa dipastikan penyebab dari segalanya itu adalah Gio. Laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan istri sebaik Bella.

"Bel!"

Vanya menggoyang-goyangkan tubuh Bella. Bella menggeliat dan duduk bersender di kasur.

"Ini jam berapa gila!? Pagi amat lo Van!"gerutu Bella yang masih setengah sadar.

"Yaiyalah gue! Gue kan rajin bukan kek lo yang molor mulu! Mandi, dan siap-siap sono"

Bella yang hampir terlelap lagi pun langsung didorong Vanya menuju kamar mandi.

"Eh tapi Van! Gue gak ada seragam!"

"Gue bawain seragam punya gue"

"Aaaa makasih ya kaka Vanya sayang! nambah cantik lo!" teriak Bella dan langsung bergegas mandi.

"Tai" jawab Vanya.

---

Saat istirahat, Bella memutuskan untuk dikelas saja dan menyelesaikan catatan matematikanya.

Vanya melangkahkan kakinya menuju kantin dan melihat dua orang yang sedang makan bersama di satu meja. Ia menggebu-gebu menghampiri kedua orang itu.

"Heh Gio!"

Gio menoleh dan tekejut melihat Vanya menghampirinya yang sedang berduaan dengan Aluna. Aluna hanya melanjutkan makannya dan menatap cuek Vanya yang sedang menatapnya garang.

"Apa?" jawab Gio enteng.

"Lo usir Bella dan selingkuh sama cewek kutu ini?!"

"Lo jangan asal ya kalo ngomong. Ganggu waktu makan gue tahu gak."

Vanya menatap Gio dan Aluna bergantian. "Lo udah bener-bener nyakitin perasaan Bella. Lo gak pantes buat dia."

Gio terkekeh dan menyeringai. "Gue yang gak pantes atau dia yang gak pantes buat gue itu gak ada pentingnya buat gue. Dia cuma orang baru yang datang dan mengetahui semua yang ada di kehidupan gue. Dan sekarang harusnya dia tau kalo perasaan gue bukan untuk dia!"

Plak

Tamparan keras dari Vanya membuat Aluna berdiri.

"Apaan lo! Alay. " Aluna langsung menarik tangan Gio yang mengepal marah karena ditampar keras oleh Vanya.

Saat melewati Vanya, ia berbisik dan membuat Vanya kaku seketika,

"Lo belain Bella atau lo cemburu liat mantan lo sekarang punya gebetan baru?hm?"

Vanya bergegas menuju kelasnya sembari menenteng bungkusan makanan yang ia beli untuk sahabatnya, Bella.

Sampai dikelas, Vanya melihat Bella tidur terlungkup diatas meja.
Vanya melirik buku tulisnya yang terbuka diatas meja menampilkan sederet tulisan rapi milik Bella.
Vanya tersenyum. Bella dapat dikatakan sebagai true friend. Itulah mengapa semua orang menyukainya.

"Bel!"

Bella menggeliat kecil, "Hm?" gumamnya.

"Gue udah bawain lo makanan. Sekarang lo harus makan! Jangan tidur mulu lo!"

Dengan terpaksa Bella bangun dan menatap sebal Vanya yang mengganggunya. Yang ditatap hanya mengulum senyum.

"Btw thanks ya lo udah ngerjain latihan gue! Lo emang the best" Vanya memeluk erat Bella yang sedang mengunyah dan hampir tersedak itu.

"Gue lagi makan! Bego!"

"Hehehe pis" Vanya tersenyum saat melihat makanan yang ia belikan untuk Bella itu hampir habis.

"Laper bu?"

Bella menoleh, "Ya gitu deh. Lo udah makan Van?"

Vanya mengangguk cepat, padahal ia tadi belum sempat makan karena insiden kecil antara dirinya dan Gio.

Saat pulang sekolah, Bella langsung say bye dengan Vanya dan masuk ke mobil miliknya untuk bergegas pulang.

Vanya ingin menyetop taksi, tetapi sebuah mobil hitam mewah berhenti didepannya.
Ia tahu betul siapa pemiliknya dan ia buru-buru untuk menyebrang. Lebih tepatnya menghindar dari orang itu. Namun sayangnya, laki-laki itu telah berhasil menahan pergelangan tangan Vanya.

"Vanya!"

"Lepas! Lo apa-apaan sih!"

"Ikut gue!"

Mau tak mau Vanya masuk kedalam mobil hitam itu.

---

"Jadi mau lo itu apa sih?"

"Kalo gak ada yang mau diomongin mending gue pulang!" Vanya bangkit dari kursi kafe tersebut dan segera berdiri.

"Tunggu!"

Vanya memutar bola matanya malas, "Apalagi sih"

"Duduk!" perintahnya.

Vanya mendengus dan duduk kembali menatap laki-laki yang berstatus mantannya itu sejak satu minggu sebelum laki-laki itu memberikan undangan pernikahannya dengan sahabatnya, Bella.

"Gue udah lupain lo. Lo punya sahabat gue sekarang." ucap Vanya

Gio menatap sendu perempuan yang sedang dihadapannya itu,

"Apa gak bisa kita menentang takdir?"

Vanya menggeleng cepat. "Lo harus balik io"

"Kenapa jadi gini sih?"

Vanya memalingkan wajahnya kearah lain. Ia tak mau menatap mata laki-laki itu lebih lama.

"Anya"

"Gue mau Bella tahu tentang ini"

Vanya menoleh dan menatap sinis Gio, "Apa lo bilang? Lo mau kasih tau Bella? Lo mau kasih tau dia kalo kita putus karena dia? Apa lo gak kasihan hah? Dia sahabat gue! Cukup kita yang tahu hubungan kita saat itu. Jangan sampe ada lagi yang tahu!"

Gio meraih tangan Vanya dan menggenggamnya erat, "Lo gak tahu hancurnya gue setelah lo memutuskan hubungan kita sepihak"

"Jangan bilang lo nyakitin Bella karena gue!" tembak Vanya spontan.

"Ya lo benar."

Vanya menggeleng cepat, "Lo udah gila io! Lo bener-bener gila!"

"Gue gak bisa lupain lo Anya, gak akan pernah bisa"

Vanya menangis, mengapa kisahnya serumit ini? apalagi harus menyangkut sahabat yang paling ia sayangi, Bella.

"Lupain gue! Pulang dan buka hati buat dia"

"Cuma lo yang ada di hati gue sampe sekarang" Gio menggeleng.

"Lo gak adil Gio! Lo gak adil!"

Gio meremas pelan jari-jari Vanya yang ia genggam. "Gue mau kembali sama lo"

"Tapi gue udah gak cinta sama lo io"

Gio menggeleng cepat, "Lo dan gue selalu saling mencintai. Kalaupun gue harus menceraikan Bella, gue siap ngelakuin itu buat lo Nya"

Vanya kembali menangis dalam pelukan Gio.

"Maaf.. Tapi gue bener-bener gak bisa menghianati persahabatan gue dan Bella, istri lo"

Vanya keluar dari kafe dengan wajah yang merah dan mata yang berair. Sementara itu, Gio merenungkan nasib pernikahannya dan kisah cintanya yang kandas dengan Vanya.

YOUNG MARRIAGEWhere stories live. Discover now