19✨ The last day?

27.4K 772 27
                                    

Gio terdiam kaku saat dokter diruang operasi mengatakan gagal untuk mengoperasi otak Bella yang terkena pendarahan hebat.

Gio bersimpuh dilantai, "YaAllah kenapa begini sih?!"

Gio menunggu operasi kedua untuk Bella.
Gio langsung bangkit dan menanyakan kondisi Bella saat dokter tersebut keluar.

"Jadi gimana dok kondisi istri saya?"

"Operasinya baik dan lancar namun pasien mengalami koma karena pendarahan yang banyak dikepalanya dan luka-luka hebat disekujur tubuhnya. Kita hanya bisa bersabar dan menunggu sadarnya pasien. Kami permisi"

"Alhamdulillah" Gio mengangguk pelan, dan kembali keruangan Vanya.

"Gimana keadaan Bella?"

"Operasi keduanya lancar. Tunggu sadarnya aja tan"

mama Vanya mengucapkan kata syukur berkali-kali dan menatap Gio intens.

"Kamu ada hubungan dengan Bella?"

Gio sedikit gugup untuk menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut mama Vanya.

"I-iya tan."

"Teman dekat? atau ?"

"Bella, istri Gio. Kita nikah kurang lebih dua bulan yang lalu" Gio menelan ludahnya pasrah.

mama Vanya tersentak, terkejut dengan penuturan Gio.

"Jadi.. kamu udah putus sama Vanya?"

Gio mengangguk pelan, "Iya tan. Maaf Gio dan Vanya gak pernah kasih tau tante soalnya kami putus juga secara baik-baik"

"Iya. Apa karena kamu nikah?"

Gio mengangguk. "Kita dijodohkan"

"Saran tante, jaga pernikahan kamu dan Bella apapun yang terjadi. Pernikahan itu sakral nak"

"Iya tante. Terimakasih"

"Sana! kamu jagain Bella. Biar tante yang jagain Vanya"

---

Gio melangkahkan kakinya pelan saat telah menutup pintu kaca itu.

Pandangan yang menyedihkan bagi dirinya,

Bella, istrinya terbaring lemah dengan alat-alat yang menopang dirinya agar tetap hidup.

Gio menangis,

"Aku minta maaf Bel"

Gio meraih tangan Bella yang sedang diinfus itu dengan sangat pelan dan menggenggamnya.

Gio mengecup pelan punggung tangan milik istrinya itu.

"Kamu harus bangun Bel! Kamu tahu? Vanya itu memang masa lalu aku yang pahit. Aku memang mencintai dia. Tapi aku sadar, rasa cinta itu sudah berpindah. Dan kamu, kamu cinta terakhir aku"

"Aku mohon kamu bangun Bel!"

Gio mengecup pelan kening Bella dan meneteskan air matanya.

Gio keluar dari ruangan tersebut dan kembali keruangan Vanya.

Gio tersenyum saat melihat Vanya yang sudah sadar dan sedang disuapi oleh mama nya itu.

"Eh Gio. Gimana kondisi Bella?"

Gio tersenyum pahit, "Bella koma setelah operasi di otaknya"

Vanya menangis dan langsung memeluk mama nya.

"Anterin gue kesana Gi!"

"Tapi lo masih sakit Nya!" bantah Gio.

"Gue udah gapapa kok. Please, anterin gue."

Gio akhirnya mengangguk pasrah dan mendorong kursi roda Vanya menuju ruangan Bella.

Saat diruangan Bella, Gio membiarkan Vanya yang menangis sambil menatap Bella.

"Lo kuat Bel! Lo jauh lebih kuat dari gue. Lo harus bangun dan lawan semua sakit itu. Ada banyak orang yang nunggu lo disini!"

Vanya terisak dan mama papa Bella pun datang bersama dengan mama dan papa Gio.

"Gimana Gi?"

"Koma. Bella mengalami pendarahan di kepala dan dioperasi pertama gagal. Tapi syukurnya, operasi kedua lancar kok ma"

"Alhamdulillah.." ucap mereka berbarengan

"Yaudah. Kami tunggu diluar ya"

Gio mengangguk dan membawa Vanya kembali keruangannya.

Gio segera berlari saat dokter dan para suster berbondong-bondong memasuki ruangan Bella.

"Ada apa ini ma?"

Mama Elle dan mama Tania hanya menangis.

"Kenapa ma?!"

"G-Gio.. hiks Bella, jantung Bella berhenti berdetak dan dokter ingin mencabut alat-alat yang membantu pernafasan Bella"

"Hah?! Ini gak mungkin ma! Gio mau masuk"

Gio masuk dan langsung mencegah dokter yang mau melepaskan semua alat-alat yang ada di tubuh dan wajah Bella.

"Tunggu dok! Bella masih hidup!"

"Tapi detak jantungnya sudah tidak ada pak" jelas dokter tersebut.

"Tunggu sebentar aja dok! saya mohon."

"Baiklah." dokter dan suster tersebut keluar ruangan dan menunggu diluar.

Gio menatap Bella sendu,

"Aku mohon Bel. Balik, Aku butuh kamu. Mama dan papa nunggu kamu. Mereka semua sayang kamu. Vanya sedih kamu begini Bel"

Gio meraih pelan tangan Bella yang kaku dan dingin itu.

"Bella.. Aku tahu kamu gak bisa denger aku, tapi aku tahu kamu bisa ngerasain. Aku butuh kamu sayang. Aku sayang kamu, dan aku mohon kamu bangun. Disini semua nunggu kamu dan sayang sama kamu. Kita perbaiki lagi semuanya. Aku janji gak bakal ketus lagi. Aku gak akan cuekkin kamu lagi. Aku bakal makan masakan kamu. Aku bakal nganterin kamu ke sekolah. Aku bakal perhatiin kamu sesuai yang kamu mau. Tapi aku mohon kamu bangun"

Gio menangis dan mengecup tangan Bella yang dingin itu.

"Cuma kamu satu-satunya dihati aku Bella. Kita mulai lagi sama-sama dari awal. Aku bakal memperbaiki itu semua. Tolong kasih aku kesempatan buat nyiptain kenangan indah kita. Aku sayang kamu."

"Aku mohon kamu bangun Bel.."

Gio masih menangis dan tak henti-hentinya mengecup punggung tangan milik Bella.

"Kamu inget? Kita buat kesepakatan 5 hari dan setelah itu aku boleh menceraikan kamu? Aku gak menyesal untuk mengiyakan kesepakatan kita. Karena dari sana aku belajar, kamu memang yang terbaik dan pantas untuk bersama aku. Kamu baik, setia, sabar dan penyayang mampu buat aku jatuh cinta sama kamu. Kata cerai itu gak pernah ada. Aku gak pernah ada niat untuk menceraikan kamu. Kamu, istri aku. Selamanya tetep jadi istri terbaik aku dan aku sadar kalo aku hampir saja melepaskan istri sebaik dan sesempurna kamu. Jadi gak ada alasan buat kamu untuk ninggalin aku, sayang." lirih Gio.

Gio dapat melihat air mata yang mengalir di mata Bella dan kembali berbunyinya alat tersebut. Menandakan detak jantung itu masih ada dan kembali.

"Kamu harus bangun Bel! Gak ada alesan buat kamu ninggalin aku! aku sayang kamu. Aku janji bakal memperbaiki itu semua" teriak Gio kuat.

Dokter dan beberapa suster langsung masuk dan kembali memasangkan alat-alat di tubuh dan hidung Bella.

"Kami akan memeriksa nya pak. Bapak bisa tunggu diluar"

Gio melepaskan genggaman mungil itu dan mengecup pelan kening Bella. Ia mendekat, dan berbisik.

'Back to me and i will show what is love.'

Tanpa Gio sadari, tangan mungil yang baru saja ia lepaskan itu bergerak sedikit.

YOUNG MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang