14✨ Sebuah kesempatan?

26.8K 711 15
                                    

Seminggu setelah itu, Bella memutuskan untuk kembali kerumahnya. Ya, rumahnya dan Gio. Walaupun berat tapi ia harus kembali. Masih banyak yang harus diselesaikan. Ia sadar status pernikahan lebih tinggi dari status hubungan apapun. Ia juga harusnya bersikap dewasa bukan main lari begini.

Ia berdiri didepan pintu kayu jati besar itu. Bella menghembuskan nafasnya pelan. Sejujurnya, ia masih sangat trauma akan kejadian kemarin antara dirinya, Gio dan Aluna. Terlalu banyak lika-liku di pernikahannya yang tanpa cinta itu.
Ia membuka pintu itu dan menatap sekeliling rumahnya itu.

Sepi, hening, tidak ada siapapun.

Bella menaiki tangga dan sampailah ia di depan pintu yang bertuliskan "BellaGio". Ia tersenyum mengingat kembali saat ia menempelkan kertas kecil yang telah ia hias untuk gabungan namanya dan Gio. Ia membuka pelan pintu kamarnya dan Gio.

Semuanya masih sama, dingin, bersih, sejuk,  dan rapi.

"Udah pulang lo?"

Bella menoleh dan terkejut melihat Gio yang tiduran diatas kasur tanpa memakai baju.

"Lo kemana aja?"

Bella hanya diam dan menaruh tasnya.

"Lo bisu?"

"Aku mau kita cerai" ucap Bella yang mampu membuat Gio memekik kaget.

"Hah? Lo bercanda?"

"Aku serius" Gio menatap Bella intens, "Lo beneran mau cerai dari gue?"

Bella mengangguk ragu,
mungkin ini yang terbaik buat kita,batinnya.

"Gue gak bisa."

Bella menoleh, menatap Gio yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa? Bukannya kamu pengen pisah?"

"Gue gak bisa ceraiin lo Bella"

Bella meneteskan air matanya, "Kenapa lo gak bisa?! Lo terlalu nyakitin gue Gio!"

Gio terkejut bukan main, Bella kekeh ingin minta pisah dan apalagi ini? Bella mengganti kosakatanya yang biasa aku-kamu menjadi lo-gue.

"Gue gak bisa dan jangan maksa gue!"

Gio langsung bangkit dan keluar dari kamar mereka.

Bella menangis dan memeluk lututnya. Ia sudah lelah dengan semua ini. Menurutnya, Gio memang tidak akan pernah bisa berubah.

---

Bella duduk di sofa ruang tamu sambil memakan camilan favoritnya dna menonton tv.

Gio pulang dan mengacuhkan keberadaan Bella disana.

"Gio!"

Gio menoleh malas dan langsung melanjutkan langkahnya ke kamar. Melihat itu, Bella beranjak dan menyusul Gio keatas.

"Gio"

"Apa?" sahut Gio cuek.

"Aku minta maaf soal tadi."

"Ya gue juga. Tapi kalo lo emang mau pisah dari gue. Gue kabulin permintaan lo."

Deg

Jedarr

Bella langsung memegang dadanya yang bergemuruh. Hati Bella langsung sakit mendengar satu kalimat terakhir dari Gio.

"Kamu serius?"

"Ya gue serius"

Bella mengusap air mata yang turun tanpa diundang itu. "Kamu jahat Gi!"

Gio mendekat, menatap wajah Bella yang basah itu.

"Gue akan menceraikan lo"

Bella menggeleng cepat, "Gak! aku gak mau pisah Gi! Aku udah mutusin buat mempertahanin pernikahan kita.."

Gio memegang bahu Bella yang bergetar hebat itu, "Tapi gue rasa ini yang terbaik buat kita. Awalnya gue gak mau, tapi gue pikir, lo bakal bebas dan gak tersiksa dengan gue yang begini Bel"

Bella menangis keras dan menggenggam kedua tangan Gio erat.

"Kasih aku waktu 5 hari buat nyiptain kenangan indah kita. Setelah itu kamu boleh menceraikan aku"

Gio menatap Bella sejenak dan tersenyum  kemudian mengangguk tanpa ragu-ragu.

"I'll give you a chance"

YOUNG MARRIAGEWhere stories live. Discover now