Chapter 16

5.4K 608 48
                                    

Seulgi POV

"Seulgi-ya." Panggil seseorang dengan suara yang pelan, membuatku yang sedang sibuk dengan komputer ini langsung menoleh kearah pintu ruanganku dengan Joy.
"Nona Bae? Kenapa anda tidak memanggilku lewat interkom saja?" Tanyaku.

Tanpa menjawab pertanyaanku, nona Bae langsung memasuki ruanganku dan menutup kembali pintu ruangan.
"Joy mana?" Tanya beliau.
"Keluar, katanya ada urusan dengan calon kekasihnya." Jawabku.

"Joy keluar karena ada urusan dengan calon kekasihnya?" Ulang nona Bae sekali lagi dengan ekspresi tak percayanya.
"Apa anda ingin saya menelpon Joy untuk kembali saat ini?" Tanyaku.

"Tidak tidak. Aku tidak mau dia menyembeliku karena menggangguk quality time dengan calonnya itu. Emm...aku kesini sebenarnya ingin mengajakmu makan siang. Kau mau?" Tanya nona Bae sembari menggaruk lehernya yang kuyakini itu tidak gatal.

"Makan siang? Memangnya ini jam istirahat siang?" Tanyaku balik.
"Bukan sih, tapi kau masa menolak tawaranku sih? Ingat, aku ini calon istrimu. Apa salahnya kau menuruti kemauanku." Cemberut nona Bae. Tunggu, apa aku harus memanggilnya noona?

"Aaa...geurrae. Kajja kita cari makan, noona." Ucapku gugup.
"Noona?! Jangan panggil aku noona, walaupun aku memang lebih tua darimu tetap saja jangan panggil aku noona." Kesalnya.

"Lalu aku harus memanggilmu apa?" Frustasiku.
"Baby, babe, chagi, yeobo, darling, honey. Pilih diantara itu semua. Kau kuberi kebebasan untuk memilih, Kang Seulgi." Balasnya, membuatku langsung melebarkan matanya karena kaget.

"Aku tidak mau memilih." Ucapku akhirnya.
"Kalau begitu, biar aku saja yang memilih. Mulai sekarang kau tak kuijinkan untuk memanggilku nona Bae lagi. Panggil aku....yeobo." Balasnya.

"Andwae!" Tolakku keras.
"Wae? Apa setelah kita menikah nanti kau juga akan tetap memanggilku nona Bae? Oh my, itu tidak ada dikamusku. Aku tidak mau tahu, mulai sekarang panggil aku yeobo. Tidak ada penolakan." Tegasnya.

"Kajja, aku sudah lapar. Kau tidak mungkin membiarkan calon istrimu ini mati kelaparankan bear?" Godanya sembari menarik tanganku.

Sesampainya di lobby, semua pasang mata menatap kearahku dan....calon istriku ini. Kenapa? Tentu saja karena saat ini Irene tengah mengaitkan tangannya kelenganku. Aku yakin, saat ini pasti mereka semua berfikir bahwa aku dan nona Bae tengah menjalin hubungan khusus.

"Itu Seulgi, sekretaris nona Bae bukan?"

"Iya. Apa nona Bae dan Seulgi memiliki hubungan khusus?"

"Tentu saja pabo! Lihat saja nona Bae terlihat manis saat bersama dengan Seulgi. Bahkan saat ini nona Bae tengah mengaitkan tangannya kelengan Seulgi."

"Kang Seulgiku, dia ternyata sudah ada yang punya."

"Haahh...mana bisa kita bersaingan dengan nona Bae? Nona Bae cantik dan kaya raya, lah kita? Hanya bagaikan upil saja."

"Padahal aku berencana untuk menyatakan perasaanku kepada nona Bae. Tapi sudah keduluan."

"Sama, aku juga."

Itulah yang kudengar dari bisik-bisikan mereka. Sebentar lagi, aku yakin sebentar lagi berita ini akan sampai kesantero kantor. Hanya tinggal menunggu waktu saja.

"Jangan pedulikan ucapan mereka. Biarkan mereka bergosip dan biarkan juga rumor hubungan kita sampai ketelinga Lee Sunmi dan Jeon Somi. Biar mereka tahu kalau kau sudah menjadi milikku!" Geram wanita disampingku ini.

"Somi dan Sunmi noona? Ada apa dengan mereka?" Tanyaku.
"Mereka menyukaimu." Jawabnya.
"Hah? Mana mungkin." Ucapku tak percaya.
"Aku ini seorang wanita juga, sama seperti mereka. Jadi aku tahu tatapan seorang wanita yang menatap biasa kepada lawan jenis seperti Joy kepadamu dan tatapan wanita yang jatuh cinta kepada lawan jenis seperti kedua wanita itu kepadamu." Jelasnya.

"Ooo..." ucapku sembari membukakan pintu  mobil bagian depan untuknya. Setelah Irene masuk, aku menutup kembali pintu tersebut dan akunya menuju pintu kemudi.
Setelah memasang sabuk pengaman, aku menyalakan mesin.

"Oh iya, aku juga berencana untuk memublikasikan hubungan kita secepatnya. Aku ingin mereka tahu bahwa kau dan aku akan segera melaksanakan pernikahan. Jadi, bisa dipastikan bahwa tidak ada yang bisa memilikimu selain aku." Ucap Irene membuatku kembali terkejut akan rencananya yang sungguh tidak terduga.

"Secepat itu? Kau sudah bilang padaku bahwa kau tidak ingin terburu-buru." Protesku.
"Hanya memublikasikan rencana pernikahan saja Seulgi, bukan acaranya." Jelasnya.

"Tapi, tetap saja itu-"
"Apa jangan-jangan kau tidak mau orang lain tahu hubungan kita, supaya kau bisa bermesraan dengan wanita lain sebelum pernikahan kita. Benar begitu, Kang Seulgi?" Apalagi cobaan yang kau berikan Tuhan? Bagaimana bisa dia menuduhku yang tidak-tidak??

"Persepsi macan apa itu? Aku bukan pria seperti itu. Maksudku itu, tidak bisakah kita melaksakan pernikahan yang rahasia?" Jelasku.
"Tidak bisa. Aku ingin Somi dan juga Sunmi tahu bahwa kau adalah milikku." Balasnya.

"Tap-"
"Jangan membuatku marah karena bantahanmu, Seul." Lagi-lagi dia memotong ucapanku.
"Haahh...baiklah, terserah kau saja." Ucapku menyerah.

"Apa kau marah padaku? Seharusnya aku yang marah padamu Kang. Jelas-jelas disini kau yang salah." Kesalnya.
"Aku tidak marah padamu, jadi anggap saja kita tidak pernah berbicara tentang ini ok?" Ucapku lagi.

"Jelas kau marah saat ini. Berani sekali kau marah pada bosmu?" Kesalnya yang juga membuatku kesal.
"Sekarang kau bilang bahwa kau adalah bosku, padahal tadi kamu melarangku memanggilmu nona Bae?" Kesalku.

"Kau---arrgghhh! Lupakan!" Pekiknya kesal sembari melipat tangannya didepan dadanya dan tak mau menatapku. Ya tuhan, kuatkanlah hambamu ini.
"Baiklah sayang, jangan marah ne? Aku minta maaf karena membantahmu tadi. Setelah dipikir-pikir memang bagus juga memublikasikan rencana pernikahan kita." Ucapku dan mencoba untuk memegang tangannya.

Tiba-tiba saja, air mata lolos dari kedua mata indahnya.
"Hey~kenapa menangis hm? Maafkan aku ok? Aku tidak akan membantahmu lagi, lalukan sesukamu." Pria macam apa kau ini Seulgi, pertama kali dalam hidupmu kau membuat seorang wanita menangis.

"Jangan membantahku lagi, jangan selingkuh dariku, jangan bermain-main denganku, jangan juga kau mempermainkanku Seulgi." Ucapnya sembari terisak-isak.

"Aku tidak akan melakukan itu semua, aku berjanji. Jadi, jangan nangis ne?" Balasku sembari menghapus air matanya dengan kedua jempolku.
"Cium aku kalau kau tidak mau aku menangis." Pintanya.

Dengan penuh perasaan, aku mendaratkan bibirku dikeningnya.
"Kenapa malah dikening?" Cemberutnya.
"Lalu dimana?" Tanyaku.
"Disini." Ucapnya sembari menunjuk bibirnya. Tuhannn~~~kenapa kau menciptakan wanita seimut dirinya??

Karena permintaannya, aku mencium bibirnya. Hanya menempel saja, tapi tiba-tiba saja bibirku dilumat olehnya dan....yeahh...aku membalasnya.
Setelah 3 menit bibir kami menyatu, aku mengakhiri pangutan itu.

"Kenapa dilepas?" Tanyanya. Dapat kulihat ada gurat kekecewaan diwajahnya saat ini.
"Kau bilang lapar bukan? Ayo kita pergi makan." Ucapku sembari mengelus bibirnya yang sedikit membengkak.

"Kita ke penthouseku saja. Aku akan memasak, karena sedang tidak mood makan makanan luar." Ucapnya.
"Geurrae, kajja kita kepenthousemu." Balasku.

Tbc...

Sesuai janji, author update hr ini~😚
Maaf klo ada yg typo🙏



Would U 《Seulrene》 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang