Chapter 10

6K 635 40
                                    

Author POV

"Hnngg~" sebuah erangan keluar dari mulut Irene saat sinar matahari merambat masuk kedalam kamarnya dari sela gorden.
Wanita itu mengucek matanya, sembari beranjak dari posisi tidurnya.

Irene berjalan menuju jendela kamarnya, dan membuka gorden yang menghalangi sinar mentari.
Irene sedikit menyipitkan matanya saat dirasakannya cahaya matahari menusuk matanya.

Dilihatnya jam dinding menunjukkan jam setengah enam pagi. Biasanya Irene akan terbangun, saat alarm yang disetelnya berbunyi. Tapi alarmnya tidak berbunyi sama sekali pagi ini. Mungkin saja ia lupa menyetel alarm. Syukur ia tidak bangun telat.

Irene mengganti piyamanya dengan bathrope dan kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. 30 menit ia habiskan didalam kamar mandi, dan akhirnya keluar juga.

Irene berjalan menuju walk in closetnya dan memakai pakaian kerjanya.

Irene berjalan menuju walk in closetnya dan memakai pakaian kerjanya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

"Perfect." Ucap Irene yang merasa puas akan penampilannya.
Ketika Irene turun kebawah, Seulgi sudah berdiri di ujung tangga dan menatapnya.

"Selamat pagi nona Bae." Ucap Seulgi sembari membungkuk hormat.
"Kau tampak berbeda dari Seulgi yang kemarin." Balas Irene.

"Mungkin hanya perasaan anda saja nona." Kata Seulgi lagi.
"Kau sudah sarapan?" Tanya Irene.
"Sudah nona." Jawab Seulgi.

"Jam berapa?" Tanya Irene lagi.
"Sekitar jam 6." Jawab Seulgi.
"Apa yang kau makan?" Tanya Irene, membuat Seulgi bingung.

"Sandwich goreng." Jawab Seulgi.
"Kalau begitu, buatkan aku sarapan. Aku belum sarapan dan belum pernah makan sarapan buatanmu. Kaukan sudah pernah  menikmati sarapan buatanku." Pinta Irene.

"Maaf nona, tapi saya hanya bisa membuat sandwich. Apa nona bakal kenyang?" Tanya Seulgi meragu.
"Ini sarapan Seulgi. Dan sarapan itu tidak perlu sampai kenyang-kenyang banget." Jawab Irene.

"Emm...baiklah." ucap Seulgi akhirnya, membuat Irene tersenyum manis.
Seulgi melepas jas dan dasi yang dipakainya, dan kemudian menggulung setengah lengan kemejanya.

Seulgi melepas jas dan dasi yang dipakainya, dan kemudian menggulung setengah lengan kemejanya

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Jujur saja, fashion Seulgi itu sangat cool dan membuat Irene terpesona. Dengan pakaian yang formal, Seulgi terlihat sangat berwibawa.

Apalagi jika tampilan Seulgi seperti sekarang ini? Pemandangan Seulgi yang tengah menggoreng sandwich dari belakang itu hugable banget.

Bahu lebar, leher jenjang, dan postur badan yang tinggi mampu membuat Irene berimajinasi terlalu tinggi. Tenggelam dalam dekapan hangat seorang Kang Seulgi mungkin sudah menjadi cita-cita Irene saat ini.

"Silakan di nikmati nona." Suara bass Seulgi menarik Irene keluar lamunannya.
"Oh ya baiklah. Emm...kau tidak makan?" Tanya Irene.
"Saya sudah makan nona." Jawab Seulgi.

Irene memakan sarapannya dengan tenang, sedangkan Seulgi memainkan ponselnya.
Ingin rasanya Irene mengakhiri suasana canggung ini, tapi bahkan untuk mengeluarkan suara dan berbicara pada Seulgi saja ia tidak bisa.

Rasanya....ia terlalu gugup. Seulgi selalu terlihat tampan setiap harinya, tapi hari ini Seulgi terlihat jauh lebih tampan berkali-kali lipat.

"Seulgi-ya, kau satu ruangan dengan Joy kan?" Tanya Irene.
"Ne. Ada apa nona?" Tanya Seulgi.
"Tolong nanti kau bilang ke dia untuk keruanganku. Aku ada perlu dengannya." Jawab Irene.
"Baik nona." Balas Seulgi.

"Aku sudah selesai, ayo kita berangkat sekarang. Oh ya, sandwichmu boleh juga." Puji Irene, membuat jantung Seulgi deg-degan karenanya.

"Terima kasih atas pujianmu nona." Balas Seulgi, dan kemudian keduanya berjalan menuju ruang tamu. Irene mengambil jas dan dasi Seulgi yang ditaruh di sandaran sofa.

Saat Seulgi ingin mengambil jas dan dasinya, Irene malah melarang Seulgi menyentuh jas dan dasi tersebut.
"Apa yang anda lakukan nona?" Tanya Seulgi bingung.

"Diamlah, aku akan memakaikannya untukmu." Ucap Irene.
"Tidak perlu nona. Aku masih bisa memakainya sendiri." Balas Seulgi.

"Ini sebagai ucapan terima kasih karena kau sudah membuatkan sarapan." Kekeh Irene.
"Tidak perlu sampai seperti ini nona." Tolak Seulgi.
"Aku tidak menerima penolakan." Balas Irene, membuat Seulgi menghela nafasnya berat.

Irene tersenyum menanggapi Seulgi, dan kemudian membantu Seulgi memakai kembali jas dan dasi pria itu.
Irene berjalan mendekati Seulgi, agar dirinya dapat memakaikan dasi Seulgi.

Tangan Irene melingkar di leher Seulgi untuk menaikkan kera kemeja dan mengalungkan dasi tersebut. Jujur saja, jantung Irene dan Seulgi berdegup dengan kencang.

Bukan tanpa alasan jantung itu berdegup dengan kencang. Pasalnya, saat ini wajah mereka sangat dekat dan bahkan hidung mereka hampir saja bertabrakan.

Adegan dimana Irene memasangkan dasi dan jas Seulgi seperti adegan slow motion. Irene terlihat seperti istri yang mengantar kepergian sang suami yang akan berangkat kerja, sedangkan Seulgi adalah sang suami.

"Ehem!" Batuk Seulgi. Siapapun juga bakal tahu bahwa itu adalah batuk yang dipaksakan. Tiba-tiba saja kecanggungan menyeruak diantara Irene dan Seulgi.

"Emm...ayo berangkat." Ajak Seulgi, dan kemudian berjalan mendahului Irene ke mobil.
"Aaaiisshh~aku malu sekali. Wajah kami dekat sekalu tadi." Gerutu Irene pelan.

Tbc...

Maaf typo~
Maaf juga karena lama updatenya~
Mianhae yeorobun-deul~
Jinjja mianhaeyo~
🙏🙏🙏🙏🙏

Would U 《Seulrene》 {END}Место, где живут истории. Откройте их для себя