"Kenapa hatiku terasa sakit ketika melihatmu menangis? Kenapa dadaku terasa sesak ketika melihatmu meneteskan air mata? Kenapa?? Tolong jawab aku. Siapapun tolong jawab aku....hiks.....hiks...."

"Kenapa kau membuatku semakin bingung dengan semua ini Karen? Kenapa?? Arghh......." isak Regan seraya membanting semua yang ditemukannya di ruang tamu.

Mungkinkah wanita yang disebut semua orang sebagai istrinya itu mengkhianatinya? Mungkinkah semua yang dikatakan Amel benar adanya? Mungkinkah ia telah salah dengan bersikap acuh kepada Karen selama ini? Mana yang Regan harus percayai? Dirinya dilanda kebingungan saat ini.

Regan beranjak dari ruang tamu menuju ke kamar yang di tempati Karen. Saat berada di depan pintu, ia sempat bergeming. Namun hatinya seakan memaksanya untuk masuk ke dalam. Akhirnya Regan menuruti kata hatinya dan masuk ke dalam.

Wangi lembut khas Karen memenuhi indra penciumannya. Regan berjalan ke arah ranjang dan duduk di pinggir ranjang. Matanya terus mengedar meniti seluruh ruangan hingga pandangannya terhenti pada sebuah bingkai foto yang di dalamnya terdapat foto pernikahannya bersama Karen terletak di atas nakas.

Dalam foto itu, dirinya tersenyum bahagia seraya memeluk erat pinggang Karen yang ada di sampingnya. Begitupun Karen yang terlihat sangat cantik dan jangan lupakan senyuman bahagianya.

Apakah dulu aku seperti ini? Mengapa aku sama sekali tak mengingatnya? Batin Regan dalam hatinya.

Regan membuka laci pertama nakas tersebut dan menemukan sebuah buku diary di dalamnya. Regan mengambilnya dan membaca halaman pertama buku tersebut.

Dear diary,...

Hari ini adalah hari pernikahanku bersama dengan seorang pria yang baru ku kenal beberapa hari terakhir. Entahlah, aku harus bahagia atau sedih dengan semua ini. Regan Dioca Atmadja, itulah nama pria tersebut. Pria yang sebentar lagi akan menjadi imamku. Pria yang dipilihkan Deni untuk menjagaku setelah kepergiannya sebagai suamiku....

Regan kembali membuka lembaran berikutnya. Di sana Karen menuliskan semua kebahagiaan yang dirasakannya saat bersama dengan Regan. Kebahagiaannya menjalani mahligai rumah tangga bersama dengannya. Tanpa Regan sadari bibirnya mengulas sebuah senyum saat membaca kalimat-kalimat yang ada di dalam buku diary tersebut.

Hari ini aku sangat bahagia, pasalnya Regan sangat memperhatikanku setelah kepulanganku dari rumah sakit. Dia memperlakukanku layaknya seorang ratu. Tapi jujur, aku sangat risih ketika dia melarangku melakukan ini dan itu. Namun aku sangat menyukai sikap manisnya...

Regan kembali membuka lembaran berikutnya. Masih sama seperti lembaran sebelumnya, semua curahan kebahagiaan Karen tertuang di dalamnya. Hingga matanya terhenti pada satu halaman.

Hari-hari pernikahan kita lalui dengan sangat bahagia. Dia sering kali menggodaku dan akan berakhir dengan aku yang merajuk, tapi dia juga yang berhasil membujukku. Tapi berbeda dengan hari itu, Hari itu tak seperti biasanya, Regan pulang dengan wajah kusutnya. Aku sempat terkejut dengan sikap dinginnya, bahkan sebelumnya Regan tak pernah bersikap seperti ini kepadaku. Dia terlihat marah kepadaku. Aku sangat takut ketika dia menatapku seakan aku adalah mangsanya. Tapi aku tetap berusaha untuk tersenyum, meskipun itu terasa sangat sakit.

Malam harinya, ketika kita selesai makan malam, Regan langsung berlalu menuju kamar. Itu di luar kebiasaannya selama ini. Biasanya dia akan meluangkan waktunya untuk hanya sekedar mengobrol denganku. Awalnya aku tak ambil pusing, aku segera menyusulnya ke dalam kamar. Kulihat dia sudah terlelap, aku menuju kamar mandi sebelum ikut berbaring di sampingnya.

Sikapnya mulai berubah semenjak hari itu. Ia menjadi seorang Regan yang tak ku kenal. Ia berubah sangat dingin padaku. Aku bingung, sebenarnya apa yang terjadi hingga membuatnya berubah seperti sekarang.

Puncaknya, saat malam itu. Ketika dia sangat marah padaku dan membanting ponselku hingga jatuh dan hancur berkeping-keping. Aku sangat takut kala itu. Ditambah lagi, hatiku sangat sakit ketika dia menuduhku berselingkuh dengan Andra.

Kepala Regan terasa sakit secara tiba-tiba. Regan memejamkan matanya dan memijit pelipisnya berharap bisa mengurangi rasa sakitnya. Tapi itu tak membantunya.

Ingatannya sedikit demi sedikit kembali berputar di kepalanya seperti potongan film usang yang memenuhi otaknya. Ia mengingatnya sekarang, amanat Deni, pertemuan pertamanya bersama Karen di pemakaman sahabatnya itu, pernikahan mereka, ungkapan cintanya kepada wanita itu, kebahagiaan pernikahan mereka. Regan sudah mengingatnya. Bahkan ia mengingat telah menuduh Karen berpaling darinya. Ia juga mengingat bahwa dirinyalah yang sudah menodai janji suci pernikahan mereka.

Regan kembali membaca buku diary milik Karen. Tak terasa air matanya kembali menetes. Apa dia sudah menyakiti Karen terlalu dalam? Bahkan tadi siang dia yang menyebabkan air mata itu jatuh dari mata Karen walaupun itu di luar kehendaknya.

Andra adalah sahabatku saat aku masih SMA. Kami tanpa sengaja bertemu kembali setelah sekian lama di rumah sakit kemarin. Untuk merayakannya, ia mengajakku makan siang bersama di sebuah kafe yang tak jauh dari tempatku bekerja. Dia memintaku untuk memberinya saran untuk membujuk kekasihnya.

Setelah itu, dia mengajakku ke toko peehiasan untuk membelikan kekasihnya itu hadiah. Aku menurutinya, karena dia mengatakan kalau aku seorang wanita dan akan mengerti selera wanita lainnya.

Aku tidak menyangka kalau semua ini akan menjadi awal dari kerenggangan rumah tanggaku. Regan semakin menajuh dariku. Aku sangat sakit melihatnya.

Belum selesai masalahku, masalah baru datang lagi. Apa ini? Regan mengalami kecelakaan dan mengalami amnesia. Hatiku sempat hancur ketika mendengar dokter mengatakan itu. Duniaku seakan hilang ketika Regan membuka matanya dan menatapku dengan tatapan asingnya seolah dia tak mengenalku. Aku berusaha untuk selalu tersenyum meskipun itu sangat menyakitkan.

Regan tak kuasa untuk membendung lagi air matanya. Betapa bodohnya dirinya selama ini. Menuduh wanita yang selama ini sangat mencintainya berselingkuh dengan pria lain bahkan ia tak mau mendengarkan penjelasan dari Karen. Ia membiarkan rasa curiga dalam dirinya semakin tumbuh dan menguasai dirinya.

Regan mengacak rambutnya frustasi. Ia harus menemukan Karen. Ia akan meminta maaf pada wanita itu. Ia akan bersujud demi mendapatkan maaf dari wanita itu.

Regan mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Halo, aku ada tugas untukmu lagi" ucapnya setelah sambungan telponnya terhubung.

"................."

"Cari tahu dimana istriku berada saat ini. Dan beri tahu aku secepatnya. Aku tidak ingin menunggu lama" jelas Regan sebelum ia menutup panggilan itu secara sepihak.

Regan akan menemukan Karen bagaimanapun caranya. Bahkan jika ia harus mengorbankan segalanya.

Maafkan aku, sayang.....

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Gimana? Feelnya dapat ngga?

Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang