Chapter 12: Buruk.

2.2K 295 30
                                    

Meskipun sudah seminggu berlalu setelah Aisa dioperasi, perempuan itu masih dinyatakan koma. Sampai sekarang belum ada kabar baik mengenai perkembangan dia di rumah sakit, kondisinya masih sama. Entahlah, skenario Tuhan begitu rumit. Tapi bukankah ini sebuah kebetulan? Dulu saat Prilly pergi, Aisa yang datang menggantikan sosok Prilly. Saat Prilly kembali, seolah Aisa tak diperkenankan untuk berperan lagi. Rencana apalagi yang Tuhan siapkan untuk nanti?

Tapi semenjak Aisa koma, Prilly jadi mulai perhatian pada Mecca meskipun kadang gadis itu menolak diperhatikan oleh Prilly. Bukan cuma Reta yang gembira akan hal itu, Ali juga. Prilly jadi sering menanyakan bagaimana kondisi Mecca sekarang, apa jahitan di keningnya sudah kering, apa dia masih menangis memikirkan Aisa, bahkan sering bolak-balik ke rumah Ali hanya untuk mengetahui kabar yang pasti mengenai Mecca. Prilly jadi peduli.

Sekarang Ali datang ke rumah mantan ibu mertua juga mantan istrinya untuk menitipkan Mecca sebentar, ia izin pergi ke bandara untuk menjemput adiknya yang akan datang dari Singapura. Setelah Ali dan Prilly dulu berpisah, adik Ali pulang ke tanah air untuk melanjutkan studi di sini. Setelah lulus dan menjadi seorang dokter, ia pindah ke Singapura dan tinggal di sana hampir empat tahun. Dan Ali mendapat kabar bahwa adiknya akan kembali dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia lagi bersamanya.

Tak butuh waktu lama, Ali sudah sampai di bandara. Adiknya sudah menantikan ia di depan pintu masuk, dan ketika melihat Ali datang ia langsung berhambur memeluk Ali.

"A' Aliiiiii!" teriak perempuan itu dengan antusias.

"Dokternya A'a makin sukses aja nihhh." ujar Ali. "Gimana kabar kamu, Al? Sehat, kan?" tanya Ali.

"Alhamdulilah sehat dong, A. A' Ali sendiri gimana?"

"Alhamdulilah baik."

"Ponakan aku mana? Kok nggak di ajak?"

Pertanyaan Al membuat Ali langsung murung mengingat beberapa waktu lalu ia baru saja mengalami kecelakaan. Al yang melihat ada perubah pada wajah Ali langsung bertanya.

"Kenapa, A?"

"Minggu lalu mobil aku kecelakaan. Mecca sih gapapa, tapi Aisa koma dan sampe sekarang dia keukeuh minta ketemu uminya."

"Innalillahi. Terus gimana? Mecca dimana sekarang?"

"Mecca di rumah omanya, di sana juga ada ibu kandungnya."

"Ibu kandungnya? Udah pulang?"

"Baru aja pulang."

"Untung aja masih ada yang jagain. Aku ngerti gimana perasaan Mecca, pasti trauma." ujar Al. "Udah ah jangan sedih lagi, aku mau cerita banyakkkk banget sama A' Ali soal gimana selama aku di Singapura."

"Ah boleh tuh, ayo ceritanya sambil jalan ke parkiran aja."

"A' Ali tau? Di sana aku ketemu pasien bermacam-macam, tapi ada satu pasien yang berhasil bikin aku terkesan. Dia menderita penyakit yang cukup parah sih ya, tapi dia asik gitu orangnya, cuma sedih aja liat dia setiap kali kemo nggak pernah ada yang temenin."

"Masa?"

"Beneran deh. Dia juga rela ninggalin keluarga demi ngelawan penyakitnya, dan satu-satunya harapan dia cuma satu yaitu pulang nemuin keluarganya tanpa penyakitnya lagi. Tapi ya gimana, penyakit dia juga udah cukup parah. Akhirnya dia terpaksa pulang walaupun masih sakit nemuin keluarganya, karena dia bilang dia ninggalin tanggung jawab besar."

"Kasihan juga ya.."

"Ya kan, aku aja yang nanganin dia nggak tega. Selama ini aku coba support dia terus, dia nggak pernah ngeluh, dia nggak pernah nunjukin kalo dia sakit. Pas kemo aja justru ketawa terus ngobrol sama aku. Mungkin orang-orang bisa tertipu."

Suatu Hari Nantiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن