Chapter 8: Masalah yang terus bermunculan.

2.4K 267 30
                                    

Next kali ini traktiran dari author yang sedang ultah mwehehehe🎂

***

Waktu bergulir sangat cepat, sebentar lagi di rumah megah ini akan segera kedatangan anggota keluarga baru. Tak heran kalau Ali begitu gembira dan sering membeli perlengkapan bayi hampir tiap pulang bekerja. Prilly berulang kali protes dengan kelakuan Ali yang menghamburkan uang untuk membeli yang tidak begitu penting, tapi tetap saja laki-laki itu bersikukuh dan tak mau jika anaknya nanti kekurangan.

Awal mengandung dokter mengatakan bahwa janinnya lemah dan mengharuskan Prilly beristirahat total di rumah, dan hal tersebut dituruti. Lama-kelamaan Prilly betah bersantai ria dan pada akhirnya memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia menuruti permintaan Ali, Prilly rasa memang sudah waktunya ia fokus pada tanggung jawabnya yang besar sebagai seorang ibu rumah tangga.

Kebetulan, dua bulan lalu adalah puasa pertama yang mereka jalani bersama-sama. Tahun lalu Prilly masih dengan Reta, sedangkan Ali sendiri. Tapi kini mereka saling melengkapi.

Walaupun Prilly sedang mengandung waktu itu tapi syukur puasanya lancar, hanya bolong beberapa karena sahur kesiangan. Itupun Ali yang menyuruhnya supaya tidak puasa dulu karena melihat keadaan. Hal yang paling mereka rindukan di bulan ramadhan yaitu apalagi kalau bukan saat-saat mereka sahur kesiangan. Biasanya orang-orang yang bangun kesiangan akan berdecak sebal bahkan mengatakan sumpah serapah. Tapi tidak dengan mereka, justru saat tahu kesiangan mereka malah tertawa dan tidak menjadikan hal itu bencana besar.

Prilly lebih banyak waktu luang di rumah, ia berubah seratus delapan puluh derajat demi Ali. Dan iya yakin bahwa ia juga telah mencintai laki-laki itu.

Tapi, hal yang paling tidak Prilly sukai yaitu tiap kali melihat Aisa berkunjung ke rumah hanya untuk sekadar mengobrol dengan Ali. Sebenarnya tak masalah, tapi lama-kelamaan Prilly risih. Siapa yang tak geram melihat seorang gadis tiap hari datang rumah tetangga prianya yang telah memiliki istri? Padahal Prilly menghargainya, tapi gadis itu terus merindukan suami orang lain.

Kini Prilly tengah bersandar di atas ranjang sambil membaca katalog, namun tiba-tiba saja kegiatannya itu dirusak oleh suara gaduh dari lantai bawah.

Prilly akhirnya memilih untuk turun, dengan hati-hati ia mulai menginjakkan kakinya di atas anak tangga. Hingga pada anak tangga terakhir ia menghentikan langkahnya karena suara itu justru membuat penasaran.

"Demi Allah, Ali, aku cinta sama kamu hiks hiks." kata seseorang yang dari suaranya terdengar bahwa ia seorang wanita.

"Kamu gila, beneran kamu udah gila, Aisa. Saya udah punya istri, sebentar lagi Prilly melahirkan, seharusnya kamu jangan jatuh cinta sama saya!" desis Ali.

"Kalau boleh memilih aku juga pengen seperti itu, aku lebih baik memilih nggak pernah ketemu kamu dan nggak pernah mencintai kamu hiks hiks."

"Terus apa, hah?" tanya Ali tidak paham lagi.

"Nikahi aku, Li, nikahi aku seperti kamu menikahi Prilly. Aku tulus cinta sama kamu, aku bisa jauh lebih baik dari Prilly." kata Aisa, sepertinya ia sudah kehilangan akal.

"NGGAK! Saya nggak bisa." Ali mengacak rambutnya frustasi.

"Kenapa nggak bisa? Berpoligami diperbolehkan, kan? Tolong, aku bener-bener cinta sama kamu, Li, hiks hiks."

Suatu Hari NantiWhere stories live. Discover now