Chapter 2: Perasaan yang aneh.

3.3K 275 9
                                    

Setelah mereka mengantar kepergian Sani dan Nissa sampai depan rumah, mereka kembali ke dalam masih bersama Ali. Reta terus mengajaknya berbicara, ia suka dengan Ali karena ia sangat sopan sekali. Prilly yang melihat hal itu spontan tersenyum kecil.

"Ma, Prilly ke kamar dulu ya?" izinnya.

"Eh, mau ngapain? Di sini dulu temenin Ali ngobrol." perintah Reta.

"Tapi ma---"

"Udah, duduk dulu sini..." Reta memegang kedua bahu Prilly untuk duduk di sofa yang jaraknya tak jauh dari Ali. Prilly tersenyum singkat, rasanya canggung sekali bertemu orang baru.

Reta ikut duduk di sana. "Li, kamu lulusan apa? Terus udah kerja apa belum?"

"Ma, apaan sih nanya-nanya kayak gitu." tegur Prilly berbisik.

"Ya gapapa, Pril. Cuma mau tau, kali aja jadi menantu." ujar Reta.

"Ck, nggak jelas deh." desis Prilly.

Ali tertawa kecil karena mendengar obrolan antara ibu dan anak yang saling berbisik ria itu. "Ali lulusan manajemen SDM, Bu. Tapi belum kerja, Ali kan baru pulang dari kampung kakek hehehe."

"Wah, beneran? Prilly juga loh, sekarang dia kerja di perusahaan ritel apa tuh, eum... Shop Market." kata Reta antusias.

"Ihh mama udah, sih." komentar Prilly.

"Hebat dong, kamu. Pasti jadi HRD ya?" tanya Ali kepada Prilly.

"Jadi manajer SDM dan peran departemen HRD." jawab Prilly seadanya.

"Berat nggak sih kerjanya? Saya baru mau ngelamar, jadi belum paham betul."

"Sebentar, mama tinggal ke belakang dulu ya? Li, ibu ke belakang dulu mau buat camilan." sambar Reta.

"Nggak usah repot-repot, Bu."

"Udah gapapa, tunggu ya."

Setelah Reta pergi, mereka melanjutkan obrolannya. Ali antusias mendengarkan Prilly bercerita perihal pengalamannya menjadi manajer dan HRD.

"Karena saya manajer SDM, ya jadi tugasnya berhubungan sama karyawan-karyawan, contohnya kayak mengkoordinasikan tenaga kerja dengan memperkerjakan karyawan yang berbakat. Makanya kan saya sering keliling Indonesia untuk datengin cabang-cabang Shop Market. Saya sih seneng bisa ketemu orang banyak, saling share, kalau udah ngomong nggak cukup satu dua jam, paling lama lima jam hahaha."

"Kalau udah dipercaya sampe keliling Indonesia, pasti kinerja kamu udah oke banget. Terus kelihatannya kamu have fun aja sama pekerjaan kamu, hebat!" ujar Ali.

"Tapi, kamu tau nggak apa yang buat saya bawa have fun pekerjaan ini? Saya itu kalau udah dateng ke Shop Market, banyak karyawan yang curhat ini itu, saya nggak keberatan, karena ini udah jadi tugas saya untuk dengerin keluh kesah karyawan. Ada yang dateng ke ruangan saya untuk cerita tentang pacar, keluarga, pokoknya bermacam-macam deh. Tapi saya seneng aja dengerin mereka hahaha."

"Wah, HRD-nya udah asik, cantik lagi." entah mengapa, secarik kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Ali.

Spontan Prilly langsung tertawa kecil, dan Ali langsung merasa tak enak berkata seperti itu, tapi ia tetap terlihat biasa saja.

"Kamu udah coba ngelamar?" tanya Prilly mengalihkan pembicaraan.

"Belum, besok baru mau coba." jawab Ali seadanya.

"Sebelumnya kamu udah pernah kerja?"

"Udah, jadi karyawan biasa. Ya lumayan buat cari tambahan biaya kuliah dulu."

Suatu Hari NantiWhere stories live. Discover now