Chapter 7: Menggugurkan?

2.8K 274 7
                                    

Ali baru saja pulang dari tempat kerjanya, begitu sampai rumah Reta ia langsung bergegas memasukkan koper-koper ke dalam mobil. Semua barang-barang diletakkan di mobil Ali, itupun Ali yang memintanya. Sedangkan di dalam mobil Prilly kosong melompong.

Mereka mengajak Reta agar ikut dan menginap untuk beberapa hari ke depan, tapi wanita itu menolaknya dengan alasan lain waktu.

Sesampainya di rumah Ali, Prilly tidak percaya karena ekspetasinya berbanding terbalik dengan realita. Nyatanya, meski dalam pekerjaan tingkatan Ali dibawah Prilly, tapi laki-laki itu justru jauh lebih berada. Rumah Ali cukup besar ketimbang rumah minimalis Prilly yang dibeli dari hasil penjualan rumah sebelumnya ditambah gajinya selama setahun.

"Kayaknya rumah kamu terlalu besar deh buat kita tinggalin berdua." kata Prilly ketika membantu Ali menurunkan barang-barang.

"Nanti kalau ada bayi, pasti jadi terasa rame." sahut Ali.

Prilly langsung menaikkan satu alisnya, lalu mendorong lengan Ali sambil berkata, "Apa sih, nggak jelas!"

"Saya ngomong serius, dari mana nggak jelasnya?" tanya Ali. "Nih kamu tolong bawain satu.." laki-laki itu membeikan gagang koper untuk Prilly bawa masuk ke dalam.

"Btw, ini rumah orang tua kamu apa gimana?" Prilly sengaja mengalihkan pembicaraan dengan bertanya hal lain.

"Rumah warisan dari kakek, turun ke abi, terus ke saya deh." jawab Ali.

"Ohhh." sahut Prilly, retinanya masih sibuk menjelajah isi rumah.

"Denger-denger kamu punya adik, ya? Perempuan atau laki-laki?"

"Perempuan, satu doang sih. Itu karena ibu sama abi adopsi dari panti."

"Loh?" Prilly langsung melemparkan tatap penuh penasaran.

"Saya diceritain ibu, kata beliau sebenarnya dia didiagnosis mandul dan nggak akan punya anak. Tapi dia dan abi selalu berdoa, berikhtiar, sampe puncaknya dia cuma bisa berserah diri aja sama Allah. Alhamdulilah karena kuasa Allah, saya ada dan bisa berdiri di sini sama kamu." jelasnya.

"Susah juga ya buat dapetin kamu, nggak heran kalau ibu sama abi kasih rumah warisan sebesar ini buat kamu." tutur Prilly.

"Adik saya juga bakal di kasih kok, tapi nanti setelah menikah."

"Kapan-kapan kamu ajak adik kamu ke sini, biar kita saling kenal."

"Boleh. Tahun depan dia juga pulang ke Indonesia, mau kuliah di sini katanya."

Prilly tersenyum. "Saya mau ganti baju dulu ya, abis ini baru kita rapihin baju-baju."

"Pril.." Ali menarik lengan Prilly.

Laki-laki itu menatap Prilly dengan tatapan aneh, kemudian mulai mendekatkan wajahnya hingga jarak diantara mereka hanya tersisa dua senti. Tiba-tiba Ali mengecup bibir Prilly tanpa permisi, lalu lama-kelamaan kecupan itu berubah menjadi lumatan. Entah mengapa justru Prilly tidak bisa menahan, ia membalasnya sampai mereka hampir kehabisan napas.

"Emm, Li, saya mau ganti baju." ucap Prilly dengan nada suara seperti orang yang baru saja selesai lari maraton.

Sial! Aku kenapa? Prilly merutuki dirinya sendiri. Ia tidak tahu mengapa dengan mudahnya ia membalas kecupan Ali, padahal dalam hatinya Prilly sama sekali tidak menginginkan hal itu.

Tok Tok Tok.

"Siapa tuh?" Ali dan Prilly saling melempar tatap.

Suatu Hari NantiWhere stories live. Discover now