[21] Pekerjaan Baru

Start from the beginning
                                    

"Nggak usah. Saya ikhlas nolongnya kok."

"Beneran? Tapi nggak papa, Mas ambil aja," ujar Sonia.

Genta menggeleng. Dia menolak lagi. Lagi pula Genta menolongkan karena memang sudah kewajibannya menolong, bukan untuk mendapatkan imbalan apapun.

"Nggak usah, Mbak, nggak papa. Kalo gitu saya permisi duluan, Mbak, saya mau cari kerjaan. Permisi," Genta tersenyum ramah lalu berjalan mendahului Sonia yang tiga tahun lebih tua darinya.

"Tunggu." Sonia menahan Genta lagi. "Mas lagi cari pekerjaan?" tanya Sonia.

Genta mengangguk.

"Mas-nya mau nggak kerja sama saya? Kebetulan perusahaan saya lagi ada lowongan," tawar Sonia.

"Panggil Genta aja, Mbak. Beneran nih, Mbak? Lowongan untuk apa? Saya baru lulus SMA."

Sonia tersenyum. "Kamu tenang saja. Perusahaan itu milik papa saya. Kamu bisa langsung masuk kerja tanpa melalui proses seleksi dulu. Ya kerjanya cuma jadi karyawan biasa aja sih, nggak papa, 'kan?"

"Wah kalo langsung masuk gitu aja, saya jadi nggak enak, Mbak." Genta tertawa kecil.

Sonia ikut tertawa. "Nggak papa. Itu sebagai rasa terima kasih saya sama kamu. Mulai hari senin kamu sudah bisa masuk kerja, tapi sebelumnya bisa kirim berkas kamu ke alamat saya." Sonia mengeluarkan kartu namanya lalu memberikannya pada Genta.

"Ini beneran, Mbak?"

Sonia mengangguk. "Iya."

"Makasih banyak ya, Mbak. Makasih," ucap Genta. Cowok itu begitu senang karena telah mendapatkan pekerjaan yang layak. Elea pasti senang mendengar kabar ini.

***

"Elea? Elea?"

"Iya. Kenapa sih teriak-teriak. Baru dateng juga," kata Elea yang datang dari arah kamarnya. "Astaga, tangan kamu kenapa?" Elea menyentuh tangan Genta dengan hati-hati.

"Lea, aku punya kabar gembira," ucap Genta, raut wajahnya terlihat bahagia.

"Genta, jawab dulu pertanyaan aku. Tangan kamu kenapa? Kenapa diperban? Dan kenapa berdarah?"

Senyum Genta semakin lebar, dia memeluk Elea tanpa menjawab pertanyaan perempuan itu. "Aku udah dapet pekerjaan," ucapnya.

Tapi Elea malah melepaskan pelukannya. Elea tidak peduli, dia khawatir dengan keadaan Genta sekarang.

"Gen..."

Genta menggeleng, dia tersenyum. "Aku nggak papa, Sayang. Tadi aku nolongin orang yang hampir di rampok, dan..."

"...dan kamu yang terluka?" Elea memotong ucapan Genta.

"Sayang," Genta menangkup pipi Elea. "bukan itu intinya, orang yang aku tolongin ngasih aku pekerjaan karena aku udah nolongin dia," ujar Genta.

"Kerjaan?"

Genta mengangguk. "Perusaan gitu, nggak tau perusahaan di bidang apa. PT Wardana Gemilang. Aku dipermudah, disuruh masuk gitu aja tanpa seleksi."

Senyum Elea perlahan terbentuk, tapi hanya sebentar karena setelahnya senyumnya hilang. "Tapi nanti kamu bakalan lebih sibuk dong?"

Genta menggeleng. "Nggak dong. Pasti jam kerjanya teratur nggak kayak aku kerja di cafe."

Elea mengangguk, percaya apa yang diucapkan Genta. Elea berharap semoga Genta tidak perlu lembur-lembur lagi sampai malam seperti sebelumnya.

"Sekarang aku bisa nafkahin kamu dengan layak," ucap Genta.

"Sebelumnya juga gitu, Gen."

Genta terkekeh. Dia mengusap kepala Elea dengan lembut lalu mengajaknya duduk. "Kamu udah makan?"

Elea menggeleng. "Ini sakit pasti ya?" tanyanya sambil menyentuh tangan Genta yang diperban.

"Nggak papa kok. Ya masih agak sakit karena jahitannya masih basah."

"Tuh berarti lukanya parah sampe harus dijahit segala. Kenapa bisa sampe terluka gini sih." Nada khawatir terdengar jelas pada suara Elea, dan Genta hanya tersenyum meresponnya.

"Gen..."

"Ssstt..." Genta menggeleng. "Nggak papa, percaya deh."

"Bukan soal itu," ucap Elea.

Genta menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

"Aku laper, aku belum masak."

Genta terkekeh, dia mencubit pipi Elea dengan gemas hingga perempuan itu mengaduh kecil. "Laper ya? Mau makan apa, hmm? Biar aku belikan."

"Apa ya yang enak? Kamu maunya makan apa?"

"Aku mau makan kamu," ucap Genta diiringi tawa khasnya.

"Aku mau sate taichan, beliin ya," pinta Elea dengan gayanya yang lucu.

Dulu Elea selalu melalukan itu jika akan meminta tolong pada Genta. Atau, sedang ingin sesuatu lalu meminta pada Genta. Membuat Genta selalu gemas karena tingkah lucu Elea yang tak pernah berubah dari dulu saat mereka bertemu.

"Apa sih yang nggak buat istri aku yang lucu ini," ujar Genta sambil mencubit kedua pipi Elea yang chubby dengan gemas.

"Sakit tau, Sayang," ucap Elea sambil mengusap pipinya yang sedikit sakit, padahal Genta mencubitnya pelan.

Cowok itu tersenyum. "Apa? Bilang apa? Coba sekali lagi?"

"Sakit," ucap Elea lagi.

"Bukan yang itu. Kata yang satunya lagi," ujar Genta penasaran. Dia ingin mendengar sekali lagi Elea memanggilnya 'Sayang'.

"Sate taichan dulu, baru aku ulangi." Elea menjulurkan lidahnya, lalu meninggalkan Genta menuju kamar, membuat cowok itu gemas dan tidak sabaran.

"Tunggu aku ya, Sayang!"

"Tunggu aku ya, Sayang!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Our RelationshipWhere stories live. Discover now