27. Hasutan?

2.9K 176 47
                                    

Jangan lupa buat baca vote, komen, dan share, hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa buat baca vote, komen, dan share, hehe. Itu semua nyemangatin aku loh:)

Buah fav, Durian.
-Andre Prakarsa.

Versi Revisi

Sepulang sekolah, Dira dan Kiara menjenguk Arina ke rumah sakit, mewakili teman-teman sekelasnya. Mereka membawa beberapa makanan seperti Roti, Selai, Susu, dan beberapa buah-buahan segar.

"Kalian udah pada izin kan kesini?" tanya Arina seraya mendudukkan dirinya dibantu oleh Kiara.

Sementara Dira tengah mengambil satu Apel di dalam kantung plastik yang mereka bawa. Tanpa meminta izin, cewek itu langsung melahapkannya begitu saja. "Udahlah Rin! Kalau kita nggak izin, beuh! Bisa-bisa di amuk sama Bu Lita," jawab Dira seraya mengunyah Apel itu dengan cepat.

"Ck! Apalagi gue, nggak sanggup denger omelan Bu Lita. Makannya Rin, lo cepet sembuh dong! Gue bosen sama si Dira terus," pinta Kiara memohon.

Arina terkekeh. "Emangnya kenapa sama Dira?"

"Gini ya Rin, si Dira suka marah-marah nggak jelas kalau gue curhat tentang berat badan gue yang gendutan! Harusnya sebagai teman dunia akhirat, dia coba nenangin gue gitu, atau ngasih solusi buat diet kek! Eh, bukan itu yang gue dapet, dia malah omelin gue nggak jelas di telepon. Lo juga pasti kesel kan kalau jadi gue?!"

Dira memutar bola matanya malas, melempar Apel yang sudah setengahnya habis ke arah Kiara. "Idih!  siapa suruh lo makan banyak akhir-akhir ini! Makan tuh Bom-bom!"

"Aw! Sakit bego!" umpat Kiara sambil mengelus-ngelus dahinya pelan.

"Lebih bego lagi dia Kir, yang hatinya plin-plan antara memilih Apel atau Jeruk!" ucap Dira dramatis.

"Ck, mulai keluar topik nih," timpal Arina malas.

"Oke, back to the topic. Kata kak Dave, kalau soal makanan itu nggak boleh tanggung-tanggung ngabisinnya. Mumpung masih sehat, kan berabe urusannya kalau misal nanti badan kita jadi sakit. Kak Dave bener kan? Lo sepaham sama Kak Dave juga kan, Rin?"

Arina mengangguk mengiyakan. "Jadi, sejak kapan lo deket sama kak Dave, Kir?" tanya Arina seraya tersenyum geli. Yang ditanya hanya memberikan cengiran khasnya. Antara malu atau mengakuinya sepenuh hati.

Dira menepuk dahinya cukup keras. "Iya deh iya! Terserah lo! Biar cepet!" Kiara mendelikkan matanya kesal.

Beberapa saat kemudian, suara ketukan pintu membuat mereka bertiga kompak menolehkan kepalanya ke arah pintu. Disana sudah ada Akra yang membawa sebuket bunga di genggamannya.

Akra berjalan dengan santai menuju brangkar Arina dengan senyuman tidak lepas dari bibirnya. "Hai, Rin. Gimana keadaan lo?"

Arina tidak kalah memberikan senyuman manisnya untuk Akra. "Hai, Ra. Udah mendingan sih kalau sekarang."

Arina or Arisa? (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang