Aksa itu ibarat daun talas. Nggak bisa disatukan dengan air. Dan airnya itu ibarat Arina.
Aksa itu cowok tengil yang terang-terangan mencuri hati Arina, membuat jantung Arina dag-dig-dug, dan juga membuat semuanya berantakan dalam sekejap mata.
Kehi...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jangan lupa vote, komen dan sharenya:)
Sekarang gue yang berjuang. Tapi nanti, gue harap kita berdua yang sama-sama berjuang. -Aksa Gerald Pradipta
Versi Revisi
Jika boleh menutup kedua telinga, Aksa akan melakukannya sedari tadi. Cowok itu terus mencibir dalam hati. Melihat Oma tersayangnya yang kini tengah mengoceh soal perjodohan tidak penting itu. Mungkin sekarang, telinganya sudah memanas bahkan memerah. Bagaimana tidak, jeda sudah tertutup bagi Aksa untuk mengalihkan pembicaraan.
"Oma sudah berjanji kepada almarhumah eyangnya dulu Aksa ... janji itu harus ditepati. Lebih baik kamu putusin pacar kamu itu secepatnya. Oma juga nggak suka sama dia. Toh, kamu tahu kan kalau pertemuan awal aja udah nggak bagus, gimana nantinya?" ujarnya seraya membenarkan letak kacamata emasnya.
Aksa mendengus kesal. "Ya, nggak bisa lah Oma. Aksa punya pilihan sendiri buat masa depan Aksa, Aksa punya hak penuh atas diri Aksa," balas Aksa, berusaha membujuk wanita tua di depannya ini untuk membatalkan perjodohan.
Mendengar pernyataan cucunya, Oma Aksa langung geram. "Kamu itu! Lebih sayang sama Oma atau sama Arina?!" sentaknya seraya beranjak dari kasur. Aksa terperanjat. Kemudian, menghembuskan napasnya gusar seraya mengacak-ngacak rambutnya asal. "Argggh!"
Disisi lain, ia sangat menyayangi Omanya lebih dari ia menyayangi Bundanya sendiri. Tetapi, Aksa juga sekarang benar-benar sudah terlanjur menyayangi Arina. Cowok itu memegang kepalanya frustasi, bingung harus mengambil keputusan seperti apa. Namun akhirnya, Aksa akan mencoba untuk tetap mempertahankan Arina sampai Omanya itu merestui hubungan mereka. Semoga saja.
