Dua puluh satu

1.4K 74 1
                                    

"Kami satu raga namun beragam jiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kami satu raga namun beragam jiwa. Hidup berdampingan adalah satu-satunya jalan yang dipilih, terpilih dan dipilihkan." — Aluna Zafaca

***

"Itu Luna, Mas Fatih."

Padahal sejak bertemu dengan kepribadian ganda Aluna yang bernama Lana, Fatih berharap ia akan segera bertemu Aluna yang asli. Namun ternyata dia salah. Kepribadian ganda Aluna yang lain lah yang ikut mengambil alih.

"Cobalah untuk berbicara dengannya. Supaya ia terbiasa dengan kehadiran Fatih di sampingnya," saran Bi Nah. Ia lalu menambahkan, "tapi jangan katakan kalau Mas Fatih itu suaminya. Umur Luna masih delapan tahun. Dia pasti merasa belum cukup umur untuk memiliki suami dan nantinya justru tidak akan mempercayai Mas Fatih."

"Lalu harus mengaku sebagai siapa?" tanya Fatih dengan kedua mata yang masih terarah pada Aluna berkepribadian dengan nama Luna yang tengah duduk di halaman belakang.

Sebab ini juga Fatih baru mengetahui bahwa keluarga Aluna mempunyai taman kecil di halaman belakang rumahnya meskipun hanya berisi tanaman segar dan beberapa bunga disertai sebuah ayunan juga pohon besar yang rindang. Luna terlihat nyaman duduk di sana dengan sesekali bersenandung. Ia tidak terlihat sedang demam sama sekali.

"Sahabatnya. Atau bahkan agar lebih dekat, Mas Fatih bisa mengaku sebagai kakak lelaki angkatnya," jawab Bi Nah.

Fatih menganggukkan kepalanya. Ia melingkarkan tangannya di depan dada. Berpikir sejenak sebelum berbicara, "kalau kondisi kesehatan tubuhnya bagaimana, Bi?"

"Sepertinya sudah membaik sewaktu di kepribadian Luna ini. Namun tidak menutup kemungkinan untuk demam lagi bila Nona Aluna kembali dan mengingat perihal kematian mamanya."

Fatih menyingkap rambutnya ke belakang. Kecemasan dirinya tidak kunjung menemui akhir untuk Aluna. Bahkan sekalipun Fatih mengambil cuti besar hingga sebulan penuh karena beberapa peristiwa yang mendatanginya secara beruntun seperti pernikahan, kematian mertuanya, serta sakitnya Aluna, tetap saja rasanya tidak cukup. Ia bahkan tidak bisa memikirkan untuk kembali melakukan flight dan meninggalkan Aluna untuk saat ini. Sempat terpikir untuk Fatih berhenti dari profesinya. Namun mengingat dirinya kini adalah suami untuk Aluna, rasanya Fatih pun tidak bisa melepasnya dan menjadi pengangguran.

"Kalau Alena, Bi?" Fatih bertanya lagi.

"Satu kepribadian itu jarang muncul. Lebih sering Luna dan Lana. Mungkin karena ingatan mereka berpecah belah, jadi bila Nona Aluna mengingat salah satunya, akan membawanya pada kepribadian yang mengingat dengan jelas hal itu." Bi Nah masih tidak bosan untuk menjelaskan semuanya pada Fatih. "Semua kepribadiannya bisa bertambah lagi sewaktu-waktu. Oleh karena itu, kita harus mencegah Nona Aluna 'mendisosiasikan' —membelah diri menjadi beberapa bagian."

"Bagaimana caranya?"

"Disosiasi itu adalah cara mereka untuk bertahan hidup dan beradaptasi agar mereka merasa lebih aman. Untuk itu, jangan sampai Aluna merasa dirinya kesulitan maupun dalam bahaya," lanjut Bi Nah.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang