[15] Berbagi

Mulai dari awal
                                    

Genta tersenyum. "Lo istirahat ya. Gue cari makan dulu keluar sebentar."

"Maaf gue nggak masak," ucap Elea merasa bersalah.

"Bukan masalah. Lagian kita kan lagi sibuk ujian. Santai aja lagi." Cowok itu terkekeh. "Yaudah ya. Hati-hati di rumah, lo istirahat aja."

Elea mengangguk hanya mengangguk. Selanjutnya, Genta pergi membeli makanan.

***

"Permisi!"

Elea mengernyitkan dahinya saat ia sedang memejamkan matanya. Di luar ada yang yang berteriak sambil mengetuk pintu rumahnya. Suaranya terdengar asing dan sepertinya bukan orang yang dikenal Elea.

"Permisi!"

Elea berjalan menuju pintu lalu membukanya. Dilihatnya seorang gadis yang sepertinya satu atau dua tahun dibawahnya. Dia tampak imut dengan bando merah muda dikepalanya.

"Cari siapa ya, Dek?" tanya Elea.

Gadis itu—Lestari—tidak langsung menjawab dan malah memandang Elea keheranan. Menatapnya terlebih lagi pada perut Elea yang tampak besar.

Menyadari hal itu, Elea langsung memegang perutnya, takut jika gadis dihadapannya ini akan melakukan sesuatu kepadanya. Sebut saja Elea sedang waspada sekarang. Pasalnya ia tidak pernah mengenal gadis itu.

"Ini bener rumahnya Kak Genta, 'kan?" tanya Lestari.

Elea mengernyitkan dahinya semakin heran lagi. Genta? Dia mengenal Genta? Siapa dia? Kenapa dia mengenal Genta? Dimana? Sejak kapan? Kenapa mereka bisa saling mengenal?

Setidaknya itu beberapa pertanyaan yang ada dibenaknya sekarang.

"Kakak ini, pasti kakaknya Kak Genta, 'kan? Bener!"

Elea mengerjapkan matanya.

"Kak Gentanya ada, Kak?" tanya Lestari.

"Nggak ada. Ada urusan apa sama Genta? Dan, kamu siapanya Genta?"

Lestari tampak tersenyum, membuat Elea ingin mencibir.

"Aku temen deketnya Kak Genta. Ada sesuatu yang harus aku kasih ke Kak Genta. Tadi, dia meninggalkan sesuatu saat pergi," ujar Lestari.

Temen deket? Sedekat itukah sampe Lestari berani kemari. Apa Genta memberikan alamat rumah ini kepada gadis kecil di depannya ini. Jika iya maka siap-siap saja Elea akan memakinya nanti habis-habisan.

Tapi tunggu, "Kalian ... habis ketemuan tadi?" tanya Elea.

Lestari mengangguk. "Tadi aku merayakan ulang tahun di cafe depan sekolahnya Kak Genta, dia dateng buat ngerayain bareng."

Sekarang Elea tau kenapa Genta tadi terlambat menjemputnya. Awas saja dia ya!

Lalu, terdengar suara motor Genta dan memang benar saja itu dia. Saat Lestari membalikkan tubuhnya, Genta tampak terkejut dengan kehadirannya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Genta begitu telah ada di depan pintu.

"Mau balikin charger. Tadi Kak Gen main pergi gitu aja jadinya aku ke sini. Tapi Kakaknya Kak Gen bilang kalo Kak Gen nggak ada di rumah," jelas Lestari.

Genta terlihat tampak panik karena kehadiran Lestari. Ia juga ditambah semakin panik saat Elea menatapnya dengan datar, seolah berkata lewat tatapan nya; mati lo sekarang juga. Itu membuat Genta bergidik.

Genta menerima benda yang menjadi sumber kekacauan ini dari Lestari. "Udah kan? Bisa pergi langsung nggak?"

"Gen, buruan ya, Kakak udah laper," ucap Elea sambil menekankan tanya 'kakak', membuat Genta menelan ludahnya susah payah. Ia lalu masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan kesal. Apa Genta berselingkuh darinya?

"Maaf ya sebaiknya kamu pulang aja soalnya ... dia lagi sensi," ujar Genta.

Lestari tersenyum lalu mengangguk. "Nanti aku main lagi ke sini. Sekarang aku pulang dulu ya, Kak Gen."

Genta mengangguk cepat. Ia memandang Lestari sampai benar-benar menjauh dari rumahnya. Sekarang, ia harus menghadapi Elea.

"Lea." Genta menutup pintu dan menguncinya. Elea tidak ada di depan tv. Ia lalu mengetuk pintu kamarnya. "Elea?"

"Pergi lo! Dasar tukang selingkuh!" teriak Elea tiba-tiba dari dalam kamar.

"Lea, gue bisa jelasin. Buka pintunya, Lea!" Genta masih mengetuk pintu kamar Elea.

"Nggak. Pergi lo!"

Dapat Genta dengar suara Elea bergetar. Apa dia menangis?

"Lea, buka pintunya atau gue dobrak?"

"Dobrak aja, palingan lo dimarahin sama yang punya kontrakan," balas Elea.

Genta mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Elea, buka pintunya, Sayang."

Beberapa detik tidak ada sahutan dari dalam. Namun Genta terkejut saat pintu itu terbuka secara tiba-tiba.

"Nggak usah manggil sayang-sayang segala deh kalo rasa sayang lo udah kebagi sama anak ABG itu. Udah sana pergi! Baby nggak punya ayah yang mata keranjang kayak lo! Pergi sana."

Genta mengerjapkan matanya. Belum hilang keterkejutannya soal pintu yang terbuka tiba-tiba, kini Elea mengomel di depan wajahnya.

"Lea, nggak gitu," ucap Genta. Ia menahan pintu kamar Elea saat perempuan itu hendak menutupnya kembali. Cowok itu tersenyum.

"Sayang gue cuma buat lo, nggak ada yang lain. Udah nggak bisa dibagi lagi," ujarnya.

 Udah nggak bisa dibagi lagi," ujarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga kalinya nih wkwk. Coba 5k dulu baru aku up lagi🤣

Our RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang