[13] Sampai Akhir

Start from the beginning
                                    

Elea sudah mulai jengah dengan omongan perempuan itu yang seakan menyindirnya. Elea menghela napas lega saat motor Genta berhenti di hadapannya.

"Hai, Sayang. Nunggu lama ya?" Genta tersenyum manis begitu sudah ada di hadapan Elea.

"Nggak juga," ucap Elea. Ia sedikit malu saat Genta memanggilnya sayang. Sejak apan?

Genta tersenyum lalu mengelus puncak kepala Elea. Ia menoleh ke arah orang yang ada disamping Elea, menatapnya seolah merendahkan. Genta tau itu, ia cukup peka.

"Maaf ya, Mbak, saya mau menyanggah ucapan Mbak. Dia memang sedang hamil, kami nikah muda karena dijodohin. Jadi kami beda dengan saudara Mbak," ujar Genta lalu tersenyum.

Perempuan itu terlihat malu karena ucapannya sendiri lalu pergi meninggalkan Genta dan Elea setelah menyetop taksi.

"Lo digangguin sama dia? Ngomong apa aja?" tanya Genta.

Elea menggeleng. "Nggak ada apa-apa. Ayo pulang."

"Mau mampir dulu?"

Elea menggeleng sambil menerima helm dari Genta. "Nggak usah. Pulang aja."

"Yaudah."

***

Genta mengeratkan selimut tipis yang membalut tubuhnya itu. Diluar lagi-lagi hujan deras, kali ini disertai angin, kilat dan guntur.

Genta menonaktifkan ponselnya agar lebih aman lagi dan bergegas untuk segera tidur karena harus sudah mulai malam. Ia baru selesai belajar untuk ujian nasional besok.

Namun ia mengurungkan niatnya saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Elea berdiri di ambang pintu sambil memeluk guling.

Genta bangun. "Ada apa, Le?"

"Gue takut."

"Takut apa?"

"Diluar, gue nggak bisa tidur. Gue juga takut ada maling," ujar Elea.

Genta terkekeh. "Kita nggak punya apa-apa jadi malingnya nggak bakalan ke sini," ujarnya.

Beberapa hari ini memang maling sedang rawan di daerahnya. Membuat Genta sendiri selalu waswas padahal di rumah tidak ada barang berharga yang bisa dicuri.

"Tetep aja. Gue tidur di sini ya." Elea mencengkram guling yang ia bawa.

"Nggak muat, Le. Kasur gue kecil, keras pula. Lo tidur di kamar lo aja ya. Ayo gue temenin." Genta membawa Elea kembali ke kamarnya.

Genta tidak ingin Elea tidur di kamarnya. Bukan karena apa, hanya saja kasur di kamarnya kecil dan keras, Genta takut jika badan Elea sakit-sakit bila harus tidur di atas kasur itu.

"Temenin."

Setelah kejadian Elea bersikap aneh waktu itu, entah kenapa ia merasa Elea berubah. Gampang didekati dan jadi lebih baik. Juga sedikit lebih manja dan tidak lagi sungkan kepadanya bila menginginkan sesuatu. Intinya, jadi lebih dekat dengannya.

Genta menaikkan selimut yang dikenakan Elea hingga sebatas dada. "Iya gue temenin sampe lo tidur."

Elea menggigit bibir bawahnya. Bukan itu yang Elea inginkan. Bukan itu!

"Tidur, Lea."

Masih dengan menggigit bibir bawahnya, Elea menggeser posisinya kesamping. "Di sini," ucapnya pelan sambil menepuk kecil tempat kosong disampingnya.

Melihat itu, Genta terkekeh pelan. Ia tidak akan menolak bila disuruh seperti itu. Cowok itu ikut membaringkan diri di samping Elea. Satu hal yang ia harapnya setelah ini, semoga ia tidak bangun kesiangan seperti hari lalu.

"Udah, 'kan? Sekarang tidur." Genta kembali menaikkan selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Kok lo mau sih tidur sama gue?"

Genta mengernyitkan keningnya heran. "Karena lo yang nyuruh," katanya. "Udah jangan banyak tanya. Ini udah malem nanti kita kesiangan. Apa perlu perutnya di elus lagi biar cepet tidur?"

Tanpa sadar Elea mengangguk. Perempuan itu masih diam meskipun kini tangan Genta sudah mengelus perutnya.

Cowok itu memejamkan matanya, tangannya masih setia untuk mengelus perut Elea dengan gerakan pelan.

"Jangan pergi tanpa gue."

Genta membuka matanya, ia menatap perempuan yang ada dihadapannya. Elea mengulangi kata-kata itu lagi, membuatnya bingung.

"Gue nggak akan kemana-mana, Le. Berhenti berpikiran yang aneh-aneh," katanya sambil membawa Elea kedalam pelukannya.

Ia memeluk Elea dengan hangat, memberikan kecupan singkat dikening perempuan itu berharap semua keresahan yang Elea rasakan akan hilang.

"Gue udah bilang sama lo, gue akan berjuang sampai akhir. Gue akan mempertahankan kalian."

Elea memejamkan matanya, menikmati aroma Genta yang sekarang ia sukai.

"Sejak kapan lo mulai suka sama gue?" tanyanya.

"Sejak pertama kali kita ketemu. Lama, 'kan?" Genta terkekeh pelan. "Selama itu gue udah jatuh cinta sama lo. Jadi, gue nggak akan ngelepasin lo dan gue akan terus berjuang supaya lo balik suka sama gue," ujar Genta begitu percaya diri.

Elea tersenyum tipis. "Lo menang dan gue kalah, Gen."

Met hari minggu✨☀️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Met hari minggu✨☀️

Our RelationshipWhere stories live. Discover now