"Gue ngga bis----"

Vino langsung mengedipkan matanya sebelah, sebagai tanda kode dan meminta di setujui permintaannya.

"Iya, iya, boleh!" putus Rara secara terpaksa, ia terpaksa harus menyetujuinya, karna kalau saja permintaan Vino tidak segera ia setujui, lelaki itu akan terus memaksa, dan akan membuat Rara risih.

Mendengar Rara menyetujui permintaan Vino membuat Agi semakin panas.

BRAKK!

Terdengar suara buku berjatuhan, membuat Rara dan Vino menoleh ke arah sumber suara. Kedua orang itu akhirnya saling tatap satu sama lain, sambil menggendikkan bahu mereka masing-masing.

"Kenapa lagi sih lo?" Tanya Vino pada Agi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa lagi sih lo?" Tanya Vino pada Agi.

"Gak! Ada kecoa tadi," alibi Agi, lalu Agi kembali melanjutkan aktivitasnya

"Lo takut kecoa?" tanya Vino menahan tawa, lelaki itu menoleh ke arah Rara. Rara yang di tatap pun hanya menggendikkan bahunya.

"Y-ya nggak lah!" Tukas Agi sambil membereskan buku-buku.

"Gue kira lo takut." Setelah mengucapkan itu Vino dan Rara kembali membersihkan rak-rak buku dan mengelapnya dengan perlahan.

"Tadi Agi kenapa, Vin?"

"Ngga tau. Udah ga usah di pikirin bocah kaya gitu, mending pikirin aja hubungan kita ke depannya gimana," celetuk Vino membuat Rara mencubit pinggangnya keras, Vino pun meringis kesakitan akibat ulah Rara.

"Receh tau ngga!"

"Duh ampun, yang." Mendengar Vino mengucapkan itu pada Rara, emosinya semakin naik.

"Yang, yang, yang. Pala lo-----"

BRAKKK!

Agi membanting sapu yang berada di tangannya ke lantai. Rara dan Vino pun tersentak kaget mendengar dentuman keras itu.

Agi pun meninggalkan perpustakaan dengan sambil mengepalkan tangannya. Ia merasa heran dengan perasaannya sendiri.

Rara yang melihat kepergian Agi pun berasa tak enak hati, Rara menyimpan kain lapnya ke meja yang berada di sekitarnya, dan berniat menyusul Agi.

"Mau kemana?" tanya Vino.

"Nyusul Agi."

Mendengar nama Agi, seketika wajah Vino berubah menjadi datar.

"Gue aja yang nyusul," ucap Vino kemudian, lelaki itu langsung berjalan menyusul Agi.

Sedangkan Agi, lelaki itu tengah menendang nendang bebatuan sambil berjalan. Wajah nya kusut, pikirannya kacau.

"Kenapa sih dengan gue? Kenapa cewenya itu harus lo, Ra? Kenapa?!" Kicaunya terus menerus.

Agi mengacak-ngacak rambutnya kesal. Ia menendang sebuah kaleng yang ada di hadapannya. Tiba-tiba terdengar sebuah rintihan di ujung sana.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang