Chapter 6

881 207 557
                                    

"Introfeksi diri lebih baik dari pada menyalahkan orang lain!"
-A

"Karna dimatamu, aku memang tidak pernah benar."
      -R     

   ****   


"Woi! Ada bu Citra! Balik ke tempat masing-masing!!" titah ketua kelas.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan sosok bu Citra, guru yang mengajarkan pelajaran Fisika.

Semua murid yang ada si Kelas sebelas Mipa satu, pun berlarian menuju tempat duduk mereka masing-masing.

"Selamat pagi anak anak...," sapa bu Citra dengan ramah.

"Pagi buu...," jawab semua murid serempak.

"Oh iya, ibu minta tolong Rara sama Teri, tolong ambilkan buku paket yang ada di meja ibu, ya," perintah bu Citra.

"Baik bu," jawab Rara dan Teri bersamaan.

"Ayo, Ra." ajak Teri pada Rara.

"Ayo!"

Rara dan Teri pun berjalan keluar kelas, dan segera menuju ruang guru.

Rara dan Teri satu persatu menyusuri lorong-lorong kelas, mereka hendak menuju ruang guru yang berada di pojok bangunan, tepat bersebelahan dengan ruang kelas dua belas.

****

Berbeda dengan di kelas Agi.

Semua murid duduk dengan raut muka gelisah. Saat ini pelajaran pak Tono. Pelajaran yang membosankan bagi mereka.

"Kita absen dulu!" ucap guru itu sambil memakaikan kacamata di matanya.

"Audri?" panggil pak Tono.

"Hadir, pak!"

"Adirga?"

"Saya, pak!"

"Bella?"

"Ada, pak!"

"Tumben berangkat pelajaran saya, biasanya bolos," cibir pak Tono.

"Insaf, pak." jawaban Bella sontak membuat murid-murid terkekeh.

"Bagus, pertahankan ya, Bella. Kita lanjut."

"Charli?"

"Hadir, pak!"

"Chandra?"

Tak ada yang menjawab. "Chandra?"

Agi masih tak bergeming.

"Chandra Argi?" panggil pak Tono sekali lagi.

Pantas saja ia tak menjawab panggilan pak Tono. Kini pak Tono mendapati Agi yang tengah tertidur pulas di mejanya.

Pak Tono hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan segera berjalan menuju meja Agi.

Pak Tono mulai menepuk-nepuk bahu Agi, berulang-ulang kali.

"Apaan sih, tepuk-tepuk!" ucap Agi dengan mata yang masih tertutup

Sekali lagi pak tono menepuk pundak Agi.

"Bisa diem gak, sih!" Agi yang sudah geram, ia membukakan matanya perlahan. Ketika ia sudah melihat dengan jelas betapa kagetnya dirinya mendapati pak Tono yang kini telah berada di samping mejanya dengan sorot mata yang tajam.

"Eh bapak! Saya kira siapa," cengir Agi tanpa dosa.

"Cuci muka sana!" titah pak Tono tegas.

"Iya, iya!" Agi pun beranjak dari kursinya malas, ia segera berjalan keluar kelas.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang