Chapter 25

680 95 514
                                    

🚫 Mohon maaf, Chapter kali ini mengandung kata-kata kasar dan umpatan yang kurang enak untuk di baca🚫

****

Agi pun memejamkan matanya, kemudian ia mengeratkan pelukannya kembali. Dia rasa keputusannya kali ini benar, semoga Rara tidak akan membencinya.

"Aku mau kita putus."

JEDUAR...

Serasa di sambar petir di siang bolong, hati Rara hancur dengan sekejap, ketika mendengar permintaan kekasihnya itu.

Seperkian detik Rara masih terdiam, pelukan Rara pun ikut mengendur secara perlahan. Rara mencoba mencerna kembali permintaan Agi. Rara harap ini hanya sebuah mimpi buruk yang amat sangat panjang, dan jika benar ini mimpi ia sangat berharap bahwa mimpi ini tidak lagi mendatangi tidurnya.

Dengan bibir yang bergetar serta menahan isak, ia berusaha mengucapkan sesuatu pada Agi.

"Pu-tus?" ulang Rara memastikan.

Agi hanya mengangguk pelan.

Dengan jawaban Agi, Rara sudah dapat mengetahui bahwa amat sangat di sayangkan, apa yang terjadi kini bukanlah di alam mimpi, tetapi di kehidupan nyata.

"Kamu pasti masih marah sama aku soal yang kemarin kan? Kan bisa kita bicarain baik-baik, Gi. Apa putus jalan satu-satunya? Ngga kan?"

"Ngga, Ra. Bukan itu."

Tangan Rara pun terlepas dari tubuh Agi, air matanya lolos begitu saja di pipi Rara tanpa di minta oleh sang pemilik.

Satu tetes, dua tetes, tiga tetes, dan seperkian tetes air mata Rara pun kini membasahi baju Agi. Agi yang merasakan bajunya sedikit basah karena air mata pun melepaskan pelukannya. 

Kini ia bisa melihat jelas wajah Rara yang tengah menangis, Rara pun yang tak ingin Agi melihatnya menangis pun akhirnya menundukan kepalanya, dan berusaha menahan tangisnya. Agi menatap Rara dengan tatapan tak tega, serta perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Kedua tangan Agi pun memegang kedua bahu Rara dengan tegap. "Ra dengerin aku! Liat mata aku, Ra!" perintah Agi tegas.

Rara masih menundukkan kepalanya, ia tak kuasa jika harus menatap wajah pria yang ada di hadapannya saat ini.

"Hei! Liat mata aku, Ra!" titah Agi kembali.

Agi pun mendongkakkan kepala Rara agar dapat melihat ke arahnya.

Kini tatapan Rara terkunci oleh mata elang Agi. Kedua ibu jari Agi perlahan menghapus air mata yang ada di pipi Rara.

"Kamu harus dengerin aku. Pertama, aku udah maafin kamu, aku ga marah lagi sama kamu. Jadi, kamu ga ada salah lagi sama aku."

"Aku seneng..." ucap Rara pelan. Ada rasa sedikit melega di hati Rara ketika mendengar tuturan Agi, ketika ia sudah memaafkan dirinya. Mendengar ucapan Rara, Agi pun mengerutkan dahinya, dan kemudian melepaskan tangannya dari wajah Rara.

"Seneng?" timpal Agi.

"Tapi aku juga sedih," ucap Rara kembali.

Rara menarik napasnya secara dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

"Aku seneng, Gi. Karna kamu udah ga marah lagi sama aku. Tapi aku juga sedih saat kamu minta kita putus," jelas Rara.

"Kamu ga usah sedih. Kan masih ada sahabat-sahabat kamu yang masih ada buat kamu, sedangkan aku? Aku jahat, Ra."

Rara pun membalikkan tubuhnya dan membelakangi Agi. Tangan Rara bergerak mengarahkan ke pipi, untuk menghapus air matanya sendiri.

"Terus aku harus apa, Gi? Ketika Rasa senang dan sedih di waktu bersamaan? Aku harus gimana?"

Just For YouWhere stories live. Discover now