[Tangga] Nata de Rangga

1.8K 114 5
                                    

Tiga hal yang gue sesali di dunia ini:

Gue cowok.

Gue tertarik ke cowok.

Dan gue menikmati itu.

***

"Nat!"

Sayup, gue ngedengar panggilan seseorang terhadap gue. Gue noleh, agak celingukan mencari siapa orang yang udah manggil gue itu diantara banyaknya kepala-kepala yang berkeliaran di koridor ini berhubung bel telah berdering beberapa menit yang lalu, ke segela penjuru.

Hingga ketika gue menoleh ke kanan, gue merasakan rangkulan di bahu kanan gue. Mata gue langsung menangkap gelang dipergelangan tangan orang itu. Gue langsung noleh ke kiri, bertanya, "Apa?" Rangga, orang itu, nyengir. Jenis cengiran Rangga yang gak gue mengerti hingga kini.

"Main ke rumah gue, yok!" ajaknya. Mata gue agak terbuka sedikit. Meski ini bukan pertama kalinya, gue tetap gak mampu menahan debaran di dada gue. Debaran yang membuat seolah perut gue ikut menjadi tergelitik.

Tinggi kita yang hampir sama, membuat gue leluasa natap ke arah mata dia. Hitam jernih. Mata gue agak sedikit turun, bibir dia yang merah muda alami, khas cowok yang gak pernah ngerokok karena dia emang bukan perokok, yang bergerak ketika Rangga melanjutkan, "Kita maen PS, udah lama kagak!"

Gue senyum tipis, ngangguk. Dan masih dengan rangkulannya, Rangga nyeret gue ke parkiran khusus murid. Setelah membuka kunci leher, Rangga nyerahin kunci motor matic yang udah di modif sedemikian rupa oleh dia sendiri. Tanpa kata, gue mengambil alih.

Begitu Rangga naik, gue pacu motor milik Rangga itu sedang. Setelah melewati gerbang sekolah, gue ngerasa dua tangan yang ngerayap meluk pinggang lalu perut gue.

Debaran itu makin kencang,

.. dan menyenangkan.

Sekaligus menyakitkan.

.

Gue gak ngerti, ketika kenapa orang yang pertama gue suka, cowok pertama yang gue suka, itu Rangga? Kenapa gak Adit yang udah emang ngasih kode kalau dia satu 'spesies' sama gue?! Kenapa gak Raka yang emang udah nembak gue?! Kenapa Rangga?? Kenapa harus cowok yang mengatakan kalau dirinya itu homophobic?!

Karena cinta itu gak bisa di prediksi. Dia datang dari hati, bukan dari mata atau bibir.

Tapi gue tetep gak ngerti.

Rangga dengan segala sikapnya, sifatnya, tingkahnya, ucapannya, berhasil buat gue ngerasain, apa itu perasaan egois ketika lo jatuh cinta. Perasaan labil yang lo bimbang sendiri mikirinnya. Perasaan ketika lo ingin mengikat dia..

.. Untuk diri lo sendiri.

.

Alhamdulillah..

Gue, Rangga, beserta motornya, selamat sentosa sampai tujuan, yang tak lain adalah rumah Rangga. Rumah Rangga sekarang.. kosong. Bukan jenis kosong karena Rangga tinggal sendiri, ya. Tapi jenis kosong apa, ya?! Jenis.. Rangga tinggal sama Bokapnya--Nyokapnnya udah meninggal. Dan rumahnya itu seolah tak bernyawa. Seolah gak pernah di tempati. Hawanya selalu dingin.

Rangga tanpa aba-aba langsung turun. Gue nyetandarin motor kemudian mengikuti langkah Rangga dalam bisu. Agak menunggu sebentar ketika pintu rumahnya ternyata di kunci dan Rangga lagi membukanya, kita kemudian masuk ke kamar Rangga.

Kita sama-sama melemparkan atribut sekolah kita ke penjuru kamar. Kaus kaki, sepatu, dasi, hingga yang tersisa hanya seragam polos putih dan celana abu. Rangga menunjuk televisi 42 inc' yang ada di kamarnya, sembari ngomong,

About Us! (BxB)Where stories live. Discover now