Velo

2.3K 117 17
                                    

***

"Rik, aku sayang sama kamu!!" kataku pelan. Lirih. Suaraku menghentikan tangannya yang sedang mengancingkan kancing kemejanya.

"Apa lo bilang?!" tanya Erik dengan suara mengejek.

"AKU SAYANG SAMA KAMU, RIK!!!" teriakku kencang. Tapi balasan yang kudapat, bukanlah hal yang kuharapkan. Alih - alih menjawabku dangan kalimat yang sama, Erik malah tertawa mengejek, melihat kearahku dengan tatapan meremehkan.

"Ngarep lo! Lo pikir gue mau pacaran sama pelacur kayak lo, hah?!! Jangan lupa, gue tuh normal, demen ke cewek! Bukan laki juga kayak lo!"

Erik mengatakan itu tanpa beban, tanpa melihat kearahku. Aku tertawa lirih.

Apa yang kuharapkan, sih?!

Dari awal aku memang tahu ini lah akhirnya.

"Kita cuma fvckbuddy doang! Denger tuh!" tambah Erik.

Aku bangkit dari atas tempat tidur. Meringis sebentar merasakan sakit dari pinggang kebawah. Aku memunguti semua bajuku yang berserakan dengan cepat. Mengabaikan rasa sakit yang membuat mataku kian terasa panas. Dengan cepat pula, aku memakai seluruh pakaianku seraya meraup nafas dengan kasar.

Aku tahu, Erik memperhatikanku ditempatnya. Tapi aku tidak peduli. Yang kuinginkan adalah pergi dari sini.

Setelah selesai dengan pakaian, aku mengambil ponselku yang berada diatas meja nakas.

"Mau kemana lo?!"

Aku tidak mengindahkan pertanyaan Erik.

"Gue nanya!! Mau kemana lo?!!"

Aku meringis ketika merasakan lengan kiriku dicekal dengan kuat. Aku menggerakan tanganku, mencoba melepaskan cekalan Erik yang semakin menguat.

"Gue tanya sekali lagi sama lo! Lo mau kemana, hah?! Jawab, San!!"

"Lepas, Rik!"

"Enggak! Gue gak akan lepas sebelum lo jawab pertanyaan gue!"

Aku mendongak, menatapnya dengan tatapan yang juga tidak kuketahui. Aku marah padanya, kecewa, berharap, bingung. Perasaanku campur aduk, dan aku tidak bisa menyebutkannya satu - satu.

Aku menarik nafas pelan, "Denger Rik, lo---"

"Gue gak suka lo pake pangilan gue-lo!" potong Erik.

Aku tidak mngindahkan kata - kata Erik. Aku melanjutkan,"Rik, lo sendiri yang bilang kita cuma fvckbuddy! Jadi lo gak berhak nanya apapun ke gue, ngerti!"

Bukannya melonggar, cekalan Erik malah semakin mengerat dilenganku. Aku mengatupkan bibirku, mencoba menahan ringisan yang ingin keluar.

Erik memandangku tajam, "Gue berhak!" rahangnya mengeras.

"Berhak?!" aku tertawa mengejek, "Siapa sih lo?! Kita cuma fvckbuddy! Lo 'kan yang ngomong kek gitu?! Dan fvckbuddy tuh gak gini, Rik! Urus urusan lo sendiri!"

"Lo gak boleh kemana - mana! Lo tetep disini!" setelah mengatakan itu, Erik melepas cekalannya kemudian berlalu kearah pintu. Sedangkan aku,

Tubuhku ludruh kelantai. Aku memeluk lututku. Sesuatu yang hangat, kembali mengalir dikedua pipiku.

"Lo egois, Rik!"

Dari ujung mataku, aku dapat melihat tubuh Erik yang mematung, terdiam memegang handle pintu.

"Lo labil!" aku kembali bersuara.

"Gue gak labil!" balas Erik dengan suara datar.

Aku menaruh daguku diatas lututku.

"Lo labil!" ulangku dengan suara yang makin mengecil. Aku berdiri, dan berbalik kearah Erik.

"Gue---" aku memotong, "Lo labil, Rik!! Lo egois!" jeritku, menunjuk kearahnya.

Aku menarik nafas kasar, "Sekarang gue tanya sama lo, lo sayang, gak sama gue?! Lo cinta, gak sama gue?! Jawabannya, ENGGAK, KAN!!! Lo bilang kita cuma FVCKBUDDY!! Lo bilang gue gak usah ngarep!! Tapi perlakukan lo ke gue itu bikin gue ngarep, Rik!! Bikin gue ngarep kalo hubungan kita bukan cuma fvckbaddy doang!!!! Lo mikir gak sih Rik, perlakukan lo itu bikin gue mikir kalo gue tuh spesial, mikir kalo gue something buat lo! Lo bikin gue berharap lebih!!!!"

Aku mengangkat tanganku saat Erik membuka mulutnya, ingin menyela. "Beberapa menit yang lalu, lo ngomong seolah gue tuh gak penting buat lo! Seolah kehadiran gue gak dibutuhin dan lo pengen gue pergi dari kehidupan lo!!" lagi - lagi aku menjeda untuk menarik nafas, "Sekarang, lo narik gue Rik! Lo gak ngizinin gue pergi! Lo bersikap layaknya lo itu pacar yang overposesif! Sebenernya mau lo tuh apa sih?!!!"

"Gue.." Erik menggantung kata - katanya.

Aku menghela nafas, berbalik untuk memungut ponselku yang tadi terlepas dari tanganku dan terjatuh kelantai. "Lo tahu, Rik?!" aku menatap ponselku yang hanya menampilkan layar hitam. "Hati gue gak sekuat itu buat nerima segala perlakuan lo! Gue udah bertahan semampu gue,.. dan gue capek!" aku berdiri, memasukan ponselku itu kesaku celanaku.

"Gue nyerah, meski gue gak berjuang, gue nyerah! Gue nyerah buat terus bertahan disisi lo!" ucapku. Aku berjalan kearah Erik. Gak sepenuhnya kearah Erik sih. Kan, di belakang Erik tuh pintu keluar dari sini, guys.

Erik menatapku dalam diam. Begitu jarak kita hanya tinggal beberapa puluh senti, aku menangkup pipi Erik. Lalu berjinjit untuk mengecup bibirnya.

Aku -mencoba- tersenyum manis."Tadi lo 'kan bilang, lo cowok normal! Lo masih suka cewek. Kalo gitu, gue bener - bener nyerah. Gue cowok, Rik! Dan harusnya, lo ML sama cewek, kan! Bukan sama gue! Jadi, gue berhenti buat jadi fvckbuddy lo!"

Aku menjauhkan tanganku dari pipinya. "Rik, gue pengen pergi! Pergi ketempat yang jauh.. dimana gak ada kenangan antara lo sama gue! Jadi mulai sekarang, nanti dan seterusnya, lo gak usah nyari - nyari gue kalo butuh alat buat muasin nafsu lo itu, 'kay?!!"

Erik masih diam. Aku sendiri tidak ambil pusing kebungkamannya itu.

Aku menaruh kedua telapak tanganku didadanya. Kudorong pelan tubuh Erik kesamping agar tidak menghalangi pintu.

Hingga aku menutup pintu, Erik sama sekali tidak menghalangiku.

Aku menghela nafas, kemudian mengucapkan kata perpisahan padanya untuk yang terakhir kali.

"Semoga-lo-bahagia-selalu. "

***

Hestegceritagaje, hestegceritagantung.

Wakss

About Us! (BxB)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora