Eraser

2.3K 142 16
                                    

Biip.. Biip.. Bii--

Ck, Bunyi ponselku terdengar lagi. Aku mengangkatnya malas - malasan. "Ha--"

"D-Deris.."

Ah, menyebalkan. Dia lagi.

"Ada apa?! Cepat! Aku sibuk!" tanyaku kesal mendadak.

"B-bisakah kita makan malam bersama malam ini?!"

"..." aku tidak menjawab, hingga ia berbicara lagi,

"Ku mohon.." dengan suara merendah.

"Ck, baiklah," aku menjawab asal - asalan. Lalu dia bertanya dengan respon berlebihan,

"Sungguh?"

Dengan ogah - ogahan, aku menjawab "Iya!"

"Baiklah, ditempat biasa, ya?!" suaranya terdengar antusias dan senang.

"Hmph!" aku berdehem.

"Sampai nan---" Tutt...
Aku langsung menutupnya.

***

Hh, karena aku bukan orang yang suka basa - basi, kita langsung saja. Aku akan memperkenalkan diriku,

Namaku Deris Geovani, 23 tahun, lajang--belum menikah. Memiliki rumah dan perusahaan sendiri. Seorang workaholic, penikmat sex, dan pecandu wine.

Lalu tentang panggilan di atas yang masih kuingat meski sudah beberapa jam berlalu, dia hanya segelintir orang yang ingin bersamaku. Jangan ambil hati, dia bukan siapa - siapaku. Aku masih single. Tapi dua minggu terakhir ini aku sedang dekat dengan teman wanita dari kampusku.

Aku melonggarkan dasi di kerah kemejaku yang sekarang terasa mencekik.

Sekarang arlojiku menunjukan waktu setengah enam sore, dan aku baru saja selesai merampungkan dokumen untuk presentasi besok siang nanti. Sebagai perusahaan yang berdiri dari nol, perusahaanku benar - benar masih membutuhkan kerja yang ekstra. Dan meskipun begitu, aku menyukainya. Ingat, aku workaholic, jika kau lupa.

Lalu sebenarnya, aku bukanlah orang dari kaum bawah yang sedang merintis usaha. Aku berasal dari keluarga yang memang telah terpandang bahkan sebelum aku lahir. Hanya saja, aku ingin berdiri dengan kedua kakiku, mengatakan kalau aku mampu berdiri sendiri. Bukan hasil orang tuaku. Jadi, bagaimana sudut pandang kalian padaku, sekarang?!

...

Berhubung kantor memang bubar di pukul 5 sore --kecuali orang yang lembur, kantor ini terasa senyap sekarang. Lampu - lampu pun sudah dinyalakan.

Aku menyimpan kedua tanganku dibelakang kepalaku. Hhh, kepalaku terasa berdenyut sekarang. Mungkin efek dari duduk dan melihat ke laptop 5 jam non-stop.

Aku merentangkan tanganku, membuat gerakan yang membuat tulangku berbunyi seperti patah. Menghela nafas, aku mengambil ponselku yang tergeletak disamping laptop. Bertepatan dengan itu, ponselku langsung bergetar dan berbunyi nyaring. Tanpa melihat nama kontaknya, aku langsung menggeser ikon berwarna hijau.

"Deris!" suara wanita. Cempreng. Aku mengenalnya. Tanpa melihat nama kontaknya saja aku tahu jika orang yang menelpon ku ini Clara, wanita yang sedang dekat denganku.

"Ada apa?" tanyaku masih malas - malasan. Meski aku sedang dekat dengannya, perilaku-ku padanya tidak lah berbeda dengan perilaku-ku pada orang lain. Selalu malas - malasan --kecuali pada orang - orang tertentu, sih.. Dan Clara tidaklah termasuk. Ia masih sama derajatnya dengan orang lain dimataku.

"Bagaimana kalau malam ini kita kencan?! Nge-date! Dinner romantis juga boleh!" suaranya riang. Tapi aku tidak tertarik. Jadi kujawab saja begitu,

"Aku tidak tertarik." dengan nada datar. Terdengar suara decakan diseberang sana.

About Us! (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang