Bulan dan Bintang

2.5K 107 2
                                    

(n) Dua hal kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dimana ada Bulan, di situ Bintang berada. Meski terkadang Bulan-nya habis, atau Bintang-nya kehalangan awan gelap.

Ceritaku memang bukan cerita dimana kamu akhirnya akan mendapatkan motivasi untuk terus belajar atau terus berusaha, sama sekali bukan. Aku hanya ingin kamu menikmati kisahnya, seperti aku yang menikmati menulis esai tentang kisahku sendiri. Ratu Bulan dan Raja Bintang. Kisah klasik yang klise.

Entah apa yang membuatku ingin menulis kembali tentang kita. Antara aku dan kamu. Antara hatiku yang berbicara dengan hatimu. Mungkin memang aku rindu. Tapi rinduku sudah kutanam untuk takkan kumunculkan lagi ke permukaan.

Ini sungguh klise. Iya. Seperti di novel-novel teenlit yang sering kubaca. Sangat klise. Kita bertemu karena hujan, di bawah atap yang sama.

Hujan mengguyur lagi Bandung untuk ke sekian kali. Karena jadwalku untuk membersihkan kelas, aku terjebak dalam sebuah bangunan dengan hujan deras mengucur di depanku. Sepintas, ada rasa kekanakan dalam diriku untuk ikut membaur dalam hujan. Menikmati setiap tetesan yang Tuhan berikan tanpa pamrih. Tapi ego-ku berkata lain.

Aku menemukan seseorang lain di sini, seseorang yang berbalut jaket biru-nya, yang membuatku bertahan untuk diam di dalam kelas, memperhatikanmu. Ada pertanyaan yang kuberikan pada diriku sendiri. Kamu ingin tahu?

Kenapa, kamu ada di hadapanku.

Detak jantungku berpacu dengan suara hujan, seperti membuat harmoni-nya tersendiri bagiku untuk terus menikmatinya. Kamu membuatku semakin terjebak dalam ruang, namun membuatku berimajinasi bebas dengan waktu. Seandainya aku mengikuti temanku yang lain untuk pulang, akankah ceritanya menjadi berbeda? Atau tetap sama?

Kamu ingin tahu sesuatu lagi?

Ada. Aku masih memiliki banyak cerita yang bisa kukisahkan padamu. Seperti, aku menyukaimu. Kisah klise, kan. Memang. Tapi jujur, bagiku tidak. Ini adalah satu moment di mana aku bisa menikmatimu sebanyak yang aku ingin. Menatapmu dari sini, sudah lebih dari puas.

Namun sepertinya Tuhan masih belum selesai membuat semuanya semakin rumit. Tentang isi hatiku.

Kamu menoleh. Ya. Dan matamu langsung terpaku padaku. Seperti yang aku lakukan dalam belasan menit yang telah berlalu. Mendapatimu melihatku, apa yang harus kulakukan? Terlintas di pikiranku, untuk...

A. Kabur
B. Menantang

Hahaha. Tidak. Aku tidak melakukan keduanya. Kabur? Tidak mungkin, itu adalah hal sulit yang kubayangkan. Menantang? Itu bahkan lebih sulit di lakukan daripada kabur.

Aku melakukan seperti apa yang kebanyakan gadis lainnya yang sedang dalam euforia jatuh cinta lakukan. Aku bersembunyi. Aku melihatmu, berharap kamu melihatku, ketika ya, aku ingin hal tadi tidak terjadi. Aku menyembunyikan kepalaku. Meraba perlahan dadaku. Apa jatuh cinta memang selalu semenegangkan ini? Dan semenyenangkan ini?

Hari itu, harusnya kamu memilih tidak mengacuhkan kehadiranku. Rasanya jantungku mencelos dan hilang kendali mendengar suara langkah kaki. Aku berharap bisa mendapatkan jika langkah kaki itu bukan kamu. Tapi bukannya menyeramkan jika memang itu bukan kamu.

Aku mendapatkan perhatianmu sepenuhnya.

"Eh, hai, aku pikir tadi cuma khayalanku. Ternyata memang ada orang lain, ya," sapamu, bergumam. Rasanya aneh mendengar suaramu dari dekat. Seperti adalah sebuah alat yang membangkitkan sesuatu dalam diriku. Untuk...

Kabur.

Aku ingin membalasmu, tapi aku takut suaraku terlalu gugup dan malah berantakan. Tapi diamku aku takut malah membuat canggungku menggebu-gebu. "E-e-e i-iya." Aku memilih kresek untuk tempat pelarianku nanti. Ini memalukan ketika aku mengingatnya di masa depan.

About Us! (BxB)Where stories live. Discover now