Douchebag #26

22.3K 947 62
                                    

Writing this chapter since: 15 September 2014

_______________

Douchebag #26

(Not edited)

_______________

YESSA

Seribu dua ratus tiga puluh empat, seribu dua ratus tiga puluh lima, seribu dua ratus tiga puluh enam, seribu dua ratus tiga puluh tujuh, seribu dua ratus tiga puluh...

"Ngh Wendy, argh!" Aku mengerang untuk yang ke beberapa kalinya entah kepada siapapun, bahkan sebenarnya Wendy tak ada di ruangan ini bersamaku. Entahlah, belum pernah aku merasakan kegugupan yang hebat seperti ini, bahkan menurutku ini lebih mengerikan daripada waktu Roland memintaku menjadi pacarnya. Hari ini adalah hari spesial dan sangat bersejarah bagiku, kompetensi pemandu sorak tingkat nasional. Dan setiap detiknya, aku selalu saja ingin muntah.

Aku melirik ke arah ponselku yang masih tidak ada memunculkan pemberitahuan seperti satu pesan atau telepon masuk, dan hanya satu orang yang sangat kutunggu untuk mengirimnya: Roland. Walaupun sebenarnya aku masih ingat malam itu dia bilang dia tidak yakin  apakah bisa hadir atau tidak dalam ajang yang sangat bersejarah bagiku ini. Memang aku akan sangat kecewa kalau dia tidak bisa, tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa memaksanya begitu saja.

Biasanya aku orang yang percaya diri dan bisa mengontrol emosiku, apalagi dalam hal pemandu sorak yang sudah menjadi salah satu prinsip hidupku. Tapi untuk saat ini aku tidak bisa, dan satu hal lagi, sedari tadi aku sudah menyadari bahwa yang kukhawatirkan sebenarnya bukanlah kompetisi ini, tapi Roland, apakah dia akan datang atau tidak.

Maksudku, kau tidak bisa menyalahkanku bukan? Apa salahnya jika seorang cowok bisa menghadiri momen-momen penting oleh kekasihnya, sesibuk apapun dia. Aku sama sekali bukan tipe cewek pemaksa dan manja, tetapi rasanya kalau aku masih mengetahui kursi untuk Roland itu belum terisi oleh orangnya, aku bakal yakin sekali pikiranku tidak akan fokus ke cheers.

Ponselku masih kugenggam erat di tanganku, disaat yang sama pikiranku menimbang-nimbang apakah aku harus bertanya Roland bisa hadir hari ini atau tidak. Jika aku bertanya, dia pasti akan menganggapku seperti cewek lain yang selalu saja mengemis pada pacarnya. Sedangkan jika tidak, mungkin tim cheer ku akan kalah dalam kompetisi ini dengan judul "Seorang Kapten Pemandu Sorak Yang Tidak Becus dan Menjelekkan Nama Sekolahnya" yang tentu saja akan diterbitkan di koran harian yang mencetak besar fotoku sedang mendaratkan bokongku di atas matras dengan keras.

Kenapa semua yang ingin kulakukan rasanya selalu serba salah.

"Yessa, apakah kau sudah siap?" Aku menoleh ke belakang dan mendapatkan Maggie sedang menongolkan kepalanya dari balik tirai ruang ganti.

"Aku hanya butuh waktu sebentar, Mag." jawabku lirih lalu mengembalikan pandanganku ke arah ponsel di tanganku.

"Oh, kalau begitu kau harus cepat. Sejam lagi kompetisi bakal dimulai." ujarnya semangat, kuharap aku bisa sesemangat dia saat ini, "Oh iya, ada berita bagus!" Aku kembali menolehkan kepalaku ke belakang dan menatap Maggie dengan bingung. Apa berita bagusnya? Apa kami langsung diprediksi menang perlombaan?

"Seluruh anggota tim football hadir hari ini!"

Ucapan Maggie tiba-tiba saja membuatku tertegun. Jika seluruh anggota tim football datang, apa itu berarti Roland juga? Ya Tuhan! Semoga dia hadir biar rasa stresku bisa hilang!

"Baiklah, jika kau sudah siap, susul kami di luar oke? Jangan terlalu lama!" Maggie berlari keluar ruangan sambil cekikikan, meninggalkanku yang masih berdoa di sini agar Roland benaran hadir. Aku tahu aku terlalu harap dan terlalu memaksakan diriku untuk berharap lebih banyak lagi. Yang kutakutkan adalah kalau aku sampai terus memikirkan Roland, aku akan melupakan semua latihanku selama ini saat perlombaan nanti.

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now