Douchebag #10

32.6K 983 5
                                    

Hola hola hola amigas! Ah, jadi kecanduan nih nulis buku ini, padahal waktu itu kepikiran buat ngedelete tapi gara-gara ada SATU orang yang dukung, jadi semangat lagi ahahahaha. Tadi pagi aku udah coba latihan bangun jam 6, eh malah bangun jam 12 siang lagi -____-

Chapter ini didedikasikan untuk KhansAurellia yang udah setia ngedukung dan ngebangkitin semangat aku. Terima kasih banget muach muach muach! I love youuuu <3

Sorry itu pembahasaan yang nggak banget dan gitu-gituan aja, aku buruk banget kalau soal tata bahasa. Seandainya bahasa inggris, huh, pasti makin gampang nulisnya :(

Aku juga nulis cerita baru nih: Labeled As A School SLUT! Masih dalam penulisan tapi udah di publish kok chapter 1. Check ya! Di profilku :)

Ok, enjoy!

A/N: Aku udah putuskan yang peranin Roland adalah M. Shadows/Matt Sanders!!!! Vokalisnya Avenged Sevenfold loh ;) Yang belum liat google aja sendiri huh XD

___________________

Douchebag #10

(Not edited)

___________________

Yessa's POV

"Mau kugendong?" Suara berat Roland terdengar sangat sexy di telingaku. Aku tersenyum lebar sambil menghapus air mataku. Bisa-bisanya saja aku hilang kendali di depannya, menangis histeris seperti tadi. Dia pasti bakal mengira aku cewek aneh dan kelewat antusias. Tapi tetap saja...

Aku trauma pada motor. Aku benci pada motor.

Tentu ada alasan dibalik semua itu dan aku yakin Roland pasti diam-diam penasaran. Aku hanya masih belum siap untuk menceritakannya kepada orang lain, yang tahu kejadian yang sebenarnya hanyalah Mom, Dad, dan Wendy tentunya.

"Roland.." panggilku sambil melingkarkan lenganku di leher jenjangnya. Bau parfum Roland benar-benar enak sekali, sekali kau menghirupnya, hidungmu akan mampet karena tidak mau kehilangan bau itu. Impossible aku tau. Roland menjawab dengan 'hmm' sambil mengusap pelan punggungku dengan tangannya secara naik-turun, membuat sedikit bajuku terangkat ke atas. Itu terasa...enak sekali. Tiba-tiba saja bulu kudukku merinding.

"Temani aku lagi di rumah. Please." pintaku sambil memasang puppy eyes berharap dia setuju. Aku bukan mau macam-macam atau apa, hanya saja aku butuh seseorang untuk menemaniku kali ini, Wendy pasti sibuk dengan Justin, Mom tidak akan ada di rumah selama seminggu, dan Roland adalah yang tersisa.

Tanpa berharap pun ternyata dia setuju. Roland memberitahuku dia akan mengambil beberapa baju dan buku untuk besok karena besok adalah hari Senin. Hampir saja aku lupa! Atau sebenarnya aku memang lupa.. Kenapa saat bersamanya aku jadi pelupa gini? Benar-benar aneh. Biasanya sekarang aku pasti berada di kamar sambil belajar––anak rajin. Ckckck.

Beberapa menit kemudian Roland keluar membawa tas ransel yang biasa dibawanya ke sekolah. Dia melemparkannya ke arahku, dan untung saja aku menyadarinya dan langsung refleks menangkapnya. Ugh, berat banget.

"Bawa batu bata berapa banyak??" sindirku sambil memutar bola mataku yang dibalas dengan seringai khas dari Roland.

"Kau bawa tasku karena aku akan membawamu." perintahnya dengan tenang sambil menjongkok. Aku memutar bola mataku lagi dan memakai tas ransel berisi batunya (note the sarcasm) lalu melompat ke punggung Roland.

Kasihan Roland, pasti dia capek banget nih harus ngegendong aku––ditambah tasnya yang berat––sampai rumah. Udahlah jauh lagi. Roland kan pasti belum istirahat dari tadi sore. Jadi nggak enak deh.

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now