Douchebag #17

32.5K 949 11
                                    

Writing this chapter since: 7 Maret 2014

Shout out: resskythaps, irahee, ratnaamega, dee_wayland, Raminaff, dheanggraeni, IndriHuhu, Itfaam, luna_first, cynaraaa, NRchmadini, ellayaa13, yaseeeh, and all the bomb-voters!

Song of this chapter: Say Somethin - Austin Mahone

_____________

Douchebag #17

(Not edited)

_____________

YESSA

Aku memasuki rumah dengan kaki ringan, entah kenapa hatiku rasanya seperti ingin melompat dari dalam tubuhku, malam ini adalah malam yang sempurna--- setidaknya pada akhirnya. Padahal belum ada 10 menit Roland pergi, tapi aku sudah sangat merindukan sosoknya yang tampan sekaligus menawan. Ha! Aku mulai gila, apa memang aku sudah benar-benar gila? Ternyata nggak semua gosip itu rumor, ada juga yang fakta: banyak cewek-cewek di sekolah bilang kalau Roland itu paling bisa buat cewek sakit jiwa hanya karena sorotan senyuman sempurnanya!

Kakiku melangkah ria sambil setengah melompat-lompat menuju atas tangga ke kamarku, hari ini adalah hari yang panjang dan aku butuh tidur yang panjang pula. Sebelum bisa menaiki satu tapak tangga, sebuah suara berat memberhentikan langkahku,

"Hey, kau pikir kau mau kemana?" tanya suara berat yang kalian pasti tau siapa. Julian.

Aku membalikkan tubuhku yang langsung bertemu dengan Julian yang sudah terlihat babak belur, dia menyilangkan tangannya di depan dada sambil bersender di sofa dan matanya melihat tajam ke arahku. Ouch! Bagaimana bisa aku lupa tentang dia? Agh, lukanya sih sebenarnya sudah mendingan dan bersih daripada yang di restaurant tadi, pasti Wendy deh yang merawatnya, hahaha. Kembali ke dunia nyata, Julian masih menatapku tajam, matanya seperti bilang bahwa aku harus duduk di sebelahnya saat ini karena ada hal yang sangat serius untuk dibicarakan!

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan semua pikiran tentang Julian dan kembali ke dunia nyata.

"Y-ya, mau k-ke kamar!" jawabku terbata-bata lalu sedikit berteriak pada kalimat akhir.

Tanpa menunggu balasan dari Julian, aku langsung melangkah cepat ke kamarku dan langsung membanting pintunya. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan Julian malam ini, tidak saat aku baru saja ditaburi kebahagiaan yang amat sangat.

Brak! Brak! Brak! "Yeshie! Buka pintunya!" teriak Julian dari balik pintu sambil mendobrak-dobrak pintu kayu kamarku dengan kepalan tangan kekarnya. Huh! Dia tidak tau ya jika dia terus melakukan itu maka pintu ini akan hancur seketika?? Dasar Tuan Penghancur-Barang-Milikku!

"Tidak mau!" teriakku balik, punggungku menahan pintunya agar tidak segera hancur.

"Buka pint-" Omongan Julian terputus oleh suara pintu kamar orangtuaku yang terbuka.

"Ada apa sih malam-malam ribut sekali?" suara Mom terdengar lelah, ngantuk, dan jengkel dari balik sana.

"T-tidak ada, Bibi. Maafkan aku." kata Julian.

"Oh ya sudahlah. Kau akan tidur di mana, Julian?" tanya Mom. Ada keheningan saat itu, aku makin menempelkan telingaku ke pintu agar terdengar lebih jelas. Kudengar Julian menghela napas 'menyerah' lalu menjawab,

"Aku akan tidur di sofa saja... sama seperti kemarin."

Yes!

Yessa: 1 - Julian: 0

_____

Pagi ini cukup melelehkan. Aku juga melakukan sedikit lari pagi dari rumah ke sekolah yang jaraknya 2 blok jauhnya. Dad terburu-buru sehingga memilih memakai mobilku, Julian menolak mengantarku sebab tidak ada kendaraan dan semenjak kejadian tadi malam kami juga tidak saling berbicara, dan Roland... rasanya tidak enak jika aku memintanya untuk menjemputku.

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now