Douchebag #19 - ROLAND'S POV

29.1K 924 18
                                    

Writing this chapter since: 12 April 2014

Song of this chapter: You Make Me Smile - Uncle Kracker

_________________

Douchebag #19

Roland's POV

(Not edited)

__________________

ROLAND

Melihatnya tersenyum bahagia, aku merasa seperti seorang idiot. Ini adalah bagian dari sebuah rencana tapi kenapa malah aku yang merasa tak enak dan menyesal? Bagaimana kalau dia benar-benar menyukaiku?

Bertanya tentang perasaanku, aku sama sekali tidak tau apakah aku mulai menyukai Yessa atau tidak. Selama ini aku masih memikirkan tentang rencanaku mendapatkan Wendy. kembali Kadangkala aku berpikir bagaimana jadinya jika Yessa mengetahui segalanya? Dia pasti merasa sudah dibohongi habis-habisan.

Dia tidak boleh sampai jatuh cinta padaku dan aku tidak boleh sampai membuatnya merasakan itu.

Jari-jariku masih bermain dengan rambut pirang panjang milik Yessa yang sedang bersantai, badanku sebagai sandarannya. Kami sudah berada di posisi seperti semenjak 20 menit yang lalu. Saat itulah aku baru sadar bahwa dia lebih dari sekedar cantik, senyumannya.. Senyuman yang belum pernah kulihat sebelumnya. Itu seperti senyuman kebahagiaan dan cinta. Dan aku suka melihatnya.

Tunggu, apa artinya jika aku menyukai senyumannya? Apa aku juga menyukainya? Ah, tidak mungkin. Cintaku hanya untuk Wendy, tidak untuk siapapun, sekalipun untuk cewek sesempurna Yessa.

"Kenapa kau mengajakku ke pantai?" tanya Yessa yang akhirnya bersuara.

"Kenapa kau menanyai hal itu?" Aku bertanya balik, dengan sengaja tidak menjawab pertanyaannya. Yessa langsung bangun dari sandarannya dna langsung menatapku dengan aneh.

"Ugh! Jawab pertanyaanku dulu!" katanya sambil memukul dadaku dengan gemas. Itu membuatku tertawa melihat tingkah lakunya yang kekanak-kanakan.

"Memang kenapa? Kau tidak suka dengan kencan ini?" Aku mencoba mengetesnya.

"Bukan begitu.." Yessa terlihat menyesal telah menanyakan pertanyaan tadi. Kepalanya terus saja menunduk.

Dia terlihat cantik. Angin malam membuat rambut pirangnya terbang kemana-mana, menutupi sebagian wajahnya. Dan mata abu-abu itu, lebih terang daripada bulan. Ugh, apakah itu benar?

Aku segera menariknya kembali ke dekapanku, dia tidak merespond, hanya diam.

"Karena suasana di pantai membuat semua perempuan terlihat lebih cantik, kau tau, angin-angin yang meniupkan rambut mereka," Aku memuaskan rasa penasaran Yessa.

Sebenarnya aku sendiripun tidak tau kenapa aku mengajaknya ke pantai untuk kencan pertama. Kencan pertama yang pernah kualami dalam hidupku, tidak sekalipun dengan Wendy waktu kami masih bersama dulu.

Mungkin saja aku terinspirasi dari cerita Ayahku yang mengajak Ibu ke pantai saat kencan pertama mereka. Dia juga menyanyikan lagu untuknya, piknik pada malam hari di bawah sinar bulan, dan ciuman pertama dalam hubungan..

"Ih, alay!" balas Yessa gemas.

"Alay kenapa?" Aku bertanya kebingungan. Maksudku, apa yang alay dari kencan ini? Mungkin karena nyanyian itu? Ugh, itu berlebihan sekali. Tapi kata Ayah, Ibu waktu itu senang sekali karena dia menyanyikan lagu yang romantis sambil bermain gitar.

"Perkataanmu berlebihan. Dirasukin dewa cinta apaan sih?" Yessa tertawa kecil sambil melihatku dengan tatapan lucunya. Seketika wajahku memerah saat dia berkata bahwa aku telah dirasuki dewa cinta.

"Jadi, apa benar jika aku cantik?" tanya Yessa sambil menggoyang-goyangkan alisnya dan tersenyum aneh. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya.

"Well, untuk malam ini saja. Kalau hari-hari biasa, kau terlihat kusut dan gendut," Aku menjawab pertanyaannya lalu menyeringai kemenangan. Itu semua bullshit! Jika dipikir-pikir lagi, dia terlihat sangat cantik setiap kami bertemu..

Ugh, kenapa sekarang aku berbicara seperti gadis teenlit? Benar-benar tidak lucu.

Pacarku shock dengan jawabanku.

"Ya ampun! Itu kejam sekali!" ujarnya lalu tertawa terbahak-bahak, aku tidak bisa melakukan hal lain selain tertawa bersamanya. "Dan hey! Aku tidak gendut! Grr, sudah berapa kali aku harus bilang padamu bahwa aku ini langsing??"

"Oh ya, apa yang membuatmu yakin dengan hal itu?"

"Umm.. aku sudah ikut cheerleader selama 10 tahun dan aku juga suka makan buah, kecuali sayur pastinya.."

"Itu tidak merubah fakta bahwa kau itu gendut.." Seringaiku semakin lebar.

"Kau... Grrr... Kau seharusnya berkata hal-hal baik padaku di kencan pertama ini..."

"Huh?" Pipi Yessa merona setelah menyadari apa yang telah ia katakan.

"Sudahlah! Tidak usah dipikirkan." katanya lalu kembali melemparkan pandangannya ke lautan malam.

Entah kenapa rasanya aku ingin sekali terus memeluknya. Entah karena aroma parfum vanillanya, aroma rambutnya yang tercium seperti pisang, atau memang tanpa alasan? 'Tanpa alansan' itu tak ada maksud lain selain karena aku suka padanya..

Tidak, tidak, tidak. Ini tidak boleh terjadi. Ini seperti aku terperangkap pada jebakanku sendiri dan yang pastinya lagi, aku terlihat seperti seorang pengecut yang sudah terperangkap dalam jebakan. Tak ada yang namanya sejarah untuk Roland Michaels sebagai seorang pengecut.

"Sepertinya ini sudah terlalu malam.." ujar Yessa setelah beberapa menit dalam keheningan yang nyaman. Ia bangun dari sandarannya di tubuhku dan mulai berdiri membersihkan lututnya.

"Kau yakin kau tidak ingin berada lebih lama bersamaku?" Aku menggodanya dan menyeringai. Pacarku hanya memutar bola matanya lalu menendang kakiku dengan gemas. Aku tertawa lalu berdiri bergabung dengannya. "Dasar manja,"

"Grr, sudah beberapa kali kau mengatakan hal itu padaku hari ini? Aku bosan mendengarnya!" celoteh Yessa sambil melipat tangannya dan megerucutkan bibir pink alaminya. Pemandangan itu semakin membuatku tertawa melihat ekspresi imutnya.

"Baiklah, baiklah. Ayo kita pulang, Sleeping Beauty," Aku mengambil tangannya yang halus dan segera menuntunnya ke mobilku.

"Apaan sih Sleeping Beauty-an. Namanya tidak cocok dengan wajah cantikku. Huh!"

"Oh.. percaya diri sekali kau mengatakan dirimu cantik," Aku menyeringai makin lebar.

"Kau sendiri bilang begitu,"

"Well, kalau itu memang kenyataan?"

Aku bisa melihat wajah Yessa memerah dari sini, dia tersipu. Pipinya yang sudah berwarna merah sekarang malah membuatnya terlihat semakin cantik..

Hhh.. Seberat-beratnya aku ingin menghilangkan rasa aneh tentang Yessa ini, tetapi aku tetap tidak bisa menolak kenyataan bahwa aku berpikiran dia cantik sekali. Malam ini dan setiap harinya. Aku bahkan sekarang masih bingung siapa sebenarnya yang kuincar..

Wendy Rios atau Yessa Darwin?

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now