Douchebag #24

23.7K 935 32
                                    

Writing this chapter since: 30 Agustus 2014

maaf udah nunggu lama dan kalo gak puas sama chapter yang sikit-sikit dan aneh ini :(

btw check out fanfic Calum Hood lanjutan aku ya di akun @shameiess

Maaci <3

________________

Douchebag #24

(Not edited)

________________

YESSA

        "Julian, kau tidak mau ikut ke dalam?" tanyaku pada Julian setelah keluar dari mobil. Dia menggelengkan kepalanya perlahan sebagai jawaban.

        "Aku hanya akan mengantarmu saja. Jika kau nanti ingin pulang, kau bisa menelponku atau pulang dengan pacarmu itu." ujarnya. Kini giliranku yang mengangguk. Julian memberikanku satu senyuman lagi sebelum akhirnya ia pergi bersama mobilku.

        Sekarang di sinilah aku, berdiri di depan pintu rumah keluarga Michaels yang sangat mewah dan juga besar. Well, sedikit lebih besar daripada rumah Wendy dan bahkan bagian luar rumah saja sudah didekor sebagus mungkin. Ibu Roland pernah bercerita padaku kalau dia sangat suka berkebun, dan sekarang aku bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri hasil hobinya. Kebunnya yang lebar dipenuhi dengan bunga berwarna-warni yang indah.

        Aku heran kenapa Roland lebih memilih tinggal di rumah yang bisa dibilang kecil itu bersama kawan-kawannya yang bisa dibilang selalu saja berbau keringat yang sama sekali tidak sedap, padahal dia bisa tinggal di rumah yang mewah seperti ini. Itu sih namanya sama saja membuang kesempatan emas. Entah sudah berapa lama ia tinggal dengan kawan-kawan anehnya itu.

        Aku mengambil napas panjang dan berharap malam ini aku tidak terlihat berantakan semenjak aku menangis tadi. Aku tahu aku bodoh karena telah mengingat hal yang sebenarnya sangat pantas kuingat dan kusesali dalam hidupku, tapi aku cuma tidak bisa menahannya. Mimpi buruk itu terlalu mengerikan.

        Kakiku melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu dan ternyata tak salah lagi, di dalamnya jauh lebih indah daripada di luar. Sekeliling rumah ini dipadu warna emas dan putih dan juga lampu kaca raksasa. Bahkan rumah Wendy saja tidak semewah ini. Rasanya seperti aku sedang berdiri di tengah-tengah istana.

        Tiba-tiba aku merasakan sepasang tangan melingkar di pinggangku, dan dengan hanya mencium aroma tubuhnya saja aku sudah tahu itu siapa. Untung saja aku tidak melompat kaget.

        "Pestanya bukan di sini.." bisik Roland, dia meletakkan dagunya tepat di lekukan leherku.

        Aku tersenyum sembari menggemgam kedua tangannya yang masih melingkar di pinggangku, "Kalau begitu antarkan aku." kataku.

        "Bisakah kita menunggu lebih lama lagi? Aku nyaman sekali dengan posisi seperti ini." Aku tertawa kecil mendengar perkataannya. Jujur, aku juga sangat nyaman dengan posisi romantis nan aneh seperti ini. Menurut semua orang ini memang sama sekali tidak aneh, tapi itu hanya pendapatku. Aneh dalam maksud dadaku berdebar-debar saat Roland menyentuhku.

        "Roland, ayolah. Kau bilang Ryan ingin bertemu denganku.." Aku merengek layaknya anak kecil, dan itu membuat Roland tertawa dan perlahan melepaskan pelukannya.

        "Kapan kau bisa berhenti menjadi manja seperti itu?" Ia mengerlingkan matanya padaku kemudian berjalan entah kemana hendak meninggalkanku.

        "Hey! Kau mau kemana?"

        Roland berbalik lalu mendengus sambil menyeringai, "Kau bilang kau mau aku mengantarmu ke tempat pestanya."

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now