Douchebag #1

84.6K 1.8K 18
                                    

_______________

Douchebag #1

(Edited)

_______________

YESSA

"Ow!" Aku meringis kesakitan memegang kakiku yang rasanya seperti diputar 180 derajat. Hari ini aku lagi tidak mood latihan cheer, tamu bulanan memutuskan untuk mampir hari ini. Siapa yang tidak risih? Yang pastinya bukan aku. Note the sarcasm.

"Yessa, latihan lebih serius, bisa tidak?!" teriak pelatih cheer kami, Mrs. Winson. Kadang bisa jadi semanis madu, kadang bisa jadi sepedas saus tomat. Saus tomat. Sudah beberapa kali ini aku gagal melakukan backflip tapi saat sudah loncat, aku jatuh mendarat di bokongku yang terasa sudah pecah gelembung di dalamnya.

Aku bangkit lagi dan kali ini mendesah.

"Mrs. Winson, tolong jangan paksa aku. Aku tidak mungkin melakukannya di saat seperti ini." kataku padanya dengan tenang. Kali ini giliran Mrs. Winson yang mendesah, dia menggelengkan kepalanya lalu tersenyum terpaksa.

"Aku tahu. Tapi kau adalah pemimpin di cheerleader ini. Kami tidak akan mampu apa-apa tanpamu. Sudah seminggu ini kau tidak latihan hanya karena 'keistimewaan' mu itu." jawab Mrs. Winson. Aku merasa bersalah karena memang benar aku tidak latihan selama 5 hari terakhir ini, aku ingin cepat-cepat siap dan kembali latihan lagi.

"Aku tau." Hanya itu yang bisa kukatan.

Aku berbalik dan berjalan ke arah dimana tasku diletakkan. Aku mengambil botol airku lalu meminumnya hingga tetes terakhir. Aku benar-benar lelah...dan sakit juga. Aku memperhatikan cheerleader lainnya yang sedang berlatih. Mereka berlatih dengan semangatnya sedangkan aku hanya duduk malas di lantai di pojok dinding gym room. Seharusnya, aku seorang captain cheerleader, berada disana menyoraki mereka untuk bersemangat. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

"Hey!" Seseorang memukul bahuku, serentak membuyarkan lamunanku. Kulihat gadis duduk santai di sebelahku sambil sibuk mengunyah cookies yang memenuhi mulutnya. Aku tertawa melihat tingkah lakunya dan dia tidak merespon sama sekali.

"Wendy, Wendy. Kapan kau akan berubah?" Aku bilang padanya, masih tertawa terbahak-bahak, sampai pemandu sorak yang lagi latihan melihatku dan akhirnya mereka jatuh. My bad.

Ia menelan semua makanannya lalu saat mulutnya sudah kosong, dia menjulurkan lidahnya padaku.

Yap, gadis ini adalah sahabat terbaikku, Wendy Rios, salah satu flyer di team cheerleader ini. Kami sudah berteman sejak kelas 2 SD dan mengikuti team cheer bersama-sama sejak umur 10 tahun. Pengalaman kami tidak sia-sia, 7 tahun belajar menjadi pemandu sorak membuahkan hasil yang besar. Kami sudah melaluinya bersama-sama, maupun disaat perlombaan besar.

Aku sudah menganggap Wendy sebagai saudaraku sendiri, ntah akan jadi apa hidupku tanpa Wendy di sisiku. Kami mempunyai gaya dan attitude yang hampir sama, hanya saja rambut Wendy berwarna cokelat gelap dan matanya bulat berwarna cokelat juga. Belum lagi tubuhnya yang sempurna, melekuk-lekuk dari atas ke bawah. Benar-benar tipe idaman laki-laki. Menurutku ia lebih cantik dibandingkan dengan gadis berambut blonde dan mata abu-abu terang yang mungkin bisa membuat kekacauan dengan mobil-mobil bertabrakan karena saking terangnya sampai menyilaukan pandangan mereka, yang tak lain adalah diriku, Yessa Darwin.

"Kenapa kau tidak ikut latihan? Bulanmu sudah sampai ke bumi? Hahahah," ejeknya. Wajahku berubah dari merah karena tertawa terlalu keras menjadi wajah malas. Aku mengerang sambil memegang kepalaku. Ia membawa kepalaku kebahunya sambil membelai rambutku untuk menenangiku.

"Sudahlah, Yessa. Lebih baik kita segera pergi dari sini!" ajak Wendy tiba-tiba. Aku mengangkat kepalaku dari bahunya dan melihat ke arahnya dengan tatapan kita-belum-selesai-latihan. Dia menyengir dan memberiku tatapan 'Wendy'.

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now