Douchebag #15 - ROLAND'S POV

33.3K 943 9
                                    

Writing this story since: 4 Februari 2014

Dedicated to: @feliahuang

 Goal: 40 comments + 200 votes.

WARNING**This chapter has an extremely bad descriptions and conversations and huge cliches.

Song of this chapter: My Boyfriend's Back - Paris Bennett

_______________

Douchebag #15

(Edited)

________________

ROLAND

"Jadi kemana anak-anakmu, Mark?" Ayah bertanya kepada salah satu sahabat Ayah pada masa muda dan juga pegawai terbaik di perusahaannya, Mark Jones yang diundang makan malam bersama istrinya dan—sebenarnya—anak-anaknya yang bilang akan menyusul mereka ke sini. Aku heran, kira-kira berapa anak yang mereka punya?

Lagian sebenarnya aku juga malas harus ikut bersama Ayah dan Ibu untuk acara makan malam bodoh ini, orangtuaku bilang ini penting karena mereka ingin memperkenalkanku kepada teman-temannya. Sungguh membosankan, duduk seperti orang idiot yang berpakaian formal mendengarkan pembicaraan bisnis yang sama sekali tidak aku mengerti. Sekarang hanya adikku, Ryan yang berumur 5 tahun yang menjadi temanku saat ini. Hh..

"Rolly, bisakah kau temani aku besok ke kursus soccer?" tanya Ryan padaku dengan penuh harapan. Aku mendesah lalu tersenyum lemah ke arahnya.

"Maafkan aku, Ry. Tapi besok aku harus bersekolah juga." balasku mencoba terdengar menyesal dengan wajah memelas. Wajah Ryan berubah menjadi kecewa lalu dia tidak mengoceh lagi sehabis itu, hanya melanjutkan menyedot milkshake cokelat yang tadi dipesannya.

Hampir berbulan-bulan lamanya aku tidak bermain bersama Ryan mengingat kami sudah hampir tidak pernah tinggal bersama lagi. Aku merasa sangat bersalah pada adikku satu-satunya, Ayah dan Ibu jarang ada di rumah karena sibuk dengan pekerjaan mereka, siapa lagi yang akan menjaga Ryan kalau bukan aku? Jadilah Ryan diasuh oleh babysitter, seharusnya aku.

Sudah sedari tadi pikiranku terus melayang pada bayang-bayang Yessa, yah...aku sedikit rindu padanya. Hanya sedikit. Walaupun aku rindu padanya, itu sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa marah dan jengkel yang sekarang ini sedang melanda dalam diriku. Aku merasa telah dikhianati olehnya, bisa-bisa saja dia berdekat-dekatan dengan cowok lain dan melupakanku, 'pacarnya'. Seharusnya aku yang membuatnya cemburu, tapi aku malah kena batunya. Eitss, aku tidak cemburu, hanya jengkel dengan tingkah lakunya. Yessa bahkan tidak repot-repot untuk mencariku atau sekalipun menghubungiku. Pacar macam apa itu??

"Goodnight, everybody." Suara familiar terdengar dari belakangku, familiar sekali. Suara yang dulu selalu kunanti-nantikan, dia ada di belakangku saat ini. Aku memutarkan badanku ke belakang dan di situlah dia, my love Wendy berdiri di belakangku, seperti biasa terlihat cantik dan hot. Dia benar-benar terlihat hot malam ini. Dress ketat itu cocok sekali untuknya, mengekspos kaki jenjangnya yang mulus dan juga tubuh ramping itu. Mmmh. Tapi aku heran, kenapa kali ini hatiku sama sekali tidak berdegup cepat, tidak seperti biasanya aku berpapasan dengan Wendy. Kali ini berbeda. Aku merasa biasa saja.

Ngomong-ngomong, kenapa Wendy bisa berada di sini? Tidak mungkin sekali dia adalah anaknya sahabat Ayah, Mark Jones. Aku tau pasti orangtua Wendy yang mana. Tapi, Ny. Jones bilang bahwa anak gadisnya juga mengundang salah satu temannya, dan memang Wendy dekat dengan hampir seluruh penjuru sekolah tetapi satu-satunya orang yang selalu menempel dengannya kemanapun dan dimanapun adalah---

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now