Douchebag #22

25.5K 967 31
                                    

Writing this chapter since: 12 Juli 2014

hai sorry ya udah nunggu update yang lama bingitz. sorry banget aku gak ada waktu sumpeh.

penulis satu ini kalo dibilangin ngeyel. kata orang nulis satu buku aja dulu eh tapi aku udah nulis beberapa buku, ada di akun @shameiess apalagi yang sukses fanfictionnya hahaha.

oh ya, boleh mampir baca fanfic calum hood aku? :3 di @httpscuddle

thanks and sorry

Song of this chapter: Secret Admirer - Mocca

__________________

Douchebag #22

(Not edited)

__________________

YESSA

Sudah 15 menit lamanya aku dan Wendy berada dalam keheningan dan dia sama sekali belum menjawab pertanyaanku. Aku dengan sabarnya menunggu Wendy yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya sambil bermain dengan jari-jarinya. Jujur, aku masih sedikit kaget dengan insiden Wendy-hampir-menciumku itu.

Apalagi saat tadi Julian melihatnya, dia bisa berpikiran aku dan Wendy ini sebenarnya lesbian. Ya ampun, ini seperti mimpi buruk. Aku benar-benar tidak menyadari kejadian seperti itu akan terjadi. Maksudku, aku sudah bersahabat dengan Wendy semenjak 10 tahun ini.

"Kau tidak akan mengatakan apa-apa, bukan?" tanyaku memecahkan keheningan. Aku melirik ke arah Wendy yang hanya menggeleng perlahan. Aku menghela napas frustasi kemudian beranjak dari ranjangku. Duduk di sini dan tidak melakukan apa-apa tidak akan pernah menyelesaikan masalah. "Sebaiknya kita keluar saja. Aku bosan,"

Wendy mengangkat kepalanya dan ekspresinya terkejut saat melihat sikapku barusan. Aku hanya tidak mau lagi mengungkit masalah ini, bisa saja gara-gara hal sepele seperti ini hubunganku dan Wendy bisa renggang. "Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi. Kau pasti tidak mau kan persahabatan kita jadi canggung hanya karena tadi?" Aku menambahkan.

Wendy mengangguk kemudian ia ikut berdiri, "Maafkan aku. Aku masih belum bisa menjelaskannya sekarang. Mungkin nanti ada waktunya." ujar sahabatku lirih. Aku memberinya senyuman hangat lalu kami berdua berjalan keluar dari kamarku.

Di ruang tamu, Mom dan Vanessa sedang berbincang-bincang sambil terkekeh seperti mereka sedang bernostalgia saat masih remaja dulu.

"Hey, Yessa, Wendy. Ada apa dengan kalian?" tanya Vanessa saat mereka menyadari kehadiranku dan Wendy.

"Ada apa dengan kami?" tanyaku balik. Jujur aku tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

"Kenapa wajah kalian terlihat murung?"

"Kami tidak kenapa-napa. Kau tahu, hanya bergossip tentang cowok," jawab Wendy cepat.

Aku melirik ke arah counter dapur yang sedang diduduki Julian, ia melirik ke arahku dan Wendy dengan tatapan aneh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku hanya melotot ke arahnya. Kuharap dia tidak memberitahu Mom dan Vanessa tentang insiden tadi.

Tiba-tiba ponselku bergetar di saku celanaku, aku segera mengambilnya dan ternyata ada satu pesan. Kubukan pesan itu,

'Apa kau ada waktu siang ini? Aku ingin bertemu denganmu,' -Roland

Tumben sekali Roland mengirimku pesan hanya untuk bertemu denganku. Lagian ada urusan apa dia? Apa ini penting? Tapi tidak enak kalau aku meninggalkan orang-orang di rumah hanya untuk bertemu dengan Roland, itu tidak sopan sekali. Sebenarnya jika dipikir-pikir lagi, aku merindukannya...

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now