Douchebag #12

34.5K 967 7
                                    

Writing this chapter since: 20 Januari 2014

Helo helo helo! Bella's here! What up! :)

Duh duh duh, kayaknya otakku udah mau meledak nih pas liat pembacanya udah 1000an, gila banget. Nggak nyangka bisa sampe sebanyak ini. Terima kasih banget yah sama yang udah setia baca cerita nggak jelas arahnya ini, terima kasih terima kasih terima kasih.

Karena pembaca udah 1000an, jadi Bella ngerubah pikiran buat berhentiin cerita ini. Tapi kayaknya updatenya bakal lambat banget. Sibuk 95%! Jadi bendahara itu susah, tas sekolah ada uang numpuk! Sehari bisa dapet Rp. 500rb - 1jt! Gila kan? Hahahah.

Okelah, chapter ini didedikasikan untuk @wequte yang udah ngasih motivasi setiap harinya. Ugh, aku jatuh cinta baca komen kalian, jadi komen sebanyak-banyaknya!

Oh ya, thor itu apaan sih? Panggil aku Bella aja, atau adek -_- Hehehe.

Enjoy!

P.S: Foto Yessa ada di multimedia!!! >>>>>>>>

Bella E.<3

__________________________

Douchebag #12

(Not Edited)

__________________________

"BE A MODEL! B-E A MODEL!"

Siang hari di hari Selasa dengan panas matahari yang terik menyinar di atas langit sama sekali nggak membuat para pemandu sorak patah semangat latihan untuk lomba besar bulan depan. Ya! Bulan depan kami akan mengikuti lomba cheers tingkat kota dan itu menegangkan sekali, malah masih aku yang mimpin lagi. Well, bukannya aku nggak suka jadi kapten cheers, tapi ini kan tahun ajaran terakhir, kenapa belum diganti ya kaptennya sama adek-adek kelas? Soalnya udah 2 tahun belakangan ini aku jadi kapten cheers dan itu sangat menyenangkan!

Di sampingku berdiri seorang Wendy Rios yang sedang bersorak massal sambil memainkan pom-pom di tangannya. Sudah sedari tadi dia nggak berhenti-henti ngulangin kata-katanya 'Be a Model'. Wendy memang suka begitu, impiannya dari dulu selain jadi pemandu sorak professional, dia juga pingin jadi supermodel. Dari bantuan Ibunya yang baik, Wendy akhirnya jadi model, walaupun bukan super, tapi dia memang cocok jadi seorang model. Tidak seperti diriku yang malang ini, jadi model aja boro-boro banget.

"Wendy, stop it! You're a model haha," Aku tertawa renyah sambil merenggangkan kakiku. Ugh, jadi cheerleader butuh kerja keras dan latihan yang cukup serius, lihat nih kaki sampai bisa dilurusin ke atas. Hahahahah. Wendy melotot ke arahku lalu mulai melanjutkan sorakan modelnya. Sebenanya bosan juga karena daritadi kalimat yang diucapin itu-itu aja. Hhh, Wendy..

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan R-" Omongan Wendy terputus oleh sebuah suara.

"Girls!" Suara sahutan pelatih kami, Mrs. Winson membuat Wendy dan aku menoleh secara bersamaan. Dengan gerakan cepat kami berdua berlari ke arahnya, ya harus kami, karena Mrs. Winson paling benci sama yang namanya menghampiri anak didik. Kadang bikin capek sih.

"Ada apa, Mrs. Winson?" Tanyaku dan Wendy secara bersamaan. Wah, sama.

"Kenapa kalian santai-santai di sana?" Mrs. Winson bertanya balik dengan nada kasar.

"Eh, anu... kita tadi kecapekan, jadi istirahat bentar," gagap Wendy sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Semuanya juga capek! Lihat anggota lainnya semangat latihan, sedangkan kalian masih bisa santai-santai. Kalian berdua masih ingat kan bahwa kalian adalah anggota terpenting di tim cheers ini?!" bentak Mrs. Winson, "Kamu juga, Yessa! Sudah tau kamu pemimpin, seharusnya kamu itu bimbing yang lain latihan!" Sekarang ibu-ibu galak ini mulai membentakku.

Mr. & Ms. PopularWhere stories live. Discover now