Chapter 49

32.7K 1K 6
                                    

Pagi ini, Dhirga telah bersiap untuk pergi ke surabaya. Kemarin malam ia nekat mencari tiket pesawat pemberangkatan pagi. Dhirga hanya Ingin bertemu dengan Cia dan meminta maaf kepada perempuan itu. Jika Dhirga tak ada waktu atau kesempatan bertemu dengan Cia kembali maka ntah apa yang akan ia lakukan.

Ini semua memang kesalahan nya, jika saja dulu ia tak egois mungkin hari ini Cia masih berada di samping nya. Ia sungguh menjadi laki-laki bodoh di dunia atau bahkan ia sekarang telah di cap oleh Cia sebagai laki-laki egois yang pernah perempuan itu kenal.

Anggara sudah tiba di rumah Dhirga sejak tadi. Ia hanya bisa menghela nafas melihat keputusan sahabat nya ini.

"Lo nggak coba telpon Cia dulu, ga?" Tanya Anggara.

"Tadi udah tapi tetap aja nggak dia angkat" Balas Dhirga.

"Ponsel nya aktif, kan?" Tanya Anggara dan dibalas anggukan oleh Dhirga.

"Gue rasa dia sengaja nggak angkat telpon gua! Gue harus gimana lagi! Bahkan buat angkat telpon aja dia nggak mau apalagi ketemu sama gue!" Ucap Dhirga terdengar menyerah.

"Kalau lo ada usaha pasti lo bisa ngelewatin masalah lo ini!" Ucap Anggara.

Dhirga menarik kopernya ke luar kamar dan ia akan memasukkan nya ke bagasi mobil.

"Berangkat!!" Ajak Dhirga lalu Anggara mengangguk mengiyakan.

Di dalam mobil, Dhirga kembali berusaha menelpon Cia tapi tetap saja perempuan itu tak mengangkat nya.
Anggara yang melihat sahabat nya ini merasa kasihan atas perjuangan nya.

"Semoga takdir berteman baik sama lo!!" Batin Anggara.

~~

16:45,Surabaya

Dhirga menarik kopernya hingga pintu keluar. Ia mencari taxi yang sudah berjejer rapi di seberang jalan. Mendekati salah satu nya dan menaiki nya.

"Pak, anterin saya ke perumahan Galuh Mas!" Ucap Dhirga dan dibalas anggukan oleh supir taxi itu.

Tak butuh waktu lama, Dhirga telah tiba di sebuah rumah berwarna merah yang berukuran minimalis tapi terlihat rapi dan nyaman.

Ia membuka pagar yang memang tidak terkunci dan langsung mendekati pintu berwarna coklat dengan hati yang terasa gusar. Dhirga mengetuk pintu itu berharap seseorang membuka'kan nya.

Tokkk.. tokk.. tokk..

Dhirga terus saja mengetuk hingga tiba-tiba keluar lah Anggun dengan wajah kaget nya.

"Dhirga?" Anggun membeo lalu sedetik kemudian ia tersenyum menatap Dhirga.

"Iya tante!" Balas Dhirga.

"Kok kamu bisa sampai di sini? Tahu rumah tante dari siapa?" Tanya Anggun.

"Dhirga ke sini mau ketemu sama Cia tante! Dhirga juga tahu kalau tante pindah ke surabaya dari lenata" Ucap Dhirga sopan.

"Masuk dulu, yuk!" Ajak Anggun lalu menuntun Dhirga untuk masuk ke dalam rumah.

Anggun mempersilahkan Dhirga duduk di sofa ruang tamu.

"Jadi, kamu ke sini mau ketemu sama Cia?" Tanya Anggun memastikan.

"Iya, tan!" Balas Dhirga mengangguk.

"Emang Cia nggak bilang sama kamu?" Tanya Anggun membuat Dhirga mengernyit bingung.

"Bilang apa tante?" Tanya Dhirga balik.

"Jadi dia nggak bilang sama kamu?" Tanya Anggun.

"Nggak tante" Balas Dhirga.

"Cia pergi ke Inggris, dia kuliah disana! Tante fikir dia udah bilang sama kamu" Ucapan Anggun bagaikan petir di sore hari bagi Dhirga.

ACILLA (TAMAT) Onde as histórias ganham vida. Descobre agora