"Sabar ya Rin. Jangan pernah putus asa untuk mencari sesuatu." Alena bangkit dan memeluk Airin.

"Makasih banyak Alena,"

"Boleh gue liat figuranya?" Airin mengangguk, kemudian memberikan figura kecil itu pada Alena.

Alena membelalakan matanya, sejenak gadis itu meneguk ludahnya. Ia pernah melihat foto ini. Yah, ia masih sangat ingat, kemudian Alena memandang Airin sambil bungkam. Apa mungkin benar?

"Kenapa Len?"

Alena menggeleng cepat. "Enggak. Gak apa-apa,"

"Rin, besok gue minjem Rava sebentar boleh?" tanyanya sempat ragu.

"Buat?" Airin mengernyitkan keningnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama dia tentang Adrew,"

"Okee silahkan. Tapi awas aja main belakang sama Rava, nihh!" Airin memperlihatkan tangannya yang tengah mengepal pada Alena.

"Iya nggak, cuma mau tanya sesuatu doang."

"Masalah apa lagi sih? Baru tadi katanya, Airin gue bahagia banget..." ledeknya sambil menirukan gaya bahasa Alena.

"Adadeh." tukas Alena sembari menarik selimutnya ke atas dada. Setelah itu Airin mematikan lampu kamarnya dan mereka pun tertidur.

***

Suatu paginya di depan parkiran, Alena celingak-celinguk mencari keberadaan Rava yang tak kunjung datang menemuinya. Alena sengaja datang pagi, karena tidak sabar ingin cepat menemukan kepingan puzle yang menjadi teka-teki sendiri dalam benaknya.

Akhirnya mata Alena menemukan Rava yang baru saja sampai, dan sedang memakirkan motornya dari kejauhan. Langkah santai pria itu mendekat ke arahnya. Alena gondok sendiri melihat gelagat Rava, bisa-bisanya pria itu malah memelankan jalannya.

"RAVA BURUAN!" decaknya tidak sabar.

"Udah izin Airin belom lu?"

"Iya udah."

"Yaudah cepetan apan?"

"Soal Adrew," to the point Alena.

"Kenapa sama dia?"

"Gue mau tanya soal hubungan Rayna sama Adrew. Lo tahu semua kan?"

"Lu tau dari mana?"

"Adrew sendiri," jawab Alena cepat.

"Apa Rayna mantan Adrew?" tebaknya.

Rava terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Selang tujuh detik, akhirnya Rava mengangguk. "Bisa dibilang begitu,"

"Kenapa jawabnya ragu?"

"Soalnya yang gue tahu, Rayna sama Adrew dulu itu belum putus," ujar Rava membuat alis gadis itu menyuram.

"Boleh gue denger cerita masa lalu mereka dari lu?" kata Alena terdengar serius, lalu diangguki Rava.

"Dulu mereka berdua pacaran waktu SMP. Mereka itu pasangan yang cocok banget, sampai-sampai di sekolah, mereka dijulukin perfect couple," ujar Rava pada Alena.

"Sifat Adrew dulu beda banget, enggak kaya sekarang. Dia romantis, baik banget ke semua orang. Tapi karena keluarga Rayna ada liburan ke Eropa, dia ninggalin Adrew, sampai sekarang kelas dua belas ini dia baru balik,"

"Tiga tahun Adrew anti banget sama yang namanya cewek. Baru lo yang bisa ngebuka hati Adrew lagi." Alena terenyah dengan cerita Rava.

"Tapi sejak Rayna ninggalin Adrew. Rayna maupun Adrew belum pernah ada kata putus, sebab itu gue bingung, sebenarnya mereka itu udah putus atau belom,"

"Tenang aja Len, Adrew itu tipe orang yang setia. Walaupun ada Rayna sekarang, gak mungkin dia ninggalin lo. Udah ada buktinya kan sekarang? Itu tanda Adrew beneran tulus sama lo."

"Makasih Rav," ucap Alena dan dibalas senyum oleh Rava.

"Mau nanya itu aja kan?"

"Iya sih,"

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya? Ada rapat buat pertandingan basket soalnya." ujar Rava sembari melihat jam di pergelangan tangannya.

"Sekali lagi terima kasih banyak,"

"Iya santuy!" balas Rava kemudian terkekeh.

Adrew datang menghampiri mereka dengan wajah tidak bersahabat pada keduannya. Alena tahu pasti pria di depannya ini, tengah berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya dan juga Rava. Rava yang merasa kurang enak, langsung membawa kakinya untuk pergi dari sana.

"Udah ada yang punya, gue cabut Len," pamitnya diangguki Alena.

Tersisalah mereka berdua yang sibuk dengan fikirannya masing-masing. Alena enggan untuk bicara, setelah tahu cerita Adrew dan Rayna yang masih belum putus sampai sekarang.

"Nanya tentang Rayna ke Rava?" Alena mendongak, apa tadi Adrew mendengar semuanya?

"Iya, tapi nggak bermaksud-"

"Gapapa, gue juga yang nyuruh kemarin."

"Apa kamu belum putus sama Rayna?" tanya Alena dengan mata yang menyorot kepedihan.

"Udah. Waktu lo liat kemarin, gue sama Rayna putus,"

"Berarti sebelumnya kamu masih ada komitmen sama dia?"

Pria itu tertegun mendengarnya, kemudian menangkup wajah Alena lembut. "Gue sama Rayna udah berlalu dan udah jadi masa lalu,"

"Dan jangan benci sama masa lalu, karna tanpa masa lalu, nggak mungkin kita seperti sekarang."

***

VOTE AND COMMEND

ThankYou:)

Perfect Couple [Completed]Where stories live. Discover now