FRIENDS (2)

10.1K 317 14
                                    

Tidak ada yang lebih menakutkan dari pada topeng kemunafikan seorang sahabat, tapi aku bersyukur dengan adanya hal itu, aku bisa tau rupa manusia yang pandai berpura-pura.
--------------------

Sama seperti Jeje, Sam juga menganggap teman-temannya itu adalah keluarga keduanya. Terutama kutil badak Rian, Liam dan Verel. Mereka tetap menemani Sam apa pun keadaannya, susah maupun senang.

Menemaninya dalah keadaan Susah ketika ia kehilangan sumber cahaya dalam hidupnya. Ketika ia berubah menjadi Sam yang dingin dan arrogant. Mereka tidak sedikit pun meninggalkan Sam. Bahkan ketika orang tuanya tak peduli. Sam bukanlah seperti anak-anak yang ada di novel teen fiction yang akan membuat ulah dengan kenakalannya hanya untuk mendapatkan sebuah perhatian. Orang tuanya juga tidak bisa ia katakan tidak peduli dengannya, Sam bisa merasakan lelah nya mereka mencari uang. Sam juga tahu, didalam lubuk hati terdalam orang tuanya itu pasti ingin merawatnya, ingin membimbingnya.

Mungkin bagi orang-orang, menjadi pengusaha itu hanya duduk dan bermain dengan layar yang terletak di hadapannya. Sam pun pernah berfikir begitu. Tapi pemikiran itu sirna, ketika ia telah menjalani bimbingannya. Dan otomatis Sam bisa merasakan apa yang di rasakan oleh papanya.
Dan untuk mamanya, mungkin orang berfikir apa pekerjaannya? Ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga tapi ia memiliki beberapa butik. Ia memang tidak bekerja, tapi mamanya akan ikut sang papa ketika bepergian ke luar kota maupun luar negeri.

Memang bisa dikatakan Sam tinggal sendiri di rumahnya. Seperti sekarang, ia hanya sendirian di rumah. Duduk di sofa sambil menontin TV. Tapi, tidak untuk beberapa menit ke depan, tiga kutil badak itu sedang menuju kesini.

"Halo!! Verel come bace oey." Ucap Verel dengan menunjukkan tampang songongnya.

"Apaan sih lo, berisik amat deh, gue sumpel juga tuh mulut pake kaos kaki." Sewot Rian yang merasa terganggu dengan suara Verel yang sedikit menggelegar itu.

"Apaan sih, sewot amat. Ngiri aja lo mentang-mentang suara gue bagus kek JUSTIN BIBIR."

"Bangke amat lo Verel, suara lo kayak gajah ngeden tau nggak sih. Mana nyebutin suara abang gue salah juga. Yang bener tuh Justin Bieber." Kali ini giliran Rian yang buka suara.

"Sorry yah, gue belum pernah denger suara gajah ngeden, tapi kalo kucing ngeden, sering gue mah." Balas Verel dan di angguki oleh Liam.

"Lagian nih yah, JB adek cowoknya itu masih bocah. Ngarang aja lo." Tambah Liam.

"Gue juga belum pernah denger sih. Terus nih yah, sebelum Janur kuning melengkung, JB itu milik bersama."

"Bangke!!!! JB udah nikah woey sama si Hailey Baldwin. Mana ngomongnya milik bersama lagi. Lo homo Rel? Astaga insaf gila!!! Gue ngeri deket sama lo, itukan penyakit menular. POKOKNYA NGGAK MAU DEKET-DEKET SAMA LO VEREL." Ngeri Liam dan langsung berlari.

"GUE JUGA KAGAK MAU!!!" Rian bergiding ngeri sambil menyusul Liam ke dalam rumah Sam.

Dan perlu di ketahui, sesari tadi mereka masih di depan gerbang rumah Sam. Dan tanpa rasa malu, berteriak-teriak seperti orang gila.

"Sam!! Gila si Verel HOMO!!" Ucap Liam langsung kepada Sam yang sedang anteng memainkan benda pipih di tangannya.

"Gue nggak mau deket-deket sama lo Verel!! Pegi sono lo jauh-jauh dari gue!! Ini ngapa lo megang kerah belakang baju gue pe'akk. Sam tolongin gue!!" Rengek Rian dan ditertawakan oleh Liam.

MY KETOS IS COLDBOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang