02 - Pólemos

115 12 3
                                    

Tak ada yang lebih mengerikan daripada sebuah perang. Setidaknya itulah yang terjadi di Xosova selama kurang lebih satu bulan berlangsung. Perang terjadi karena kerajaan besar Treaston ingin kembali memperluas wilayah kekuasaannya setelah ratusan tahun perdamaian, kilometer demi kilometer wilayah Nazrrog diklaim oleh mereka. Kali ini ke wilayah kekuasaan Korrona yang tidak menyetujui jalur diplomasi ketika Treaston tiba dengan penawarannya, yaitu penyerahan wilayah kepada Treaston tanpa perlawanan. Meski Valddhor-pemimpin Xosova tahu bahwa dia tidak dapat memenangkan perang ini, kaum mereka menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan, dan kalau Korrona menyerah begitu saja tanpa perlawanan, itu akan menjadi sebuah penghinaan bagi kaumnya.

Selama perang tersebut, Xosova diisolasi dari dunia luar, hal ini bertujuan untuk menunggu pasokan makanan di dalam kota habis. Saat itu terjadi, kelaparan pun akan muncul. Dan sesuai dugaan, cukup satu bulan saja dan Xosova kehilangan sumber berharganya. Dipimpin oleh Panglima Besarnya sendiri, Treaston mengerahkan bala tentaranya yang berjumlah puluhan ribu-bahkan lebih-untuk mengambil alih Xosova.

Malam berperang akhirnya tiba, ditandai dengan bergeraknya pasukan berbaju putih dengan motif hitam ke garis pertahanan terakhir, tentara Xosova telah siap di garis depan benteng terakhir mereka-Gorima. Xosova, dipimpin langsung oleh Valddhor, bergegas mempersiapkan jebakan-jebakan yang dapat dipasang di rawa-rawa sepanjang benteng dengan sisa pasukan yang berjumlah tidak lebih dari seribu. Itu hanya sebagian kecil dari jumlah pasukan yang Xosova miliki. Jumlah itu tidak akan mampu menahan serangan dari kerajaan Treaston lebih dari tiga puluh menit setelah mereka tiba di benteng, namun waktu itu sudah lebih dari cukup untuk mengulur waktu bagi evakuasi terakhir warga sipil yang sedang berlangsung. Xosova bukan merupakan kota yang subur, namun warga kota Xosova cukup pandai dalam tata kota, dan salah satunya adalah banyaknya terowongan bawah tanah sejauh berkilo-kilometer ke luar wilayah yang mereka bangun sebagai jalur rahasia keluar-masuk kota.

Dari kejauhan, perang dimulai ketika bola-bola api dilempar ke arah benteng Gorima. Suara-suara dentuman benda raksasa yang berbenturan keras mulai berhamburan di telinga semua tentara. Tak jauh dari asal bola-bola api tersebut dilemparkan, pasukan dari pihak Treaston mulai bergerak, terlihat seperti batalion semut yang mengerubungi ceceran gula di atas lantai. Keberangkatan mereka ditandai dengan suara trompet yang menggema di berbagai sudut.

Di pihak bertahan, suasana semakin memanas. Tanah bergetar hebat, mereka tidak bisa tenang seperti tawanan yang menanti untuk dieksekusi, mereka tahu betul bahwa tembok yang sedang mereka tempati tidak akan bertahan lebih lama dari nyawa mereka. Dan ketika pasukan Treaston sudah cukup dekat, anak panah mulai diluncurkan oleh para pemanah. Sihir-sihir dengan berbagai elemen diluncurkan oleh para penyihir yang berada di tiang teratas penjagaan. Begitu juga dengan bola-bola api yang turut diluncurkan melalui sebuah katapel raksasa. Satu persatu pasukan terdepan yang melaju ke benteng tumbang, rawa-rawa tandus yang mengelilingi benteng kini dihiasi oleh tentara yang tumbang. Namun itu tidak akan ada habisnya, karena seberapa banyak tentara yang ditumbangkan, pasukan lain di belakangnya akan menggantikannya.

"Jenderal Igvir, kau harus memimpin sisa warga sipil di desa untuk evakuasi," perintah sang raja kepada salah satu jenderal yang ia percayakan untuk memimpin evakuasi, sembari terus mengawasi pasukan pihak musuh yang terus mendekat melalui sebuah jendela. Semua pasukan yang hadir di ruangan itu bisa melihat gerakan gelisah sang raja, terutama pada bagian kaki yang tidak bisa diam meski dia sedang berdiri dengan tegak.

Jenderal Igvir, yang mendapat perintah itu justru menolak dengan halus, meski dalam benaknya ia tahu bahwa adalah hal yang mustahil untuk menolak permintaan Valddhor, "Dengan segala hormat, sebaiknya Anda yang memimpin evakuasi terakhir. Anda tidak akan kesusahan dengan kekebalan hukum yang Anda miliki sebagai raja."

"Tidak," seraya mengeluarkan secarik kertas dengan cap Xosova di pojoknya, "Peluang bertahan kita lebih besar jika bergabung dengan Korrona," ia berhenti sejenak sembari tersenyum menatap bala tentaranya yang bersedia mati demi kerajaannya-di depannya maupun di luar melalui jendela. Dengan suaranya yang terdengar sangat berwibawa, ia mengatakan "Aku akan mempertahankan Xosova dengan seluruh kemampuanku selagi kalian bergabung dengan Korrona. Aku tidak bisa meninggalkan tentaraku berperang sendirian di sini."

The Runaway ChosenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora