Bab 31

223 24 14
                                    

Pagi ini suasana hati Indi sedang tidak baik. Bagaimana tidak, sejak kejadian kemarin, iya menjadi sangat emosional. Sepulang dari kedai ice cream, Revan menyusul Indi ke rumahnya, namun Indi menolak untuk menemui Revan. Alexis sampai terheran-heran ada masalah apa sampai Indi tidak mau menemui Revan.

"Sayang, makan nasi gorengnya. Jangan dimainin terus. Nasi goreng aja dimainin gak enak, apalagi hati kamu. Hiyahiyahiya," kata Alexis menyuruh Indi sarapan.

"Baperan amat sih ni emak-emak," kata Wawan sambil melahap nasi gorengnya.

"Ngomong apa lu barusan?" Alexis menatap Wawan dengan tajam.

"Bahasamu sayang," kata Elgar sambil mencium pipi Alexis.

"Tolong ya, kasihanilah kaum anak jomblo. Emang enak apa liat orang bermesraan mulu. Sakit hati ini, hati ini ingin menangis," kata Wawan memelas.

"Stop! Bisa diem gak? Tolong kurangi drama kalian. Capek tau gak!" kata Indi meninggalkan rumah dan berangkat sekolah.

Ia berjalan sendirian sambil menunggu bus yang lewat. Entah kenapa ia ingin naik bus, padahal dirumah ada mobil atau motor.

Tin tin

Suara klakson mobil berbunyi dari arah belakang. Indi pun menoleh ke arah sumber suara.

"Revan?" Bisiknya. Ia menyadari bahwa pemilik mobil itu adalah Revan, ia segera berlari dan kabur. Ia sangat malas bertemu dengan Revan saat ini.

"Indi, tunggu!" Revan keluar dari mobil dan menyusul Indi. Karena Revan seorang laki-laki dan memiliki kaki yang panjang, maka tidak salah jika ia bisa menangkap Indi. Ia langsung memeluk Indi erat.

"Indi, maafin aku." kata Revan sambil memeluk Indi. Indi hanya diam saja. Jika ia berontak juga percuma karena ia tidak akan bisa lolos.

"Sayang, maafin aku. Kamu salah paham. Wendy itu sahabat aku dari kecil. Kita hanya sahabat. Gak ada apa-apa diantara kita." jelas Revan.

"Tidak ada yang namanya persahabatan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki." kata Indi datar.

"Serius. Aku bersumpah kalau aku sama dia gak ada hubungan apa-apa selain sahabat. Aku hanya menganggap dia sebagai sahabat. Aku hanya cinta kamu, sayang! A" kata Revan meyakinkan.

"Jangan berkata jika tidak bisa dipertanggung jawabkan,"

"Oh ya, dan satu lagi. Bisa lepaskan saya? Saya mau pergi ke sekolah,"

Akhirnya Revan melepaskan pelukannya.

"Aku anter ya, sayang."

"Gausah, makasih." tolak Indi. Indi melanjutkan perjalanannya di sekolah, akhirnya bus berhenti dan ia segera naik dan duduk di paling belakang, karena suasana di dalam sangat ramai.

Ia mengambil earphone di dalam tasnya. Seseorang duduk disebelahnya. Indi pun menoleh.

"Revan?" Indi kaget karena Revan berada di sebelahnya. Revan kan membawa mobil, kenapa bisa ia menaiki bus? Untuk apa? Pikir Indi heran.

"Ngapain disini?" tanya Indi bingung.

"Aku mau nganter kamu ke sekolah. Aku mau kamu aman dan selamat sampai tujuan dan memastikan kamu baik-baik saja." kata Revan sambil merangkul Indi.

"Apaan sih, gajelas." Indi memalingkan mukanya karena ia malu-malu. Ia memasang earphone dan menyetel lagunya.

Revan memperhatikan Indi yang menikmati lagu yang disetelnya. Cantik, itulah yang dipikirkan Revan.

Bus berhenti dan penumpang berdatangan lagi. Indi melihat seorang ibu hamil dan nenek tua yang sedang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk karena suasana bus sangat ramai. Indi menarik tangan Revan dan menghampiri ibu hamil dan nenek itu.

"Bu, Nek, silahkan duduk dikursi ini." Kata Indi ramah. Revan melihat Indi heran.

"Terimakasih nak. Ibu sama nenek juga kelelahan."

"Sama - sama Bu. Kalian lebih diutamakan untuk duduk di kursi kan." Akhirnya Ibu hamil dan nenek itu duduk di kursi penumpang itu.

"Kamu baik ya." kata Revan tulus.

"Sesama manusia harus saling tolong menolong lah, apalagi mereka itu memang berhak diutamakan, karena ibu hamil dan lansia sangat rentan." jelas Indi.

Revan memegang pegangan diatas bus agar tidak terjatuh. Indi ingin melakukan hal yang sama, namun karena tingginya yang kurang, maka ia tidak bisa berpegangan.

"Ih, kenapa tinggi banget sih!" umpat Indi kesal.

"Hahaha, kamu aja yang kependekan." ejek Revan.

"Gausah ketawa! Siapa suruh ketawa? Gak lucu!" kata Indi tajam. Revan mengambil tangan Indi dan menaruhnya di pinggangnya.

"Pengangan, biar gak jatuh." kata Revan. Indi hanya diam. Tiba-tiba bus ngerem mendadak. Otomatis Indi memeluk Revan agar tidak terpental.

"Haaa!" pekik Indi. Revan tersenyum kemenangan. Modus banget masnya, wkwk.

"Sayang, nambah gede ya, hehe."

-Tbc
09-06-2019

I Hate [NEW EDITION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang