Bab 11

2.6K 169 4
                                    

Indi dan Revan berjalan menelusuri kebun teh yang ada di dekat villa tersebut, eh maksudnya Revan yang berjalan dengan Indi dipunggungnya.

"Kak Rev, aku berat ya?" Tanya Indi tiba tiba. Ia tak enak hati karena sudah sangat merepotkan Revan.

"Banget."kata Revan.

"Yaudah kak, turunin aku aja."

"Kenapa minta turun?" Kata Revan menyengit.

"Kata kakak aku berat. Aku udah cukup ngerepotin kakak. Kasihan kakak kalo gendong aku terus. Aku berat soalnya." Kata Indi merasa bersalah.

"Siapa yang bilang kamu berat? Kamu itu badan kecil suka makan tapi tetep aja ringan." Jelas Revan.

"Tadi kata kakak aku ber......."

"Stt. Diem jangab bawel. Nikmati keindahan alam yang diberikan tuhan untuk kita. Kita tak akan tau apakah kita bisa menikmatinya lagi atau tidak. Jadi jangan sia siakan." Indi langsung mengangguk setuju.

"Kak."panggil Indi.

"Hmm."

"Aku boleh nanya gak?"kata Indi.

"Tanya apa?"

"Kenapa kakak mau pacaran sama aku? Kan waktu itu aku bercanda. Apa jangan jangan kak Rev pedofil. Omg. Jangan bilang itu bener. Betapa imutnya aku kalo kak Rev beneran naksir aku. Kayak dinovel novel aja."

"Ini memang dinovel neng."

"Oh iya, tapi anggap aja dunia nyata biar keren."

"Serah ae lah, serah."

***

'Abang pilih yang mana, perawan atau janda. Perawan memang cantik janda lebih menarik'

Ringtone ponsel Indi berbunyi.

"Ini lagu apaan sih? Norak banget. Pasti yang punya alay."rutuk Revan sambil memegang ponsel tersebut.

"Oh gitu. Lo ngatain gue alay? Iya gue emang alay! Puas lo!" Bentak Indi, lalu ia merampas paksa ponselnya.

"Ehh, bukan gitu."

"Alah, pake ngeles segala lagi kayak bajaj. Bilang aja gue lebay, alay, jijay. Lo pengen gue tabok? Ngomong sekali lagi gue tabok beneran lo!" Revan langsung diam mendengar ancaman Indi. Walaupun dia bocah abg tapi ancamannya jangan dianggap enteng. Dia itu cewek bar bar yang nekat. Sekali tabok gue jabanin tulang lo patah.

Indi menerima panggilan dari teleponnya.

"Hallo, disini dengan Indi yang cantik, imut, manis, baik hati dan rajin menabung."

"Indi."lirih seseorang di seberang sana.

"Ini siapa? Dapet nomor gue dari mana? Ngapain nelpon gue? Lo udah bosen hidup ya?!" Bentak Indi. Ia mengenali suara ini. Suara yang pernah membuat hatinya hancur berkeping keping dan merusak kepercayaannya.

"Indi. Maafin aku."

"Gue gak kenal lo bangsat! Jangan hubungin gue lagi!"bentak Indi dan langsung mematikan panggilannya. Indi duduk disofa sambil memijat pelipisnya.

"Shit! Dia kembali." Umpatnya.

"Siapa yang kembali?"tanya Revan penasaran. Ia hanya melihat ekspresi Indi saat menerima panggilan tersebut. Pasti orang itu telah membuatnya marah besar.

"Gak usah sok peduli. Gue mau pulang! Sekarang!"kata Indi datar.

"Lah, kenapa tiba tiba pulang?"

"Gue.mau.pulang.sekarang!" Kata Indi sambil menatap tajam Revan.

"Gak bisa. Kita gak bisa pulang."kata Revan. Indi langsung bangkit dan berjalan menuju pintu. Ia harus segera pulang.

Indi berjalan dengan sekuat tenaga yang ia bisa. Ia baru sampai dijalan dekat villa tersebut rasanya seperti ia berjalan dari Jakarta-Surabaya, lelah sekali.

"Capek banget. Sakit."keluh Indi. Ia berhenti dan duduk dipinggir jalan untuk memijat kakinya. Ia tak kuat berjalan jauh. Air matanya sudah tak terbendung lagi, ia menangis dalam diam. Indi memeluk kakinya agar bisa lebih leluasa menangis.

Suara deru mobil terdengar dari kejauhan dan semakin mendekat. Mobil tersebut berhenti didepan Indi, namun ia tak menyadari hal tersebut.

Sang pemilik mobil langsung turun dan menghampiri Indi.

"Dasar cengeng."katanya. Indi mendongkak dan menatap orang itu.

"Kak Revan."guramnya.

"Dasar cengeng. Segitu aja nangis. Dasar ngambekan. Dasar gak sabaran. Dasar bar bar. Dasar tukang marah." Indi menyengit dan berdiri.

"Mau ngehina gue lagi? Ngapain lo disini? Hah!"kata Indi berapi api.

"Ssstt." Revan menempatkan telunjuknya didepan bibir Indi. Indipun terdiam. Revan mengangkat Indi menuju mobilnya, Indi otomatis meronta ronta.

"Lo mau bawa gue kemana!! Turunin gue!"

"Pulang."

"Gue bisa pulang sendiri! Lo sendiri yang gak mau pulang!"

"Udah gue bilang kan! Lo itu tanggung jawab gue! Lo itu prioritas gue! Jadi lo lebih penting. Ngerti gak sih?!" Bentak Revan. Indi langsung terdiam. Suara isakan terdengar sedemikian rupa.

"Maaf."kata Revan merasa bersalah dan langsung memeluk Indi. Indi tetap menangis  dalam pelukannya.

****
Part yang abal abal karena ide stuck disana. Jadi maafkeun aku ):

Setidaknya aku bisa lanjut daripada tidak sama sekali :v

2 hari lagi valentine )': yang baik hati kasih aku coklat dong,

Selamat siang dan happy weekend 💝

12 Februari 2017

I Hate [NEW EDITION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang