Sebuah kesepakatan

688 47 4
                                    

Karawang, 6 Maret 2019

***

Kamu adalah ombak yang tak mampu ku bendung, angin yang tak dapat kurengkuh, dan malam yang tak kuasa ku cegah.

Namun terlepas dari semua itu, kamu tetaplah pagi yang selalu kunanti.

***

Di minggu pagi yang terasa lebih cerah dan hangat ini Ryan menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Pagi ini di kamarnya Ryan tengah bercermin sambil merapikan rambut hitam nya yang kini tengah ia tata menggunakan pomade. Pagi ini Ryan menggunakan kaos putih polos dengan kemeja kotak kotak sebagai outer, dan jeans berwarna abu abu yang sangat serasi dengannya. Ryan mengambil sepatu snikersnya memakainya dengan cepat dan segera keluar dari kamarnya.

Ryan tersenyum menatap cerahnya langit pagi ini, hari ini ia akan menemui permaisurinya. Dengan semangat Ryan berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah. Senyum yang terus mengembang di bibirnya menemani pria sejuta modus itu menuju rumah sang permaisuri. Di minggu pagi yang untungnya tidak terlalu macet ini semakin memudahkan Ryan memulai aksinya kali ini. Seakan alam sudah merestuinya kali ini.

Matahari masih tersenyum lebar bersinar begitu teramg saat Ryan sampai di rumah seorang gadis yang kerap ia panggil sebagai permaisurinya itu. Ryan menatap pantulan dirinya pada kaca spion, sedikit merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah tertata rapi karna ia sudah memakai pomade sebelumnya. Ryan menatap pantulan dirinya dengan bangga seakan dia adalah mahkluk Tuhan paling tampan.

"Gila, kok gue makin ganteng aja ya."ujar pria itu pada dirinya sendiri.

Ya begitulah Ryan dengan kepercayaan dirinya yang melampaui batas, hingga ia sering memuji dirinya sendiri. Menganggap dirinya sebagai kembaran abang Shawn Mendes, jiplakannya mas Justin Bieber, sampai merasa sebagai adik Liam Hamswort. Astaga sepertinya Ryan adalah pria terPD sejagat raya bumi langit dunia akhirat.

Dengan penuh percaya diri Ryan melangkah menuju rumah bercat putih itu, berdiri di depan pintu dan menekan belnya. Beberapa saat menunggu akhirnya seorang wanita berumur empat puluhan membukakan pintu untuknya. Ryan langsung tersenyum, memasang wajah paling manis yang ia bisa.

"Pagi tante."sapa Ryan lalu tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

Renata nampak bingung, ia memperhatikan penampilan Ryan dari atas sampai bawah."Pagi, cari siapa ya?"

"Ah sebelumnya perkenalkan dulu tante, nama saya Aryan adji kusuma diningrat wirahadi atmaja mangkubumi djoyohadi kusumo pakuningratan, panggil aja Ryan."

Renata menatap aneh, namun tetap mencoba untuk tersenyum"Nama kamu panjang ya."

"Oh iya tante soalnya ibu saya itu masih kerabat dari sepupunya adiknya nenek dari buyut saya yang nenek nenek lagi adiknya sepupu buyut saya itu masih keturunan dari kakek kakeknya buyut saya yang iparan sama sama sepupunya yang keturunan keraton tante."jelasnya.

Mulut wanita itu bahkan sedikit terbuka saking tidak mengertinya dengan apa yang Ryan katakan."Oh, gitu, terus ke sini mau cari siapa?"

"Permaisuri, eh maksudnya Salsa tante."ucapnya kemudian tersenyum

"Salsa?"tanyanya, apa benar anak gadisnya satu satunya berteman dengan pria aneh ini.

Ryan mengenggukan kepalanya seraya tersenyum manis."Hm."

"Silahkan masuk."ucap Renata akhirnya.

Ryan memasuki ruang tamu dengan dua buah sofa besar dan satu sofa kecil juga sebuah meja kaca di tengahnya. Ia duduk di salah satu sofa sambil menunggu Salsa.

My Boyfriend is a GhostWhere stories live. Discover now