Beberapa tahun kemudian

809 49 2
                                    

Karawang, 3 Februari 2019

***

Bertahun tahun berlalu, tak ada satupun yang berubah. Termasuk perasaanku.

***

Mungkin waktu bisa merubah banyak hal, waktu bisa mengubah wajah seseorang, waktu bisa mengubah gaya hidup seseorang, bahkan waktu bisa mengubah kondisi suatu kota ataupun sebuah negara. Tapi bagi Salsa ada satu hal yang tak bisa diubah oleh waktu, perasaanya. Iya bertahun tahun telah berlalu, bertahun tahun pula ia telah tinggal di kota yang berjuluk paris van java ini. Telah banyak hal yang ia alami, telah banyak orang yang ia temui. Tapi semua itu tak mampu mengubah rasanya akan seseorang bernama Teo.

Salsa meninggalkan semua kenagan manisnya bersama pria itu di ibu kota, tapi entah kenapa rasa itu terus mengikutinya bahkan sampai saat ini. Salsa telah berusaha keras untuk melupakanya namun semua hanya berbuah sia. Ia sudah mecoba menjalin hubungan dengan pria lain, tapi semuanya selalu berakhir dengan kata putus. Hingga kini bagi Salsa hanya ada Teo yang mampu merajai hatinya, meski ia telah mencoba melupakan pria itu ratusan kali, meskipun Teo sudah mencampakanya tanpa sebab, tapi rasanya untuk Teo tak pernah berubah.

Hampir, iya hampir setiap hari Salsa memimpikan pria itu. Ia juga tak mengerti kenapa iya bisa sesering ini memimpikan orang yang sama. Apakah ia rindu? tidak Salsa selalu menepis kata itu, ia tak boleh merindukan pria itu lagi. Lalu kenapa? Entahlah Salsa tidak tahu, tapi ada satu hal yang selalu membuatnya bingung. Dalam mimpinya ia selalu memimpikan Teo saat mereka masih sama sama SMP bahkan saat mereka berada di sekolah dasar. Padahal seingat gadis itu ia pertama kali bertemu dengan Teo adalah saat pulang sekolah dan itupun ia sudah SMA.

Sinar mentari memaksa masuk menerobos tirai tirai dikamar tidur itu. Kamar tidur dengan warna cream yang dominan itu kini sudah terang karna sinarnya. Salsa terpaksa terbangun dari mimpinya karna cahaya mata hari itu menyilaukan matanya. Salsa terbangun lalu duduk di tepi ranjang, ia mengucek ngucek matanya yang masih serasa berkabut. Salsa menghela napasnya yang berat, ia merasa sedikit sesak. Kenapa di pagi secerah ini di saat sinar mentari bahkan mampu membuatnya terjaga, ia harus memimpikan Teo lagi.

Salsa memegangi keningnya yang terasa sedikit pening."Sial, kenapa gue harus mimpiiin dia lagi sih."gertunya.

"Ya Tuhan, kenapa kau buat hamba jadi seperti ini."Salsa menghela napas berat.

"Dia bahkan sudah pergi begitu saja, tapi kenapa masih kau simpan rasa ini untuknya, tak bisakah kau bantu hamba menghilangkannya dari hati dan pikiran hamba."

Salsa menghela napasnya kasar."Heehhh.... Tuhan aja gak kasian sama gue, buktinya sampe sekarang gue masih sering mimpiiin dia."

"Apa pindah ke luar kota belum cukup, apa gue harus pindah keluar negri terus nyari cowok bule."tanyanya pada dirinya sendiri.
"Hhhh."

Salsa melihat jam dinding yang menempel di tembok kamarnya, waktu sudah menunjukan pukul 7.15 pagi. Seketika mata gadis itu terbelalak, sudah jam segini bahlan ia belum mandi sama sekali. Padahal hari ini ia ada jadwa sidang perceraian di pengadilan agama. Salsa langsung tercekat, ia bangkit dari duduknya dam langsung melangkahkan kainya menuju kamar mandi. Ia harus segera bersiap ia tak mau terlambat hari ini.

Sidang perceraian? iya itu benar Salsa memang harus hadir dalam sidang perceraian hari ini. Tapi bukan perceraiannya melainkan perceraian kliennya. Iya Salsa sudah menjadi seorang pengacara muda yang cukup diperhitungkan di kota bandung. Iya sudah lulus kuliah hukum dengan ipk yang bisa dibilang cukup tinggi, ia juga sudah menyelesaikan pendidikan khusus untuk menjadi seorang pengacara. Sudah terhitung hampir satu tahun Salsa menggeluti profesi yang erat kaitanya dengan hukum ini.

My Boyfriend is a GhostWhere stories live. Discover now